Ur-Farm Ajari Petani Cara Olah Limbah Kulit Kopi Jadi Bio-Briket

Presentasi dari Tim Ur-Farm (Dari Kiri ke Kanan: Dr. Soni Sisbudi Harsono, Profesor Agrikultur Universitas Jember, CEO Ur-Farm: Dea Salsabila Amira, COO Ur-Farm: Riduan Aldina (Foto: Istimewa/youngster.id)

youngster.id - Sesuai dengan misinya menyejahterakan dan pemberadayaan petani kopi, wirausaha sosial Ur-Farm menggelar lokakarya bertajuk “Ur-Farm Coffee Coals”. Tujuannya, untuk mengajari para petani mengenai cara pemanfaatan limbah kulit kopi menjadi bio-briket (bio-coals).

Menurut CEO Ur-Farm Dea Salsabila Amara, Ur-Farm Coffee Coals merupakan sebuah inisiatif sosial yang mengubah kulit kopi menjadi energi terbarukan berbentuk bio-briket. Proyek ini merupakan proyek sosial yang disponsori oleh U.S ASEAN Business Council melalui program YSEALI Seeds For The Future, sebuah program yang diinisiasi oleh mantan presiden Amerika Serikat Barack Obama, bertujuan memperkuat kepemimpinan dan konektivitas di wilayah Asia Tenggara.

Lokakarya pertama digelar di provinsi Lam Dong, Vietnam, pada 5 Mei 2018 lalu. Dalam loka karya ini 50 petani kopi hadir untuk mendengarkan bagaimana pemanfaatan limbah kulit kopi menjadi bio-briket.

“Teknologi ini merupakan yang pertama di Asia Tenggara bahkan di dunia, Ur-Farm sangat bangga membawa teknologi ini keluar dari Indonesia untuk pertama kalinya,” ucap Dea, dalam keterangan terulisnya (14/5).

Dijelaskan Dea, pesatnya pertumbuhan industri pertanian di kawasan ASEAN tidak dibarengi dengan pengetahuan tentang informasi pengelolaan sampah. Masalah sampah menuntut penanganan yang tepat, sehingga limbah tidak mempengaruhi makhluk hidup dan daerah sekitarnya. Sama seperti kopi, sebagai komoditas pertanian yang telah lama ditanam oleh petani di berbagai negara di dunia, memiliki permasalahan terhadap penanganan limbah kulit kopinya.

“Saat ini jumlah kulit kopi di wilayah Asia Tenggara hampir mencapai 1 juta ton. Di provinsi Jawa Timur, rata-rata petani kopi dapat mengolah kopi sebanyak 650.000 ton per tahun,” ungkap Dea.

Limbah kulit kopi yang tidak ditangani dengan baik memberikan polusi ke udara dan air, bahkan menimbulkan permasalahan gangguan pernafasan bagi petani kopi dan masyarakat yang tinggal disekelilingnya.

“Workshop ini di dedikasikan untuk mengurangi permasalahan limbah kulit kopi. Selama ini petani kopi memerlukan waktu 6 bulan untuk mengelola kulit kopi menjadi pupuk organik. Melalui teknologi yang saya ciptakan petani dapat mengelola kulit kopi menjadi briket, yang kemudian briket tersebut dapat digunakan untuk memasak, dan abu nya bisa digunakan secara langsung sebagai pupuk organik tanpa menunggu 6 bulan lamanya,” imbuh Dr. Soni Sisbudi, Profesor Teknologi Agrikultur Universitas Jember.

Tidak hanya itu, unt uk memastikan keberlanjutan dari proyek pengelolaan limbah kulit kopi menjadi energi terbarukan, Ur-Farm juga turut memberikan mesin pengolah kulit kopi menjadi briket kepada kelompok petani kopi di Lam Dong, Vietnam. Dengan harapan tidak ada lagi permasalahan limbah kulit kopi di daerah mereka.

Disebutkan Riduan Aldina, COO Ur-Farm, banyak sekali manfaat yang didapatkan petani dari bio-briket. Mengingat produknya merupakan bahan alami, sehingga aman untuk digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga dan untuk keperluan lain. Akibatnya, petani kopi lebih memahami tentang produksi kopi berkelanjutan, menciptakan sumber pendapatan baru bagi keluarga mereka dan turut berpartisipasi dalam tren energi terbarukan.

“Setelah negara Vietnam, Ur-Farm akan memberikan loka karya ke Davao, Phillipines pada bulan Agustus mendatang.  Dan, Sumedang, Indonesia pada bulan September,” ujar Riduan.

Ur-Farm didirikan pada tahun 2016 sebagai wirausaha sosial yang fokus kepada pemberdayaan petani kopi di Indonesia. Saat ini Ur-Farm telah memiliki 60 Petani kopi dari Jawa Timur.

 

FAHRUL ANWAR

Exit mobile version