youngster.id - Total pendanaan untuk ekosistem teknologi Asia Tenggara (ASEAN) mencapai US$2 miliar pada paruh pertama 2025, naik 7% dibandingkan US$1,8 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Namun total pendanaan itu turun 24% dibandingkan US$2,6 miliar yang dikumpulkan pada paruh kedua 2024.
Hal itu terungkap dari laporan terbaru platform intelijen data Tracxn, yang menyebutkan bahwa angka-angka ini mencerminkan perlambatan jangka pendek sekaligus tren pemulihan jangka panjang di pasar regional.
“Pada paruh pertama 2025 terjadi pergeseran signifikan di berbagai tahap pendanaan dan sektor, yang menunjukkan ketahanan sekaligus tren yang terus berkembang. Di tengah fluktuasi pasar global, pendanaan ini juga menegaskan peran krusial perusahaan teknologi dalam membentuk ekosistem digital kawasan ini,” kata pihak Tracxn, seperti dilansir Technode Global, Kamis (3/7/2025).
Laporan itu menyebutkan, investasi tahap benih (seed-stage) di kawasan ini mencapai US$87 juta pada paruh pertama 2025, turun 68% dibandingkan US$270 juta pada paruh pertama 2024.
Sementara itu, pendanaan tahap awal (early-stage) di kawasan ini tercatat sebesar US$464 juta pada paruh pertama 2025, turun 53% dibandingkan US$991 juta pada paruh pertama 2024. Sedangkan, pendanaan tahap akhir (late-stage) justru mengalami lonjakan tajam, mencapai US$1,4 miliar pada paruh pertama 2025, naik 149% dibandingkan US$562 juta pada paruh pertama 2024.
Pada paruh pertama 2025, sektor enterprise infrastructure (infrastruktur perusahaan) muncul sebagai sektor dengan performa terbaik di kawasan ini, menarik dana sebesar US$859 juta. Angka itu melonjak 3.787% dibandingkan US$22,1 juta pada paruh pertama 2024.
Fintech menyusul dengan pendanaan sebesar US$775 juta, namun turun 26% dibandingkan $1 miliar pada paruh pertama 2024. Sektor aplikasi perusahaan mencatat pendanaan sebesar US$545 juta pada paruh pertama 2025, naik 33% dari US$409 juta pada paruh pertama 2024.
Paruh pertama 2025 mencatat lima putaran pendanaan bernilai lebih dari US$100 juta, dibandingkan dua putaran pada paruh pertama 2024. Beberapa putaran pendanaan besar yang menonjol antara lain: Digital Edge yang mengumpulkan US$640 juta dalam putaran Seri D, Supabase yang meraih US$200 juta dalam putaran Seri D, dan Thunes yang mendapatkan US$150 juta dalam putaran Seri D.
Periode ini juga mencatat penawaran umum perdana (IPO) penting dari Oasis Home, Mirxes, Antalpha, dan Concorde Security.
Sygnum, penyedia solusi perbankan untuk aset digital, menjadi satu-satunya unicorn yang muncul pada paruh pertama 2025 — jumlah yang sama dengan paruh pertama 2024, sementara tidak ada unicorn yang muncul pada paruh kedua 2024.
Sektor teknologi Asia Tenggara mencatat 28 akuisisi pada paruh pertama 2025, turun 24% dibandingkan 37 akuisisi pada paruh pertama 2024.
Transaksi terbesar adalah akuisisi Dropsuite oleh NinjaOne senilai US$270 juta, diikuti akuisisi ASCENT oleh KFin Technologies senilai US$34,7 juta.
East Ventures, 500 Global, dan Wavemaker Partners muncul sebagai investor teratas secara keseluruhan dalam ekosistem teknologi Asia Tenggara. Iterative, 500 Global, dan Antler adalah investor terkemuka di pendanaan tahap benih (seed-stage). Untuk investasi tahap awal (early-stage), SEEDS Capital, Altos Ventures Management, dan Openspace Ventures menjadi investor utama. Sementara itu, untuk tahap akhir (late-stage), investor teratas adalah DST Global Partners, Unbound, dan Vitruvian Partners.
“Ekosistem teknologi Asia Tenggara menunjukkan momentum kuat pada paruh pertama 2025, dengan lonjakan pendanaan tahap akhir dan peningkatan aktivitas mega-round meskipun terjadi perlambatan umum dalam investasi tahap awal dan awal sekali,” tutup laporan itu. (*AMBS)
Discussion about this post