youngster.id - Ketahanan pangan menjadi isu penting di masa sekarang ini. Apalagi potensi sektor pertanian, peternakan, dan perikanan di Indonesia masih besar untuk dioptimalkan. Sayangnya, banyak generasi muda yang tidak tertarik pada dunia pertanian, peternakan dan perikanan.
Inilah yang menjadi permasalahan krusial, dimana kebutuhan permintaan pangan selalu naik tapi tidak dibarengi dengan peningkatan jumlah dan kualitas produsen, khususnya dari generasi muda. Untuk memantik kesadaran wirausaha muda membangun sociopreneur di bidang tersebut Diplomat Success Challenge (DSC) 12 menggelar bertajuk “Building Impactful Business in Farming & Fisheries Sector”.
Narasumber dari acara tersebut adalah alumni DSC 2015 yaitu Dalu Nuzlul Kirom CEO dan founder Ternakesia, Utari Octaviany CSO dan co-founder Aruna, serta Ahmed Tessario CEO dan founder Sirtanio Organik. Mereka berbagi pengalaman membangun bisnis berdampak sosial di sektor peternakan, perikanan dan pertanian.
Dalu mengaku terpanggil untuk memajukan sektor peternakan yang kurang diminati oleh wirausaha muda.
“Bisnis rintisan Ternakesia hadir sebagai bentuk jawaban kami akan permasalahan yang ada di sektor peternakan. Kami mencoba mengamplifikasikan teknologi ke bisnis peternakan sebagai salah satu usaha mengatasi kendala usaha para peternak. Ternakesia sendiri fokus di sektor peternakan yang membantu peternak Indonesia yang membutuhkan bantuan bidang permodalan, pemasaran, dan manajemen,” katanya.
Lain lagi dengan Utari yang bersama kedua rekannya, Indraka Fadhlilah dan Farid Naufal Aslam mendirikan Aruna. Dengan platform Aruna, supply chain dapat lebih ringkas karena transaksi pembelian ikan terjadi secara langsung antara nelayan atau pembudidaya ikan dengan konsumen, tanpa melalui jalur tengkulak. Nelayan mendapatkan harga jual yang layak, konsumen pun mendapatkan kebutuhan ikan dengan harga yang masuk akal.
“Aruna awalnya menghadapi tantangan saat mensosialisasikan teknologi baru yang ditawarkan aplikasi Aruna ke kelompok nelayan. Disinilah peran wirausaha muda dalam turut berkontribusi mengedukasi sebagian besar kelompok nelayan dalam adaptasi transformasi teknologi,” kata Utari.
Keberhasilan Aruna berkat pilot project yang berhasil dilakukan pada kelompok nelayan tempat asal Utari dibesarkan. Selain itu, Aruna pun membentuk local heroes yang membantu nelayan setempat untuk memantau dan mengoperasikan Aruna.
Lain halnya dengan Ahmed Tessario yang memanfaatkan ekosistem Diplomat Entrepreneur Network (DEN) untuk bisa kolaborasi dan cross selling. Bukan saja cross selling dari sisi produk, namun juga cross selling dari knowledge.
Tessar mengajak kolaborasi Gazan Azka Ghafara yang merupakan pemenang DSC 2016 melalui brand Zanana Chips. Lewat kolaborasi sesama wirausaha yang dalam naungan DEN, keduanya sepakat berkolaborasi dengan saling bersinergi bertukar jaringan distribusi untuk memperluas jaringan pemasaran.
DSC ke-12 terus membuka peluang bagi para wirausahawan untuk dapat terus mengembangkan usaha mereka dengan dana hibah total 2 miliar rupiah. “Kami harap dengan hadirnya DSC 12 akan kembali membawa harapan baru bagi wirausaha yang ingin terus bergerak maju mengeksplorasi peluang yang terbuka lebar,” kata Edric Chandra, Program Initiator DSC 12.
Kompetisi berhadiah modal hibah Rp 2 miliar masih membuka pendaftaran hingga 19 Oktober 2021.
STEVY WIDIA
Discussion about this post