Tren Perdagangan Digital 2019

Indra Yonathan, Country General Manager Shopback Indonesia memaparkan hasil survey konsumen online. (Foto: Stevy Widia/Youngster.id)

youngster.id - Pertumbuhan industri perdagangan digital di Indonesia semakin menjanjikan di 2019. Sejumlah survey memprediksi penetrasi belanja online masyarakat Indonesia juga akan meningkat menjadi 83% dari total pengguna internet, atau meningkat sekitar 9% dibanding penetrasi belanja online di 2017.

Indra Yonathan, Country Head of ShopBack Indonesia mengungkapkan, tahun 2019 industri perdagangan digital di Indonesia akan lebih berwarna dibanding tahun-tahun sebelumnya.

“Tahun ini pelaku e-commerce semakin gencar menghadirkan inovasi untuk menggaet konsumen baru dan mempertahankan konsumen lama. Perang promo potongan harga serta promo lainnya akan tetap mewarnai e-commerce 2019,” kata dia, dalam keterangannya, Sabtu (26/1/2019).

Berdasarkan prediksi McKinsey pertumbuhan e-commerce di Indonesia meningkat delapan kali lipat, dari total pembelanjaan online US$ 8 miliar di 2017 menjadi US$ 55 miliar hingga US$ 65 miliar di 2020.

Selain itu, gamifikasi pada aplikasi e-commerce pun digadang-gadang akan semakin banyak bermunculan untuk meningkatkan daily active users (DAU) platform e-commerce tersebut.

Yonathan menambahkan, peraturan pajak ecommerce yang dikeluarkan kementerian keuangan melalui PMK-210 yang efektif pada 1 April mendatang, memang masih mendatangkan pro-kontra bagi para pelaku e-commerce. “Namun, jika peraturan ini disosialisasikan dengan baik dan diterapkan secara adil, tentunya ini akan memperjelas laju industri e-commerce di Indonesia,” ujarnya.

Sementara itu, sebagai platform aggregator e-commerce, ShopBack pun melihat beberapa hal yang akan menjadi sorotan di dunia perdagangan digital di Indonesia pada 2019, sebagai berikut:

1. Transaksi melalui perangkat mobile meningkat

Indonesia merupakan negara mobile-first dimana lebih dari 94% masyarakat yang terkoneksi, mengakses internet melalui perangkat smartphone (data Google & Temasek). Rata-rata masyarakat mereka menghabiskan 4 jam untuk mengakses internet melalui perangkat mobile.
Bahkan, 68% dari masyarakat yang terkoneksi tersebut merupakan online shopper, yang menggunakan perangkat mobile/smartphone untuk mencari produk yang diinginkan. Sementara itu, berdasarkan data transaksi ShopBack menunjukkan aplikasi mobile menyumbang 75% volume pemesanan secara online. Hal ini membuktikan masyarakat semakin tergantung dengan perangkat mobilenya tidak hanya dalam bersosial media tetapi juga melakukan transaksi online.

“Saat ini masyarakat lebih rela ketinggalan dompet dibanding ketinggalan smartphone. Karena saat ini segala transaksi pembelanjaan, mulai dari memesan transportasi, bahkan makanan pun dapat dilakukan dengan smartphone,” ungkap Yonathan.

2. Social media commerce masih ada namun cenderung menurun

Tidak dipungkiri masyarakat Indonesia sangat aktif di sosial media. Berdasarkan laporan We are Social 2018, hampir setengah dari total populasi di Indonesia atau sekitar 130 juta merupakan pengguna aktif sosial media.

Tak ayal, social media pun turut menjadi lapak para pelaku UMKM mempromosikan serta menjajakan jualannya kepada pengguna sosial media. Social media commerce ini masih akan tetap bermunculan, namun dalam porsi yang lebih sedikit. Perlahan pelaku UMKM yang berjualan di platform sosial media mulai merambah dan masuk ke dalam platform e-commerce.

“Nilai jual produk lokal yang cukup tinggi pada Harbolnas tahun lalu, membuat UMKM optimis dapat mengembangkan usahanya jika bergabung dengan platform e-commerce. Selain itu, kemudahan pendataan pemesanan serta marketing budget yang secara tidak langsung diberikan platform e-commerce menjadi alasan UMKM mulai mencoba bergabung di platform e-commerce,” ujar Yonathan.

3. Logistik berbenah

Industri logistik di Indonesia mengalami perbaikan performa dari tahun ke tahun. Berdasarkan indeks performa industri logistik dari World Bank pada 2018, Indonesia meloncat 17 peringkat ke peringkat 46 di 2018.

Sebelumnya pada 2016, Indonesia hanya menduduki peringkat 63 dari 160 negara. Perbaikan performa ini juga tidak lepas dari pola perilaku belanja online masyarakat Indonesia yang menginginkan pengiriman cepat dan aman.

Di tahun ini, pelaku industri logistik akan terus berbenah memberikan pelayanan yang prima dengan memanfaatkan perkembangan teknologi untuk menjawab kebutuhan logistik masyarakat Indonesia. Bahkan, McKinsey memprediksi akan ada lebih dari 1,6 miliar paket yang dikirimkan setiap tahun dari sektor e-commerce pada 2022.

STEVY WIDIA

Exit mobile version