youngster.id - Warung atau toko kelontong di Indonesia dinilai menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi negara di masa depan. Hal ini berdasarkan studi terbaru dari Flourish Ventures, perusahaan modal ventura global yang memiliki portofolio investasi di Indonesia dan seluruh Asia, berjudul Digitizing the Corner Shop.
Laporan ini berdasarkan hasil survei pemilik toko dan pelanggan warung di seluruh India, Mesir, Brasil, dan Indonesia. Laporan tersebut menemukan bahwa di keempat pasar, startup teknologi menyediakan perangkat dan fasilitas online murah untuk toko-toko tersebut. Hal itu dapat menghasilkan peningkatan pendapatan 60-100%+ bila diterapkan dalam skala besar.
“Pandemi telah mendorong penggunaan teknologi digital oleh pelanggan. Meskipun demikian, toko-toko kecil di berbagai tempat di Indonesia – atau warung – terus menjadi kontributor yang signifikan bagi perekonomian dan mendapat kepercayaan pelanggan,” kata Smita Aggarwal, penasihat investasi global di Flourish Ventures dalam siaran pers, Senin (26/9/2022).
Di Indonesia, Flourish menyurvei lebih dari 200 warung dan pelanggan mereka guna menilai potensi teknologi digital untuk membuka peluang efisiensi dan keuangan yang lebih besar bagi warung “emak-emak dan bapak-bapak” di lingkungan kita ini.
Menurut Aggarwal, survei tersebut menemukan 98% konsumen berniat untuk terus berbelanja dalam jumlah yang sama banyak atau lebih di warung-warung lokal sekitar mereka di masa depan. Pada saat yang sama, 84% pemilik warung mengatakan mereka sudah menggunakan aplikasi digital untuk membantu menjalankan bisnis mereka saat ini.
“Penelitian kami menegaskan bahwa toko-toko tradisional ini menawarkan kenyamanan dan layanan yang tak tertandingi kepada pelanggan mereka. Bayangkan peluang bagi perekonomian jika mereka dapat memanfaatkan teknologi digital dan menjadi lebih efisien. Membantu pemilik toko memecahkan masalah dalam bisnis mereka akan menciptakan siklus yang baik dengan meningkatkan penjualan, meningkatkan margin, serta berkontribusi pada PDB dan ekosistem yang lebih luas,” papar Aggarwal.
Adapun 3,5 juta warung di Indonesia mewakili 70% dari penjualan di pasar grosir yang bernilai US$257 miliar, meskipun ada persaingan dari pengecer besar. Laporan tersebut menyimpulkan bahwa warung merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari di Indonesia dan akan tetap penting bagi perekonomian lokal dan nasional.
Penelitian Flourish juga menemukan bahwa warung-warung di Indonesia berjuang untuk membiayai bisnis mereka dan menghadapi tantangan dalam membeli dan mengelola persediaan.
“Warung-warung kerap berjuang dengan inefisiensi rantai pasokan, akses terbatas ke modal kerja, serta perkiraan penjualan yang dapat membantu mereka tumbuh. Bila mereka ingin berkembang di abad ke-21, pemilik warung harus fokus pada digitalisasi toko mereka. Digitalisasi akan membantu mereka dalam mengakses produk embedded finance,” tambah Aggarwal.
Penelitian ini dilakukan untuk lebih memahami warung-warung di seluruh dunia dan berbagi pembelajaran tentang bagaimana perusahaan digital dapat melayani kebutuhan mereka. Bekerja sama dengan firma riset 60 Decibels dan platform e-commerce TaniHub, lembaga ini menyurvei 200 pemilik warung di Indonesia dan 200 pelanggan mereka untuk mempelajari secara langsung apa saja kesulitan bisnis mereka, ancaman persaingan, aspirasi, serta perilaku digital.
“Kami percaya, dari sudut pandang ekonomi, sangat penting bahwa warung tetap ada di jantung lingkungan setempat Indonesia, didukung piranti digital untuk meningkatkan pertumbuhan dan keuntungan mereka,” tutup Aggarwal.
STEVY WIDIA