youngster.id - Perusahaan solusi keuangan digital UnaFinancial memperkirakan volume transaksi beli sekarang bayar nanti atau buy now pay later (BNPL) di Asia Tenggara mencapai US$14,7 miliar pada tahun 2023. Indonesia memimpin dengan jumlah transaksi mencapai US$4,28 miliar.
Selanjutnya, diikuti oleh Thailand (US$2,91 miliar), Vietnam (US$2,34 miliar), Filipina (US$1,97 miliar), Malaysia (US$1,86 miliar), dan Singapura (US$1,3 miliar). Ke depan, diperkirakan transaksi BNPL akan terus tumbuh pesat di Asia Tenggara, mencapai US$53,2 miliar pada tahun 2027.
“Asia Tenggara ditandai dengan populasi muda dan melek teknologi. Tingginya konsentrasi konsumen Gen Z, yang umumnya terbuka untuk mengadopsi teknologi keuangan baru, telah mendorong permintaan terhadap BNPL. Opsi pembayaran ini mendapatkan daya tarik karena keselarasan dengan kebiasaan belanja Gen Z, sehingga memberikan mereka alternatif terhadap sistem perbankan dan kredit tradisional,” kata pihak UnaFinancial, seperti dilansir TN Global, Rabu (20/11/2024).
Indonesia diproyeksikan menjadi pemimpin dengan transaksi BNPL senilai US$16,8 miliar pada tahun 2027, meningkat sebesar 209% dari tahun 2024.
“Meskipun potensi BNPL Indonesia adalah yang tertinggi, mewujudkan pertumbuhan ini akan membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan Malaysia dan Filipina,” tambahnya.
Malaysia diperkirakan akan mencapai US$11,3 miliar dengan tingkat pertumbuhan sebesar 215% mulai tahun 2024. Populasi Gen Z yang besar (39%) dapat mendorong permintaan, sementara infrastruktur perbankan yang matang dapat memperlambat ekspansi BNPL.
Filipina diperkirakan akan menunjukkan pertumbuhan tercepat sebesar 235%, dari US$2,45 miliar pada tahun 2024 menjadi US$8,2 miliar pada tahun 2027. Pertumbuhan ini didorong oleh populasi kaum muda – hampir setengahnya adalah Gen Z. Selain itu, kurangnya akses terhadap perbankan tradisional menempatkan negara ini sebagai salah satu pasar BNPL yang paling menjanjikan di Asia Tenggara.
Thailand, Vietnam, dan Singapura menyajikan pandangan yang lebih moderat. Pertumbuhan BNPL Thailand diperkirakan akan lebih lambat, menyumbang US$8,2 miliar pada tahun 2027, karena perbankan tradisional masih menjadi sumber pembiayaan konsumen utama.
Di Vietnam, BNPL masih menjadi tren yang sedang berkembang. Pasarnya diperkirakan mencapai US$5,9 miliar, didukung oleh ekosistem pembayaran non-tunai yang terus berkembang. Terakhir, pasar BNPL Singapura, yang diperkirakan bernilai US$2,9 miliar, dihadapkan pada tantangan sistem keuangan yang mapan dan akses terhadap pinjaman tradisional.
Secara keseluruhan, UnaFinancial memperkirakan pada tahun 2023, BNPL telah diadopsi oleh 20,6% orang dewasa di Asia Tenggara. Di Singapura, adopsinya mencapai 31,3%, di Filipina – 27%, dan di Malaysia – 24,4%. Indonesia, Vietnam, dan Thailand menyusul, dengan sekitar seperlima orang dewasa di setiap negara mimilih BNPL.
Secara kolektif, Indonesia dan Filipina menyumbang dua pertiga dari pengguna BNPL di kawasan ini pada tahun 2023, hal ini menunjukkan peran penting mereka dalam lanskap BNPL di Asia Tenggara. (*AMBS)
Discussion about this post