Waste4Change Peroleh Investasi Rp250 Miliar dari Proyek Pengelolaan Sampah

Rumah Pemulihan Material 2.0 Waste4Change

Waste4Change Peroleh Rp250 Miliar dari Proyek Pengelolaan Sampah (Foto: Istimewa/youngster.id)

youngster.id - Waste4Change telah menandatangani MoU kerjasama proyek untuk menciptakan pengelolaan sampah berbasis teknologi terdigitalisasi dengan estimasi nilai kerja sama senilai Rp250 miliar bersama 7 perusahaan berbeda.

Adapun perusahaan-perusahaan menjalin kerja sama adalah Samudera Indonesia, PT Freepoint Commodities, PT Alam Bersih Indonesia, PT Indocement, PT Sinar Mas Land, PT Basra Corporation, dan rePurpose Global.

Mohamad Bijaksana Junerosano selaku CEO & founder Waste4Change mengatakan, dana ini akan berguna untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pengelolaan sampah di berbagai area lainnya.

“Harapan saya, Waste4Change bisa terus bertumbuh dan menjadi partner yang tepat untuk mengembangkan investasi hijau di bidang persampahan,” kata Junerosano, dalam acara diskusi bertajuk “Investasi Hijau untuk Pengelolaan Sampah Bertanggung Jawab”, Rabu (8/3/2023).

Pengelolaan sampah termasuk ke dalam daftar prioritas investasi hijau yang ditetapkan Kementerian Keuangan, dengan target penerapan blended finance menyasar pembangunan infrastruktur sektor-sektor dengan angka multiplier effect terbesar yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup dan adopsi teknologi hijau.

Sayangnya, sebesar 40-50% pembangunan TPST dan TPS3R tidak terawat dan sanitary landfill kembali menjadi tempat pembuangan sampah akibat skema pembiayaan yang tidak berkelanjutan. Diperlukan reformasi dalam retribusi persampahan yang memungkinkan penanaman modal secara berkelanjutan dan juga regulasi yang memastikan investasi di infrastruktur pengelolaan sampah menjadi lebih optimal.

Moris Nuaimi, Direktur Perencanaan Infrastruktur, Kedeputian Bidang Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM mengatakan, pihaknya melihat bahwa kesempatan investasi hijau dan kesiapan pihak penerima menjalankan kepercayaan tersebut sudah terbentuk dengan baik. Inisiasi mandiri dan upaya dari private sector seperti Waste4Change dapat menguatkan sumber pendanaan dari banyak aliran. Terlebih, jika kita ketahui bahwa pemerintah daerah dan investor sudah bersedia memfasilitasi.

“Ini adalah contoh yang bisa ditiru oleh pihak pemerintah daerah lain dan penyedia layanan pengelolaan sampah lainnya untuk bergerak lebih gesit dalam menggali lebih banyak investasi hijau untuk dapat mewujudkan lingkungan Indonesia yang lebih berkelanjutan,” kata Moris.

Investasi hijau dalam sektor persampahan dilakukan untuk dapat membantu penanganan sampah di Indonesia melalui peningkatan infrastruktur atau fasilitas dan peralihan sumber daya serta mewujudkan penyelenggaraan ekonomi melingkar yang difokuskan untuk mengurangi timbulan sampah sedari awal.

Survei Global Sustainable Investment Alliance (GSIA) pada 2021 menyebut, aset investasi hijau di negara berkembang memiliki potensi pertumbuhan hingga US$30,7 triliun. Dan dibutuhkan total investasi modal sebesar US$18 miliar di bidang teknologi dan US$22 miliar di bidang jasa pada rentang tahun 2017 hingga 2040 untuk mengatasi tantangan dalam mengubah praktik business as usual menuju Skenario Perubahan Sistem pada pengelolaan sampah dan daur ulang yang efektif berdasarkan laporan NPAP.

Angka tersebut memungkinkan harapan untuk dapat menangani masalah sampah yang ada. Peran aktif investor dan pemilik modal sangat penting dalam mengarahkan pelaku bisnis untuk lebih tanggap dalam melihat peluang bisnis hijau yang selaras dengan alam, salah satunya persampahan.

Pandu Sjahrir, Founding Partner AC Ventures menilai, sejak didirikan pada 2014 Waste4Change sukses mendisrupsi sektor pengelolaan limbah yang bertanggung jawab di Indonesia. Komitmen kuat dari pendiri dan tim Waste4Change untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi Indonesia, sukses mengantarkan Waste4Change mengumpulkan dana dari berbagai investor ternama, seperti AC Ventures, dan menggandeng berbagai mitra strategis di tahun ini.

“Waste4Change juga berada pada momentum yang tepat, seiring dengan target pemerintah Indonesia untuk menjadi salah satu negara di tingkat ekonomi teratas, sehingga permintaan akan pengelolaan limbah yang bertanggung jawab akan meningkat seiring dengan kesadaran dan peningkatan standar hidup,” ujar Pandu.

Faktanya, menurut data Systemiq & Delterra di tahun 2022, 97% pendanaan sampah di Indonesia masih mengandalkan iuran sampah dari rumah ke rumah (door-to-door fee collection). Sedangkan negara yang lebih maju sudah meninggalkan metode tersebut dan beralih pada iuran sampah sebagai pajak dan iuran sampah yang termasuk pada biaya langganan utilitas.

Beberapa hal terkait dukungan pada pengelolaan sampah tentu perlu ditingkatkan, baik dari segi teknis maupun pembiayaan. Mengurangi aktivitas membakar dan mengubur sampah, menjalankan TPS 3R dan fasilitas pengelolaan sampah lainnya secara cermat dan berkelanjutan, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya retribusi sampah, adalah hal yang bisa mulai ditingkatkan. Dalam hal ini pemerataan fasilitas bukan lagi masalah utama, tapi bagaimana memastikan fasilitas pengelolaan sampah berjalan optimal.

Pendanaan di sektor pengelolaan sampah akan berdampak besar pada keberlanjutan. Pengelolaan sampah merupakan kebutuhan dasar, sehingga akan ada permintaan yang konstan meskipun kondisi ekonomi maupun sosial berubah. Ada banyak inovasi yang bisa dilakukan di Indonesia. Diperlukan kontribusi dari pemegang kepentingan lain untuk ikut mempersiapkan ekosistem persampahan Indonesia yang bisa menerima investasi hijau.

Dalam hal ini, Waste4Change sebagai perusahaan manajemen sampah telah dipercaya oleh beberapa pihak penanam modal untuk berinvestasi di Rumah Pemulihan Material (RPM) bertujuan meningkatkan pemilahan dan jumlah material terdaur ulang.

Rumah Pemulihan Material 2.0 Waste4Change ini telah menambahkan teknologi mesin pemilahan sampah dan pengintegrasian teknologi digital untuk proses pemantauan dan perekaman aliran pengolahan sampah. Inovasi ini merupakan salah satu pemanfaatan dana investasi series A dari AC Ventures dan Barito Mitra Investama untuk Waste4Change di akhir 2022 lalu. Dengan adanya teknologi tersebut,  RPM Bekasi Waste4Change mampu mengurangi residu sampah dari 65% menjadi 10%. Kapasitas pengelolaan sampah RPM Bekasi Waste4Change juga naik dari 18 ton menjadi 22 ton dalam sehari.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version