Tim SmartFOCS ITB Wakili Indonesia di Schneider Go Green Tingkat Regional 2022

Schneider Go Green

Tim SmartFOCS ITB Wakili Indonesia di Schneider Go Green Tingkat Regional 2022 (Foto: Ilustrasi)

youngster.id - Mempersiapkan talenta muda dengan keterampilan yang berimbang antara aspek teknis (hard skill) dan non-teknis (soft skill) dapat dilakukan dengan menyediakan ruang kolaboratif bagi mereka untuk turut andil memikirkan dan mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi masyarakat global, seperti Schneider Go Green.

Schneider Go Green merupakan salah satu program pengembangan bakat dan mentoring yang diinisiasi oleh Schneider Electric sejak 2010. Schneider Go Green merupakan kompetisi global yang diperuntukkan bagi mahasiswa/i untuk menumbuhkan minat dan memfasilitasi generasi muda untuk ikut ambil bagian mencari solusi dalam pengelolaan energi dan otomasi industri yang efisien dan berdampak positif terhadap lingkungan.

Dalam penyelenggaran kompetisi ini, Schneider Electric memberikan panggung bagi generasi muda perempuan untuk menunjukkan kemampuannya. Schneider Go Green mewajibkan setiap tim harus memiliki sedikitnya satu peserta perempuan. Peserta merupakan mahasiswa/i yang sedang mengambil studi S1 maupun S2 di bidang studi antara lain Business, Computer Sciences, Engineering, Math, Marketing and Innovation.

Pada 2021 lalu, Schneider Go Green berkolaborasi dengan AVEVA menambahkan dan melengkapi cakupan kategori kompetisi yang sudah ada yaitu De[coding] the Future, selain kategori Access to Energy, Homes of the Future, Plants of the Future, dan Grids of the Future.

Tahun ini terdapat sekitar lebih dari 250 ide terkumpul, menjadikan Indonesia menempati posisi ketiga sebagai negara dengan peserta terbanyak dari 10 negara yang berpartisipasi. Tim SmartFOCS yang terdiri dari Yusiran, Herviyandi Herizal, dan Sagaria Arinal Haq dari Institut Teknologi Bandung menjadi pemenang Indonesia Schneider Go Green 2022. Mereka akan mewakili Indonesia berkompetisi di tingkat regional pada 27 April 2022 mendatang.

Adapun tim SmartFOCS mengusung ide pengembangan Smart Floating Ocean Current dan Solar Hybrid Generation Power System (SmartFOCS Power) untuk membantu mengembangkan masyarakat pesisir yang membutuhkan listrik dengan energi baru terbarukan.

“SmartFOCS Power merupakan teknologi hybrid yang mengintegrasikan pembangkit listrik fotovoltaik terapung dan turbin arus laut untuk menghasilkan energi yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik pulau-pulau kecil yang sulit diakses oleh PLN. Hadirnya SmartFOCS Power dapat membantu masyarakat pesisir untuk meningkatkan perekonomiannya dengan membuka peluang bisnis seperti pabrik es dan bisnis perkapalan. Mereka juga tidak perlu khawatir terhadap kerusakan lingkungan karena salah satu nilai dari SmartFOCS Power adalah eco-friendly sehingga aman untuk lingkungan,” ungkap Yusiran, perwakilan Tim SmartFOCS, dalam keterangannya dikutip Rabu (20/4/2022).

Lebih lanjut, Yusiran berbagi pengalamannya mengikuti kompetisi Schneider Go Green yang telah mempertemukannya dengan banyak teman yang mempunyai ide – ide kreatif untuk tujuan yang mulia. “Kami merasa bangga menjadi bagian dari komunitas ini, yang ingin memberikan manfaat untuk masyarakat Indonesia. Kami juga semakin berbangga hati karena berkesempatan mendapatkan ilmu dari mentor dan fasilitator yang selalu maksimal, memoles tim kami agar mampu menyampaikan nilai-nilai yang ingin kami bagikan dan wujudkan ke khalayak luas,” tambahnya.

Sejatinya, tahun 2020 dua mahasiswa ITB dari Prodi Teknik Kimia Felicia Shelly dan Vincent Oktavian Kaulika, yang tergabung dalam tim Stada berhasil meraih juara 1 pada ajang Schneider Go Green Asia Pacific Winner 2020.

Andriah Feby Misna, Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM Republik Indonesia mengatakan, melihat upaya transisi energi dan dekarbonisasi yang saat ini telah menjadi tren global, maka permintaan pasar untuk SDM di bidang aneka energi baru terbarukan diproyeksikan akan meningkat.

“Estimasi kami, dengan rencana emisi nol bersih Indonesia di 2060, untuk O&M Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) EBT dibutuhkan kurang lebih 559 ribu tenaga kerja. Sedangkan untuk konstruksi dan instalasi PLT EBT pada rentang 2030 hingga 2060 di proyeksikan 8,96 juta tenaga kerja, atau rata-rata menyerap 298 ribu tenaga kerja per tahun. Kompetensi yang dibutuhkan antara lain Perencanaan Pembangunan PLT EBT, Pemasangan dan Pembangunan PLT EBT, Pengoperasian Pembangkit PLT EBT, Pemeriksaan dan Pengujian PLT EBT, dan Pemeliharaan Pembangkit PLT EBT. Kami sangat mengapresiasi acara Schneider Go-Green 2022 ini sebagai media untuk menuangkan ide cemerlang, inovasi dan kreativitas para generasi muda dalam mendorong pengembangan EBT,” papar Andriah.

Sementara itu, Andreas Pandu Wirawan, Chief Commercial Officer Ecoxzytem melihat Indonesia memiliki potensi besar dalam mencetak ragam ecopreneur rintisan. Hal ini dilatarbelakangi semakin sadarnya generasi muda terhadap permasalahan lingkungan dan sosial, dan tingginya minat mereka untuk ikut terlibat dalam menciptakan dampak yang positif.

“Yang menjadi tantangan saat ini adalah belum banyaknya contoh-contoh praktik terbaik yang dapat menjadi tolak ukur atau panutan bagi para calon ecopreneur. Oleh karena itu dukungan ekosistem sangatlah krusial untuk memberikan pembinaan, transfer pengetahuan dan teknologi, serta membangun kemitraan. Di sini, saya melihat Schneider Electric melalui program Schneider Go Green menjawab kebutuhan ini dengan membuka peluang kolaborasi bersama venture builder seperti Ecoxzytem dan para generasi muda yang memiliki kesamaan visi dan misi untuk menciptakan masa depan dunia yang lebih sustainable,” kata Andreas.

Disebutkan Sondang Saktion, HR Director Schneider Electric Indonesia & Timor Leste, teknologi digital untuk mendukung terwujudnya sustainability energy telah berkembang dengan pesat dibandingkan beberapa tahun yang lalu.

“Tugas kita terutama generasi muda penerus kepemimpinan adalah selalu lincah (agile) dan adaptif terhadap kemajuan tersebut. Kreativitas dalam menciptakan ide-ide yang inovatif juga sangat penting agar potensi teknologi yang ada dapat dimaksimalkan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kehidupan masyarakat dan dunia yang lebih baik. Kemampuan soft skill dalam hal ini antara lain problem solving, team worker, self management, dan kemampuan berkomunikasi juga menjadi kunci penting untuk mencetak talenta muda masa depan yang berdaya saing, kreatif dan inovatif,” tutup Sondang. (*AMBS)

Exit mobile version