youngster.id - Sejak tahun 2020, UMG Idealab, yang sebelumnya dikenal sebagai venture capital kini bertransformasi menjadi venture builder. Hingga September 2021, lebih dari 60 startup dengan sebaran di Indonesia, Myanmar, Thailand, Malaysia dan Tiongkok tergabung dalam ekosistem UMG Idealab. Setiap tahunnya, UMG Idealab berkomitmen mendirikan dan menaungi lima startup baru di Indonesia.
Founder UMG Idealab Kiwi Aliwarga mengungkapkan, UMG Idealab telah bertansformasi menjadi Venture Builder.
“Sejak menjadi venture builder, kami terus mendirikan startup baru dan melakukan pendampingan dimulai dari pengembangan inovasi, penyediaaan sumber daya, pelatihan manajemen, dan bantuan modal kepada startup-startup tersebut. Startup yang kami kembangkan berfokus pada tiga hal krusial, yaitu mengatasi perubahan iklim, mengatasi kesenjangan pendapatan, dan membantu UMKM bersaing secara global,” kata Kiwi dalam siaran pers, Jumat (8/10/2021).
UMG Idealab didirikan tahun 2015 sebagai venture capital yang berkontribusi pada solusi teknologi berkelanjutan di Indonesia. Sejalan dengan target pemerintah, UMG Idealab terus menggali potensi startup karya anak bangsa dan menciptakan sejumlah startup baru.
Salah satu nilai yang terus UMG Idealab tekankan lainnya adalah kolaborasi antar startup sehingga menciptakan ekosistem dengan potensi yang tidak terbatas.
“Lebih dari 40 startup di Indonesia yang siap berkompetisi di tingkat global telah bergabung ke dalam ekosistem startup UMG Idealab. Kami terus mengarahkan kepada startup-startup kami untuk saling aktif dalam kolaborasi dan pengembangan produk demi pemecahan masalah di Indonesia melalui solusi teknologi,” ungkap Kiwi.
Sementara itu, Head of Brand and Marketing UMG Idealab Miera Rahayu mengatakan, sejak awal 2021 hingga Oktober ini perusahaan telah mencetak 8 startup baru di Indonesia dari berbagai segmen. Seperti Lakone yang bergerak pada pembaharuan teknologi untuk mesin kopi menggunakan AI, Sandhiguna yang fokus di bidang komputerisasi dan cybersecurity, serta Widya Dialisis yang mengembangkan teknologi hemodialisa dengan biaya yang lebih efisien.
“Pengembangan startup adalah salah satu fokus UMG Idealab karena startup adalah salah satu penggerak ekonomi untuk Indonesia, terlebih di masa pandemi. Kedepannya UMG Idealab juga akan terus mencari dan membina startup yang fokus pada pengelolaan limbah, kesehatan, green energy, teknologi imersif, dan pengembangan kecerdasan artifisial (AI),” ucapnya.
Mengusung teknologi AI, Autoconz, salah satu startup di dalam ekosistem UMG Idealab mengedepankan teknik pembangunan bangunan, rumah dan furnitur menggunakan mesin cetak 3D. Autoconz berfokus pada pengembangan mesin cetak 3D dengan hasil akhir semen atau beton.
CEO & Co-founder Autoconz Raja Rizqi Apriandi mengatakan, mereka dalam naungan UMG Idealab sejak tahun 2018. Dukungan dan mentoring UMG Idealab sangat bermanfaat dalam pengembangan inovasi teknologi di mesin cetak 3D Autoconz ini.
“Bersama manajemen UMG Idealab, kami menciptakan dan mengembangkan karya terbaru untuk Indonesia. Kami berharap teknologi kami dapat menjadi solusi permasalahan tanah air di bidang konstruksi, dengan sumber daya yang lebih efisien, serta polusi, dan limbah yang lebih sedikit,” ucapnya.
Perusahaan startup lainnya dalam ekosistem UMG Idealab adalah Widya Skilloka sebagai teknologi yang memudahkan proses rekrutmen untuk memudahkan dunia human resources perusahaan. Melalui satu platform, teknologi ini mampu menganalisa wajah, gerak-gerik, postur tubuh, dan manajemen psikologis dari kandidat.
“Sebagai startup di dalam ekosistem UMG Idealab, kami percaya diri dalam mengembangkan dan memperluas produk kami. Dukungan dan kapabilitas UMG Idealab sebagai perusahaan inovasi teknologi membuat produk yang kami hasilkan digunakan berbagai instansi dan perusahaan. UMG Idealab bahkan turut memperluas jaringan kami melalui kerja sama dengan startup lain yang juga di bawah naungan UMG Idealab,” ungkap Aditya Adinatha, CEO Widya Skilloka.
STEVY WIDIA
Discussion about this post