youngster.id - Bisnis rintisan atau startup semakin diminati anak muda di Indonesia. Apalagi belakangan ini mulai banyak investor yang tertarik mendanai startup dengan dana yang dikucurkan tidak main-main, bisa mencapai ratusan miliar. Tak heran jika startup unicorn pun terus bermunculan.
Pendana untuk para pelaku startup ini bisa berasal dari angel investor atau venture capital. Nah, salah satu investor yang terbilang paling aktif di Indonesia adalah East Venture. Pemodal ventura yang berkantor di Jakarta, Singapura dan Jepang ini sejak tahun 2010 telah mendanai ratusan startup di Jepang, Thailand, Malaysia, Singapura, termasuk di Indonesia.
East Venture ini telah berinvestasi pada startup yang bergerak di 116 jenis bisnis, mulai dari e-commerce, aplikasi mobile, software untuk perusahaan, edukasi, fintech, healthcare, termasuk usaha kecil dan menengah (UKM). Antara lain Kudo, Moka, RuangGuru, Jurnal, dan terbaru Fitcompany, dan Fore Coffee.
Di Indonesia sendiri, East Ventures telah berpartisipasi pada lebih dari 190 pendanaan untuk startup Tanah Air. Semua mendapat pendanaan tahap awal (seed funding), dan sekitar 70% dari startup Indonesia berhasil mendapatkan pendanaan Seri A. Beberapa yang diinvestasi telah sukses menjadi startup unicorn seperti Tokopedia dan Traveloka. Beberapa juga diakuisisi oleh dua startup unicorn Grab dan Go-Jek, seperti Kudo dan Loket.
Tak heran jika East Venture ditunjuk oleh Alibaba Holding Group sebagai penasihat dalam program Alibaba eFounder Fellowship. Ini merupakan program intensif selama 14 hari yang diselenggarakan oleh Alibaba dan UNCTAD untuk melatih startup yang ada di ekosistem Alibaba.
Apa kriteria dan jenis startup yang bisa memperoleh funding dari East Venture? Berikut petikan wawancara Wartawan youngster.id, Stevy Widia, dengan founder dan Managing Partner dari East Venture, Willson Cuaca :
East Ventures disebut sebagai investor paling agresif di startup Indonesia saat ini ?
Kami tidak merasa agresif. Biasa-biasa saja. Hanya saja, umumnya rasio dari 10 startup yang didanai yang dapat bertahan itu hanya satu, tetapi kami dari 10 yang bertahan 8.
Mengapa pendanaan East Venture fokus ke Indonesia ?
Dalam 10 tahun perkembangan ekosistem digital di Indonesia sangat pesat sekali. Indonesia itu the largest economic in South East Asia. Semua unicorn di South East Asia kalau tidak ada kata Indonesia dia tidak bakal jadi unicorn. Jadi karena digital infrastruktur sudah efisien jadi apapun yang ditaruh atas harusnya bisa jalan dengan lebih efisien. Dan kami yakin 10 tahun ke depan akan banyak inovasi yang muncul di sini yang belum kita lihat sebelumnya.
Pendanaan East Venture 90% ada di Indonesia. Karena kalau membandingkan biaya dan resources untuk bikin startup di Indonesia dengan di Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina itu hampir sama. Tetapi output-nya akan berbeda. Kamu rilis mobile apps di Singapura dan dapat 5.000 download itu sudah top apps di apps store di Singapura. Begitu juga di Malaysia sekali rilis dapat 10.000. Tetapi di Indonesia, contohnya perusahaan kopi kami, saat meluncurkan aplikasi bulan pertama langsung 70 ribu download. Itu membuat Indonesia sangat menarik. Indonesia itu sekarang top apps di Android dan Apple Store.
Startup seperti apa yang bisa didanai oleh East Ventures?
Apa saja yang terkait dengan teknologi. Fokus kami ke orang atau founder/entrepreneur-nya. Kami pilih orang bukan pilih produk. Market kita lihat tapi bukan yang terpenting, karena yang terpenting orangnya. Kalau foundernya pinter, produknya pasti bagus. Jadi kami fokus ke orang. Kami mencari orang yang jujur dan punya passion.
Saya ingin katakan, venture investing untuk early stage seed ini bukan IT business, tapi investasi pada orang.
Model Bisnis apa yang paling menarik di Indonesia ?
Kami mau investasi bisnis apa saja yang ada di Indonesia. Kenapa? Karena Indonesia itu banyak problem. Semakin banyak masalah semakin banyak opportunity. Yang penting bisnis itu terkait dengan teknologi. Karena internet itu solve banyak problem, khususnya di Indonesia. Karena kita archipelago, pulaunya banyak, hanya internet yang bisa membuat itu jadi terhubung.
