youngster.id - Belakangan ini teknologi telah mengubah dunia kerja menjadi lebih virtual. Anda dapat bekerja di mana saja, dan membuat pekerjaan apa saja tanpa harus datang secara fisik ke kantor. Lalu bagaimana mengukur kinerja para pekerja tersebut?
Lagi-lagi teknologi adalah jawabannya. Belakangan ini ada sejumlah aplikasi project management tools berbasis software as a service (SaaS) yang mampu menjalankan perhitungan produktifitas pekerja tanpa harus bertemu secara fisik. Sebutlah Trello, Jira, atau Kanbanchi yang berbasis di luar negeri.
Tak mau ketinggalan, kini anak bangsa pun punya layanan sejenis yakni Worksaurus. Aplikasi ini besutan Vidi Meylan dan Said M Fahmi, yang sebelumnya telah lebih dari 10 tahun bergelut sebagai profesional di bidang konsultan IT. Vidi dan Said pun memutuskan pindah kuadran menjadi entrepreneur.
“Aplikasi ini berangkat dari kendala yang kami temui saat mengerjakan proyek dengan para klien. Di sana kami mendapati kurangnya integrasi antar-pekerjaan yang satu dengan yang lain, terutama ketika kami mengerjakan proyek IT dengan user yang berbeda-beda. Awalnya kami menggunakan software yang sudah ada, namun platform tersebut kurang mampu menyesuaikan dengan kebutuhan user yang berbeda-beda. Dari sanalah kami terpikir untuk membuat produk software yang dapat memecahkan masalah para pengguna itu,” ungkap Vidi kepada Youngsters.id.
Untuk itu, kata Vidi dia bersama Said memutuskan untuk mulai menggarap software untuk mempermudah workflow ini sejak Agustus 2015. Kebetulan keduanya bekerja bersama di sebuah perusahaan konsultasi IT. Jadi mereka pun menyisihkan waktu, tenaga dan modal untuk membangun platform yang diberi nama Worksaurus.
Awalnya, platform ini untuk dipakai sendiri dalam perusahaan konsultan yang sudah berjalan. Namun melihat kebutuhan pasar yang ada, akhirnya keduanya memutuskan untuk menjadikan Worksaurus sebagai produk software dan mulai diperkenalkan untuk masyarakat luas di awal 2017.
“Kami ingin memiliki produk yang menjawab kebutuhan pasar akan platform software yang dapat mempermudah pekerjaan. Untuk itu kami mengubah mindset kami dari yang fokus pada teknologi saja menjadi lebih fokus kepada pengguna, bagaimana mereka bisa menerapkan produk ini dalam kegiatan workflow mereka baik sebagai individu maupun tim,” ujar Vidi.
Saat ini pemanfaatan Worksaurus dilakukan mulai dari tim berskala kecil hingga besar. Mulai dari menyusul time table kegiatan pribadi hingga mengatur sistem customer service dari perusahaan berskala nasional.
Pemanfaatan Lebih Luas
Di awal pembuatan platform ini, Vidi dan Said sudah memilih nama Worksaurus. Vidi menjelaskan, Worksaurus berasal dari gabungan kata “work” dan “dinosaurus”. Nama tersebut dipilih sesuai dengan harapan dari Vidi dan Said.
“Harapan kami, platform ini bisa mengerjakan pekerjaan besar, sebesar dinosaurus,” ujar Vidi sambil tersenyum.
Menurut pria kelahiran Cilacap ini, visi pembuatan aplikasi ini adalah untuk membantu pekerjaan banyak, besar dan dengan beragam kebutuhan. Dengan begitu, ke depannya pemanfaatan Worksaurus diharapkan menjadi lebih luas.
“Sejak awal kami membuat Worksaurus adalah untuk memberikan kemudahan bagi user untuk menjalankan kegiatan pekerjaannya dengan lebih efisien dan efektif,” ujarnya.
Menurut alumni Nusamandiri ini, yang membedakan Worksaurus dengan platform sejenis ada pada kostumisasi. Jadi pengguna dapat mengatur pekerjaan administrasi sesuai kebutuhan. Ada Personal Workbook yang didesain untuk pengelolaan tugas perorangan. Hanya pembuat Workbook yang dapat melihat dan mengelola sistem penugasan di dalamnya.
Ada Shared Workbook, merupakan Workbook yang ditujukan untuk penggunaan dalam tim secara kolaboratif. Pengelolaan Shared Workbook dilakukan oleh anggota tim yang bisa masuk dengan menggunakan invitasi. Tampilan Workboard pun bisa diatur untuk menampilkan pekerjaan satu tim, dan kontribusi masing-masing anggota tim.
