Telehealth Percepat Reformasi Akses Kesehatan di Kota Tingkat 2 dan 3 di Indonesia

Halodoc

Jonathan Sudharta, CEO dan Co-founder Halodoc. (Foto: istimewa/youngster.id)

youngster.id - Akses kesehatan di luar kota besar masih menjadi tantangan industri kesehatan tanah air. Ketidakmerataan fasilitas kesehatan daerah dibanding kota besar, serta kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari negara kepulauan kerap menjadi penghalang bagi infrastruktur untuk bisa menjangkau masyarakat secara merata.

Upaya preventif dalam kesehatan lantas dinilai dapat menjadi solusi dari tantangan ini, diantaranya melalui kehadiran telehealth yang memungkinkan konsultasi jarak jauh secara real time, sehingga dapat menjadi pertolongan pertama, sejumlah risiko penyakit dapat diminimalisir dan kasus gawat darurat dapat ditekan.

Perluasan pemanfaatan telehealth hingga ke daerah juga menjadi salah satu wujud komitmen pemerintah dalam percepatan proses transformasi digital di layanan kesehatan Indonesia.

Deputy Chief DTO Kementerian Kesehatan RI Agus Rachmanto mengatakan, Telehealth semakin berperan krusial karena pandemi saat ini. Sebelum pandemi, telehealth masih  asing karena dokter dan pasien lebih memilih pertemuan tatap muka. Namun pandemi membuat kebutuhan berubah, mulai dari cara dokter berkonsultasi dengan pasien hingga resep obat secara elektronik.

“Ini menjadi momen perubahan baik dari sisi masyarakat maupun pelaku industri kesehatan yang mulai menyadari dan membawa dampak positif terutama dalam hal perbaikan layanan kesehatan kedepannya,” kata Agus dalam keterangannya, Senin (9/5/2022).

Saat ini Indonesia baru memiliki 4,27 dokter untuk setiap 10.000 populasi. Jumlah ini terbilang cukup tertinggal dibanding negara tetangga seperti Filipina (6.00), Thailand (8,05), atau Singapura (22,9). Berkaca pada angka tersebut, teknologi seperti telehealth sangat berperan bagi para dokter untuk memperluas jangkauan layanannya.

Halodoc sebagai platform layanan kesehatan, juga melihat peningkatan penggunaan telehealth oleh masyarakat di luar Pulau Jawa. Diantaranya Maluku, Kepulauan Riau, Kalimantan, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

CEO Halodoc Jonathan Sudharta mengatakan, ekosistem telehealth yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun, mampu menjembatani kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan yang berkualitas dan terpercaya. Telehealth kini memungkinkan masyarakat di berbagai daerah bahkan Papua, untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis dari kota besar, seperti Jakarta.

“Dengan misi menyederhanakan akses layanan kesehatan di berbagai daerah, Halodoc berkomitmen untuk terus memperluas pemanfaatan teknologi di luar kota besar yang diharapkan dapat menjadi solusi di tengah terbatasnya akses kesehatan bagi masyarakat di wilayah terpencil di Indonesia,” kata Jonathan.

Di Halodoc, layanan Chat Dokter masih menjadi yang paling diminati sejak sebelum pandemi. Melalui layanan tersebut, Halodoc mampu menghubungkan 20.000 dokter umum dan spesialis di berbagai bidang, dengan lebih dari 20 juta monthly active user (MAU) di berbagai wilayah Indonesia.

Menurut Jonathan, pemanfaatan telehealth secara optimal untuk mempermudah akses layanan kesehatan di kota tier 2 dan 3 di Indonesia tentu membutuhkan kerjasama dengan seluruh stakeholder di layanan kesehatan.

“Dengan bergotong royong secara lebih baik, kita optimis dapat mempermudah akses kesehatan di daerah atau pulau terpencil di Indonesia,” tutup Jonathan.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version