youngster.id - Menurut perkiraan, Indonesia akan mengalami pertumbuhan ekonomi digital sekitar US$124 miliar pada 2025. Hal itu akan tercapai jika memanfaatkan digitalisasi. Potensi pertumbuhan inilah yang menjadi alasan digitalisasi UMKM masuk dalam strategi Pemerintah Indonesia dalam menghadapi resesi.
CEO Titipku, Henri Suhardja, peningkatan bisa terjadi karena digitalisasi memungkinkan pelaku UMKM dan pedagang pasar mendapat pelanggan dari jarak yang lebih jauh dari pasar, yang selama ini sulit untuk belanja langsung ke pasar.
“Dengan masuk ke online/marketplace, para pelaku UMKM bisa mendapatkan kesempatan untuk masuk ke pasar baru. Artinya UMKM akan dikenal lebih luas dan mendapatkan kesempatan dikenal oleh calon customer yang baru, yang berpotensi menjadi pelanggan. Dengan demikian, UMKM tidak hanya bergantung ke pelanggan lama saja, tapi punya pelanggan baru,” ungkap Henri dalam jumpa pers virtual mengenai riset bertajuk “Digitizing Traditional Market in Indonesia”, Selasa (18/4/2023).
Henri memaparkan, secara umum hasil survei titipku menunjukkan bahwa digitalisasi pasar mempermudah proses belanja dan mencari produk. Pelanggan juga menilai online groceries terpercaya karena ada layanan dari customer service yang siap membantu. Oleh sebab itu, para pelanggan merasa belanja daring menjadi kebiasaan baru yang mungkin tetap dilakukan bahkan ketika COVID-19 sudah mereda.
Sementara, hasil wawancara ke pedagang juga menghasilkan beberapa temuan, di antaranya: proses penjualan barang jadi lebih mudah, proses mengiklankan produk jadi lebih mudah, proses penggunaan aplikasi tidak sulit, dan penjualan secara daring bisa meningkatkan omzet pedagang.
Untuk itu, menurut Henri, digitalisasi pedagang pasar tradisional bisa menyasar ke berbagai aspek, mulai dari pemasaran, pembayaran, hingga akses ke permodalan. Digitalisasi seperti itu membutuhkan waktu dan tidak mudah dilakukan.
Karena itu, Titipku sekarang memutuskan masih akan fokus pada wilayah Jabodetabek dengan 150 pasar tradisional dengan sekitar 8.000 pedagang. Henri mengakui hal ini mengingat bahwa sejak tahun 2022 industri startup sedang berada dalam kondisi tech winter.
“Kami sebelumnya menargetkan untuk ekspansi ke 1.000 pasar di Jawa dan Bali. Tetapi dengan kondisi techwinter ini kami fokus untuk tetap bisa tumbuh positif. Salah satu langkah yang diambil adalah memperluas ke segmen bisnis ke bisnis (B2B),” ucap Henri.
STEVY WIDIA
Discussion about this post