youngster.id - Waktu belanja meriah sudah tiba, dimulai dengan Black Friday pada bulan November, dilanjutkan dengan membeli hadiah Natal dan Tahun Baru, dan diikuti dengan diskon Januari. Namun perlu diingat pelaku kejahatan siber mengincar data perbankan konsumen dan akun belanja online di musim liburan ini.
Seperti yang ditunjukkan oleh laporan Kaspersky Lab “From festive fun to password panic: Managing money online this Christmas”, belanja online adalah salah satu kegiatan paling populer di Internet, setelah e-mail tentunya. Sementara sebagian besar orang (93%) sadar akan ancaman siber finansial, 32%nya telah mengalami ancaman data finansial jatuh ke tangan yang salah.
Kenyamanan berbelanja online memang sangat menggiurkan, tetapi beberapa orang masih khawatir tentang seberapa aman pembayaran online mereka. Sayangnya, kekhawatiran mereka sangat beralasan. Dari 32% yang memiliki risiko berbahaya akan data keuangannya, survei mengungkapkan bahwa seperempat (26%) dari mereka tidak pernah mendapatkan uang mereka kembali. Beberapa faktor yang berpotensi membahayakan keuangan orang-orang adalah kesulitan dalam mengontrol data pembayaran setelah menggunakannya di berbagai platform e-commerce dan variasi metode pembayaran yang tersedia.
Belanja online layaknya mengunjungi mal raksasa di mana orang dapat membeli barang dari banyak platform e-commerce yang berbeda. Tidak mengherankan kalau para pembeli mengalami kesulitan dalam melindungi informasi pembayaran online mereka di bawah kendali. Lebih dari separuh orang (54%) paling khawatir tentang data finansial mereka dapat diakses oleh para pelaku kejahatan siber. Sepertiga (36%) responden bahkan lupa atau tidak mencoba mengingat situs web dan aplikasi tempat mereka membagikan rincian keuangannya.
Karena para konsumen mencoba memastikan kredensial pembayaran mereka mudah ditemukan dan diingat, satu dari lima (20%) lebih suka menyimpannya di perangkat. Upaya tersebut dapat membuat pengajuan kredensial lebih mudah ketika orang melakukan belanja online, sehingga mereka tidak perlu khawatir melupakannya. Namun, jika perangkat hilang atau dicuri, pengguna berisiko tidak hanya kehilangan data pribadi tetapi juga uang mereka, karena seseorang dapat mengakses akun bank pengguna jika menemukan data terkait di catatan dalam ponsel pintar mereka.
Banyaknya metode pembayaran digital yang tersedia memberikan kebebasan kepada para pembeli untuk memilih cara favorit mereka dalam membeli barang atau jasa. Metode yang paling disukai adalah kartu debit dan kartu kredit, transfer langsung dari rekening bank dan e-wallet, misalnya PayPal. Namun metode pembayaran lain juga semakin populer. Belanja dengan frekuensi yang cukup sering memungkinkan orang mengumpulkan poin melalui program loyalitas dan menggunakannya untuk berbelanja lebih banyak. Dengan adanya telepon dan jam pintar, konsumen bahkan tidak perlu membawa dompet, uang fisik, atau bahkan kartu plastik. Fenomena ini sekaligus membantu meningkatkan popularitas pembayaran nirsentuh, seperti PayPass dan Apple Pay, dengan sepertiga dari pembeli (31%) menggunakannya secara teratur.
STEVY WIDIA
Discussion about this post