Selain itu pengguna tidak perlu lagi sering rapat untuk menanyakan kemajuan pekerjaan mereka. “Bahkan sambil liburan pun Anda tetap dapat memantau pekerjaan tim lewat fitur Kanban Worksaurus,” ujar Vidi.
Dia juga menjelaskan, platform ini juga sesuai untuk pekerjaan yang membutuhkan tim dari luar. Platform ini dapat mengorganisir pekerajaan dan tim dari proyek yang dibuatnya, bahkan bisa menambahkan proyek-proyek lainnya. Lebih dari itu, masih dalam satu aplikasi yang sama, ada chat room yang bisa menjadi sarana komunikasi antar-tim. Selain itu, laporan dari seluruh tim dapat dinilai secara terpisah oleh pengawas proyek. Termasuk mempermudah menghitung Key Performance Index (KPI).
“Semua ini akan dapat meningkatkan produktivitas pekerjaan, sehingga profit usaha pun dapat dicapai,” tegas Vidi.
Jadi Worksaurus berfungsi dalam memasilitasi kegiatan produktif sehari-hari dan bisa digunakan secara personal maupun berkelompok. Saat ini, Worksaurus sudah bisa diakses lewat aplikasi web dan mobile.
Ubah Fokus
Vidi mengungkapkan, keunggulan lain dari aplikasi yang dibesutnya adalah hemat waktu dan tenaga, mudah melihat progres pekerjaan, real time report melalui perangkat mobile dimana reminder dan notifikasi perubahan pekerjaan juga dapat dikirim melalui email atau langsung di smartphone.
Meski aplikasi pengelola tugas ini terbilang lengkap, namun Vidi mengakui keberadaan Worksaurus masih belum banyak dikenal orang. Padahal Worksaurus menyediakan layanan versi gratis, jumlah anggota dibatasi sebanyak 10 orang. Sedangkan untuk layanan versi berbayar, jumlah anggotanya tidak dibatasi. Dan semua bisa diakses lewat perangkat mobile.
“Kami menyadari bahwa layanan kami ini masih baru, dan belum dikenal. Oleh karena itu kami sekarang fokus pada pengguna. Sejauh mana mereka dapat menggunakan software ini dengan mudah,” ungkapnya.
Dia mengakui hal ini tidak mudah, mengingat masyarakat Indonesia yang masih belum banyak mengenal teknologi berbasi SaaS ini. Namun dia yakin, bahwa potensi pasar yang besar, lewat bertumbuhnya kegiatan wirausaha dan startup, menjadi peluang Worksaurus berkembang.
“Karena itu kami sekarang mengubah mindset dari pengembang IT yang fokus pada tkenologi dan fitur menjadi pengusaha. Kami mulai belajar untuk memahami user bagaimana mereka menggunakan produk kami dan apa yang bisa kami kembangkan untuk mereka,” ungkap Vidi.
Startup yang masih boothstrap funding ini mulai aktif mengikuti kegiatan yang difasilitasi Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). “Kami terbuka kemungkinan dengan pendanaan. Namun yang terutama kami ingin lebih memperkenalkan produk Worksaurus kepada para pengguna,” tegas Vidi.
Saat ini pemanfaatan seluruh fitur pada Worksaurus telah digunakan oleh berbagai perusahaan dengan skala tim mulai dari kecil hingga besar. Worksaurus juga memberikan free license untuk UKM yang bersifat sosial dan untuk lembaga pendidikan. XL Axiata dan Kreasindo Cipta Teknologi adalah di antara pelanggan startup ini.
Diklaim Vidi, saat ini sudah ada 10 perusahaan yang menggunakan layanan Worksaurus. Termasuk perusahan telekomunikasi untuk menangani layanan konsumen. “Jangkauan kami sudah luas, tetapi kami masih fokus untuk pasar Indonesia. Kami memiliki visi, aplikasi ini dapat membantu banyak project besar dan dengan beragam kebutuhan. Sehingga pemanfaatan Worksaurus ke depannya diharapkan menjadi lebih luas,” pungkasnya.
=========================================
Vidi Meylan
- Tempat Tanggal Lahir : Cilacap, 5 Mei 1989
- Pendidikan : Teknologi Informatika Nusa Mandiri
- Aplikasi : Worksaurus
- Perusahaan : PT Kreasindo Cipta Teknologi
- Jabatan : Co-Founder & Chief Technology Officer
- Mulai Usaha : Agustus 2015
- User : +/- 100 user
- Biaya/Harga : Rp 25.000/user/bulan
=====================================
STEVY WIDIA
Discussion about this post