youngster.id - Belakangan ini, tren perkembangan pariwisata di Indonesia mulai bergeser dari wisata massal menuju wisata alternatif hingga wisata perdesaan. Data dari Kementerian Pariwisata menyebut saat ini ada sekitar 6.000 desa wisata yang tersebar di seluruh wilayah. Tren ini membuka peluang baru seperti jasa layanan open trip desa wisata, dan pelaku UMKM lokal.
Untuk mendukung pengembangan desa wisata ini PT Citra Van Titipan Kilat (TIKI) menghadirkan layanan pengiriman inovatif dengan jaringan distribusi yang luas baik, domestik maupun internasional.
Direktur Utama TIKI Yulina Hastuti mengatakan, dengan potensi besar yang dimiliki sektor pariwisata open trip dan desa wisata, TIKI berkomitmen untuk menghadirkan layanan yang memberikan berbagai kemudahan dan keuntungan baik para wisatawan juga pelaku UMKM dalam melakukan transaksi pengiriman di lokasi wisata.
“Tren meningkatnya minat masyarakat terhadap wisata open trip dan kemajuan desa wisata sebagai destinasi unggulan tidak hanya mengangkat potensi pariwisata Indonesia, tetapi juga mendorong pertumbuhan usaha lokal. Mulai dari produksi oleh-oleh khas, kuliner, hingga kerajinan cinderamata, berbagai peluang ekonomi akan tercipta bagi masyarakat lokal, yang membutuhkan dukungan logistik andal untuk menjangkau pasar yang lebih luas. TIKI hadir untuk memastikan pengelolaan logistik berjalan lancar, sehingga mendukung keberlanjutan pertumbuhan ekonomi kreatif di daerah-daerah wisata Indonesia,” ucap Yulina pada media talkshow, Senin (16/12/2024) di Jakarta.
Yulina menjelaskan, layanan tersebut adalah Same Day Service Kuliner Nusantara (SDS KITA) dan TIKI Seller Online Booking (Serlok). Layanan SDS KITA dapat mendukung para wisatawan saat mereka ingin mendapatkan kuliner dari daerah wisata yang dikunjungi tanpa repor, dengan jaminan pengantaran di hari yang sama.
“Layanan ini sangat mudah, bahkan proses transaksi dapat dilakukan secara online melalui aplikasi TIKI, di mana pelanggan mendapatkan kemudahan untuk meminta penjemputan, melakukan pelacakan real-time, hingga mengakses fitur pembayaran dan hiburan,” ujarnya.
Selanjutnya ada TIKI SERLOK yang memberikan fleksibilitas pembayaran, diskon tambahan, hingga pelatihan yang mendukung aktivitas para pelaku usaha.
“Dengan layanan pengiriman yang andal, destinasi desa wisata menjadi lebih terhubung dengan pasar nasional maupun internasional, sehingga membantu mereka mendapatkan pendapatan yang lebih berkelanjutan dan tidak hanya bergantung pada wisatawan yang datang langsung. Hal ini juga dapat meningkatkan daya tarik destinasi tersebut bagi wisatawan yang ingin mengakses produk lokal atau jasa terkait wisata,” kata Yulina lagi.
Minat wisatawan nusantara (wisnus) dan mancanegara (wisman) untuk berwisata ke Indonesia terus meningkat sepanjang tahun ini dan diperkirakan akan semakin tinggi menjelang akhir tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah perjalanan wisnus di Indonesia dari Januari hingga Oktober 2024 mencapai 839,39 juta perjalanan, naik 21,87% dibandingkan periode yang sama pada 2023. Sedang jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama tercatat mencapai 11,57 juta kunjungan, tumbuh 20,45% dibandingkan tahun sebelumnya.
CEO dan Co-Founder Atourin Benarivo Triadi Putra mengatakan, minat wisatawan ke Indonesia tak terlepas dari keindahan alam dan keragaman budaya daerah yang otentik. Saat ini yang sedang tren adalah desa wisata yang menjadi destinasi unggulan. Menurut data Jejaring Desa Wisata hingga 21 Oktober 2024 tercatat ada sebanyak 6.026 desa wisata yang tersebar di berbagai provinsi, dengan mayoritas merupakan desa wisata rintisan.
“Kolaborasi antara pemerintah, komunitas lokal, swasta, dan influencer juga bisa lebih mendorong desa wisata makin berkembang dan dikenal dunia. Manfaat pengembangan desa sebagai desa wisata tentunya akan memberikan dampak positif bagi warga. Termasuk tercipta lapangan kerja baru hingga peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui fasilitas yang diperbaiki agar layak dikunjungi,” katanya.
Hal senada juga disampaikan, Nandi travel influencer sekaligus pegiat desa wisata. “Masih banyak desa wisata yang masih membutuhkan dukungan untuk berkembang menjadi destinasi yang lebih dikenal. Meski memiliki daya tarik unik, banyak desa ini kurang terekspos di media sosial atau belum dilengkapi fasilitas memadai, seperti akses jalan dan penginapan. Kompetensi SDM pengelola desa wisata pun perlu terus ditingkatkan melalui pelatihan dan sertifikasi,” katanya.
Dia berharap agar desa wisata yang dibangun tetap memperhatikan unsur keberlanjutan. Pariwisata berkelanjutan merupakan pengembangan konsep berwisata yang memberikan dampak jangka panjang baik lingkungan, sosial, budaya, serta ekonomi.
STEVY WIDIA
Discussion about this post