Tingkatkan Pembiayaan Animasi, Bekraf Hadirkan Financial Club di Cimahi

Gelar Bekraf Financial Club (BFC) subsektor animasi di Cimahi. (Foto: Bekraf/youngster.id)

youngster.id - Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menyelenggarakan Bekraf Financial Club (BFC) subsektor animasi. Melalui BFC, Bekraf menjembatani pertemuan antara pelaku ekonomi kreatif subsektor animasi dengan lembaga keuangan dan perbankan.

Acara BFC untuk Animasi digelar di Cimahi yang dikenal sebagai salah satu kota yang mengembangkan ekonomi kreatif khususnya di bidang animasi. Hal ini tercermin dari berkembangnya pelaku ekonomi kreatif subsektor animasi melalui penyelenggaraan festival animasi berskala internasional serta beberapa SMK yang menjadikan animasi kurikulum pembelajaran di Kota Cimahi.

“BFC merupakan sharing session dari pelaku ekonomi kreatif kepada lembaga keuangan mengenai karakter bisnis mereka. Lembaga keuangan yang hadir dapat memperdalam pengetahuan subsektor animasi. Saya berharap acara ini bermanfaat mendorong ekonomi kreatif sebagai tulang punggung ekonomi Indonesia dimasa mendatang,” tutur Fadjar Hutomo Deputi Akses Permodalan Bekraf, yang dilansir laman Bekraf baru-baru ini.

Acara yang berlangsung di Simply Valore Hotel, Cimahi mengungkapkan the nature of the business kepada lembaga keuangan. 60 lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank yang menghadiri acara tersebut. Sejumlah pelaku ekonomi kreatif subsektor animasi yang diundang Bekraf untuk menjelaskan the nature of the business subsektor animasi yaitu Ketua AINAKI, Adrian Elkana; Owner Baros Creative Partner, Rudy Suteja; dan CEO KAABA, Gerryadi Agusta.

Perwakilan perbankan menanggapi presentasi pelaku ekonomi kreatif subsektor animasi, yaitu Deputi Divisi Bisnis Mikro BNI Syariah, Praptiwi Lestiyawati dan regional manager Maybank, Deddy Supriyadi. Hasil diskusi ini diharapkan menghasilkan investasi dan model pembiayaan yang tepat untuk pelaku ekonomi kreatif subsektor animasi.

BFC bertujuan mengenalkan karakteristik bisnis dan rantai nilai subsektor animasi kepada sumber pembiayaan perbankan dan non perbankan. Sehingga, sumber pembiayaan perbankan dan non perbankan menyalurkan pembiayaan kepada pelaku ekonomi kreatif subsektor animasi.

BFC akan digelar di dua kota selanjutnya yaitu Bali untuk subsektor seni rupa dan Solo untuk subsektor seni pertunjukan. Sebagai tindak lanjut BFC, Bekraf menyusun buku pola pembiayaan subsektor fashion, seni pertunjukan, dan seni rupa bekerjasama dengan IBS. Buku ini diharapkan bisa meningkatkan minat lembaga keuangan menyalurkan investasi dan pembiayaannya.


STEVY WIDIA

Exit mobile version