youngster.id - Situasi perekonomian di Indonesia memiliki dua hal yang potensial dan menonjol, yaitu pasar konsumsi dan pelaku UMKM yang sangat besar. Dengan besarnya volume pasar dan tingginya konsumsi rumah tangga, menjadikan pasar sektor ritel di Indonesia memiliki potensi yang menjanjikan untuk dieksplorasi. Disinilah ada peluang wirausaha dalam mengembangkan sektor ritel dan UMKM di tengah Pandemi.
Sektor ritel terus tumbuh dan berkembang di Indonesia. Tercatat sektor ritel bertumbuh sekitar 8% setiap tahunnya. Dari total US$ 800 miliar nilai pasar ritel di Asia, Indonesia menghasilkan sebesar US$300 milia. Dari 70-80% nilai tersebut bersumber dari pengecer tradisional. Peningkatan pertumbuhan ritel tradisional pun diperkirakan bertumbuh sebanyak 120% selama empat hingga lima tahun mendatang.
Meski pasar sektor ritel di Indonesia memiliki potensi yang luas untuk dieksplorasi, para pelaku usaha menghadapi tantangan yang tidak bisa diabaikan, yaitu transformasi ritel.
Dalam webinar itu Derry Sakti Founder & CEO Ula mengatakan, tantangan transformasi ritel di Indonesia mengubah habit masyarakat luas yang sejak dahulu terbiasa melakukan jual beli di pasar tradisional atau offline. “Kebutuhan transformasi inilah yang menarik pemain B2B e-commerce bermunculan untuk melayani kebutuhan konsumsi rumah tangga yang masih bertumpu pada offline,” papar Derry dalam webinar “Exploring Immense Opportunities in Indonesia’s Retail Market & SME’S” yang digelar Diplomat Success Challenge (DSC) dan MarkPlus Institute belum lama ini.
Menurut Derry, dengan semakin banyak pelaku ritel offline bertransformasi mengadopsi teknologi melalui aplikasi Ula, pelaku ritel offline mampu meningkatkan produktivitas hingga 117%, dan mampu meningkatkan pendapatan hingga 165%.
“Digitalisasi bukan lagi hal yang mewah, melainkan kebutuhan hal untuk berkembang bagi pelaku UMKM. Karena potensinya yang luar biasa tinggi dan juga transformasi yang belum optimal, banyak investor baru berinvestasi di bisnis startup B2B e-commerce. Sehingga ini menjadi peluang besar bagi calon wirausaha memulai bisnis maupun wirausaha untuk mengoptimalkan pasar sektor ritel,” kata Derry menjelaskan.
Sementara itu Ansari Kadir, Co-founder Sang Pisang & Ternakopi serta CMO GK Hebat, berbagi insight tentang bagaimana peluang bisnis dalam sektor ritel & UMKM di Indonesia. Menurut dia, meski pasar sektor ritel di Indonesia memiliki potensi yang menjanjikan untuk dieksplorasi, pelaku UMKM di Indonesia pun harus menjadi key player di pasar negeri sendiri.
Contohnya, dia berhasil mengembangkan bisnis Sang Pisang hingga memiliki lebih dari 70 outlet tersebar di Indonesia dan Malaysia, memberikan masukan kepada wirausaha yang ingin bersaing di pasar sektor ritel.
“Di era keterbukaan pasar melalui perjanjian dagang dan keterbukaan pada platform digital, penting bagi wirausaha dan pelaku UMKM memahami pivot bisnisnya seperti apa. Sehingga meski dilanda persaingan, mereka bisa mewujudkan bisnis yang menyatukan tiga prinsip penting, yaitu profit, growth dan sustain,” katanya.
Ansari mendorong para pelaku UMKM yang bergerak di sektor ritel, untuk terus meningkatkan kualitasnya, agar tidak tertinggal dibandingkan negara tetangga lainnya seperti Malaysia dan Thailand. Kuncinya adalah fokus akan adaptasi teknologi.
Selain fokus adaptasi teknologi, pelaku UMKM membutuhkan pendampingan serta jaringan ekosistem untuk berkolaborasi sehingga mampu menjadi key player dalam memanfaatkan potensi sektor ritel. Alumni DSC 2018, Bayu Mahendra Saubig, Founder Tumbasin merasakan manfaat mentorship saat mengikuti DSC dan bergabung dengan Diplomat Entrepreneur Network (DEN).
Saat memulai bisnis tahun 2017, Tumbasin semula hanya melalui layanan whatsApp dan media sosial. Lalu setelah mengikuti DSC pada tahun 2018, ia mendapatkan masukan berarti untuk segera bertransformasi digital. Setahun kemudian, Tumbasin bertransformasi menjadi aplikasi yang melayani belanja kebutuhan pokok dari pasar tradisional. Bahkan lewat mentorship dan DEN, ia mendapatkan input ketika Tumbasin berencana untuk ekspansi ke berbagai kota di luar pulau Jawa.
“Transformasi bisnis Tubasin bukan hanya mempermudah masyarakat memenuhi kebutuhan pokok saja, tetapi juga membantu menghidupkan perekonomian pedagang pasar tradisional agar tetap bisa bersaing dengan pasar modern,” katanya.
DSC 2021 mengambil tema “Raih Peluang Sekarang dan Bikin Gebrakan”, untuk mendorong wirausaha di Indonesia melahirkan gebrakan dalam berbisnis. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, DSC 12 akan memberikan modal usaha senilai total Rp 2 miliar yang berbentuk hibah. Calon peserta DSC 12 dapat mendaftarkan diri dan proposal ide bisnisnya melalui situs diplomatsukses.com hingga 19 Oktober 2021.
STEVY WIDIA
Discussion about this post