Apa bentuk permodalan yang diberikan East Venture ?
Permodalan selalu dalam bentuk equity. Karena kalau company-nya KO, kami juga hilang uang. Kalau company-nya sukses, kami juga sukses. Kalau loan, company KO, artinya kami ambil modal dan keluar. Tetapi, kami tidak begitu. Kami share visi dengan founder, kami percaya dengan founder. Makanya di dunia digital itu ada namanya Spray and Pray. Jadi spray lalu pray yang banyak. (sambil tertawa)
Kondisi startup yang didanai VC bagus, banyak yang sudah jadi unicorn. Persentasi kami jauh lebih baik dari ekosistem lain. Karena biasanya itu dari 10 yang mati sembilan, dari kami yang mati dua yang hidup delapan.
Apakah East Ventures sudah meraih profit dari investasinya?
Soal profit nantilah, sekarang banyak doa saja. Kami sekarang pray playing hard, mudah-mudahan jadi. Ini high risk sekali, sehingga sangat sulit menghitung kami untung atau rugi. Namun apa yang terjadi di Amerika Serikat bisa menjadi benchmark. Misalnya di sana, rata-rata selama 7-8 tahun, satu perusahaan startup bisa melakukan IPO. Kami baru tahun kelima. Nah, dua tahun lagi saya akan menjawab pertanyaan Anda soal untung-rugi. Sekarang burn mode, tapi memang karakter bisnisnya begini.
Sejauh ini kondisi startup yang kami danai bagus, sudah ada yang jadi unicorn. Persentasi kami jauh lebih baik dari ekosistem lain. Karena sekali lagi, biasanya itu dari 10 yang didanai, yang mati sembilan. Dari kami yang mati dua, yang hidup delapan.
Dari mana saja investor East Ventures?
Investor kami berasal dari Jepang dan Singapura. Mereka mau menjadi investor, karena mereka tahu potensi Indonesia besar, bayangkan 40% populasi ASEAN ada di Indonesia.
(Secara rutin, East Venture melakukan penggalangan dana dari para investornya tiap dua tahun sekali).
Bagaimana strategi Anda agar investasinya bisa berhasil di startup populer?
Kami bantu mentorship di awal-awal. Spesialisasi East Ventures adalah product/market fit. Artinya, bagaimana membangun ide, dan mengembangkannya sampai menjadi produk yang bisa masuk ke pasar Indonesia. Jadi kami arahkan bisa bikin produk. Jika produknya berkembang, ada lagi investornya. Namanya growth stage startup investing. Startup yang mau melakukan initial public offering (IPO), ada lagi investornya. Jadi kami fokus ke hulu, startup di fase paling awal, yakni product/market fit, artinya bagaimana membuat produknya cocok di pasar.
Yang membedakan kami dengan bisnis tradisional hanya satu yaitu teknologi internet. Apa yang dikerjakan orang tradisional satu kali, kita kerjakan 10 kali lebih cepat. Itu yang membedakan kita dengan mereka. Business is business, jualan mie instan untuk dimakan tetap harus ada pabrik. Tetapi distribusinya beda, cara marketing-nya beda. Mindset-nya beda. Dengan investasi kami maka langkah startup akan lebih cepat. Kami akan mengajari Anda apa yang harus dihindari, bukan apa yang harus dilakukan.
Apa prediksi tren segmen startup yang akan booming di tahun ini?
Tiap tahun kita selalu datang dengan hipotesis yang berbeda, cukup tematik. Ada naratif tertentu di belakangnya. Apakah lifestyle atau entertainment sebenarnya [kita] enggak begitu particular vertical. Intinya sekarang GDP Indonesia sudah mulai naik, artinya ada kebutuhan tidak dasar lagi yang mulai dicari orang. Di semua negara berkembang pasti begitu.
Oleh karena itu, startup yang bergerak di bidang gaya hidup, wellness, kesehatan, O2O integration, dan new retail akan muncul dan menjadi tren investasi tahun ini. Apalagi ekosistem digital di Indonesia sudah terbangun secara menyeluruh dan terintegrasi, baik dari sistem pembayaran, logistik, dan layanan e-commerce.
Akan ada berapa banyak investasi yang akan dikucurkan tahun ini?
Kalau itu kami tidak bisa ungkpakan. Tetapi kami terus melakukan investasi, setiap minggu paling tidak ada dua atau tiga startup yang close deal. Kami masih punya dana yang akan difokuskan untuk berinvestasi di Indonesia dengan nominal dari pendanaan tahap awal dan seri A. (SW)