youngster.id - “Rafi, saya ingin bertanya pada Rafi, cita-citanya kalau besar mau jadi apa?” tanya Presiden Joko Widodo kepada siswa SD bernama Rafi, dalam sebuah acara Hari Anak Nasional pada hari Minggu, 23 Juli 2017 lalu. “Jadi YouTubers, pak,” jawab Rafi tegas.
Sontak tawa Presiden yang akrab disapa Jokowi ini pecah mendengar jawaban tak terduga Rafi itu. Tak berhenti di situ. Presiden Jokowi kembali bertanya kepada Rafi, “Coba ceritakan, kalau YouTube itu seperti apa sih?” tanya Presiden Jokowi lagi. “YouTubers itu kalau banyak subscriber-nya kita bisa menghasilkan uang,” jawab Rafi.
Dialog antara Presiden Jokowi dan anak-anak tersebut sekadar ilustrasi. Walaupun tidak menjadi ukuran dan berlaku umum, namun setidaknya jawaban anak itu menyiratkan adanya pergeseran keinginan atau cita-cita anak di masa depan. Bukan lagi ingin menjadi pilot atau dokter, tapi ingin menjadi Youtuber, mencari uang sendiri. Wirausaha, menjadi pengusaha.
Keinginan berwirausaha atau menjadi pengusaha juga, kini, bertumbuh kuat di kalangan mahasiswa. Sebuah survey yang dilakukan Victor Medina-Conesa untuk tesis S2-nya, yang berjudul “Development of young technology companies across Asia-Pacific,” menyebutkan bahwa sekitar 60% dari responden ingin memulai bisnis mereka sendiri atau berwirausaha setelah menyelesaikan kuliah.
Secara umum, keinginan berwirausaha atau memiliki bisnis sendiri juga bersemai di banyak orang Indonesia. Ini terungkap dari sebuah survey kewirausahaan, “The Asia Pacific Entrepreneurship Instights Survei 2019” yang diadakan oleh Herbalife Nutrition, pada Mei hingga Agustus 2019.
Survei yang melibatkan responden di 9 negara Asia Pasifik, yaitu Australia, Hong Kong, Indonesia, Jepang, Malaysia, Filipina, Singapura, Korea Selatan, dan Thailand itu menyebutkan bahwa: 7 dari 10 orang responden menginginkan punya bisnis sendiri. Menariknya, keinginan berwirausaha yang paling kuat ditemukan pada responden dari Indonesia, yakni sebanyak 96%. Selanjutnya, disusul Filipina (92%), Thailand (89%), dan Malaysia (86%).
Kendati begitu, sejauh ini jumlah pengusaha di Indonesia masih sedikit dibandingkan dengan populasinya. Bahkan, dibandingkan dengan beberapa negara di Asia Tenggara lainnya, jumlah wirausahawan di Indonesia masih kalah jumlah.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) mengklaim hingga akhir 2017 jumlah rasio wirausaha di Indonesia mencapai 3,10%. Rasio angka wirausaha itu meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, yang sebesar 1,67% dari total populasi.
Meskipun rasio tersebut sudah melampaui standar internasional, yakni sebesar 2% (sebagai indikator kemajuan dari suatu negara, dimana minimal 2% dari jumlah penduduknya harus berprofesi sebagai wirausaha), toh Indonesia masih butuh banyak lahirnya wirausaha baru untuk mengejar capaian negara tetangga. Misalnya, rasio wirausaha di Singapura sudah mencapai angka 7%, Malaysia sebesar 5%, Thailand sebesar 4,5%, dan Vietnam sebesar 3,3%. Sedangkan, negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Tiongkok dan Jepang, jumlah pengusahanya sudah di atas 10% dari total jumlah penduduknya.
Memacu Tumbuhnya Wirausaha Muda
Mengapa Indonesia masih butuh banyak wirausahawan baru? Sederhana aja, jika jumlah wirausaha bisa bertambah maka akan turut mendongkrak ekonomi negara. Pendapatan negara dari pajak akan meningkat. Dan, tentu saja, munculnya pengusaha baru akan menciptakan lebih banyak lagi lapangan kerja. Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang adil, dan memperpendek kesenjangan ekonomi. Ujung-ujungnya, akan meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakat, dan meningkatkan daya beli masyarakat.
Oleh karena itu, tak mngherankan jika Pemerintah berkepentingan banget, serta berupaya untuk mendorong dan menumbuh-kembangkan semangat kewirausahaan. Khususnya di kalangan anak muda.
Salah satunya, pada pertengahan Februari 2016 lalu Presiden Jokowi telah mendeklarasikan visi untuk menjadikan Indonesia sebagai “The Digital Energy of Asia”. Sejalan dengan visi tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika menginisiasi “Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital.” Tujuannya melahirkan perusahaan rintisan yang berkualitas dan memberikan dampak positif dengan menyelesaikan permasalahan besar di Indonesia.
Selain itu, untuk mendongkrak tumbuhnya wirausaha baru, Pemerintah melakukan beberapa stimulus. Antara lain, melalui Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) menyiapkan kredit usaha rakyat (KUR) dengan bunga rendah sebesar 9%.
Pemerintah juga menggulirkan program Laku Pandai (layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusif). Ini merupakan program dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk penyediaan layanan perbankan atau layanan keuangan lain melalui kerja sama dengan pihak lain (agen bank), dan didukung dengan penggunaan sarana teknologi informasi.
Sementara itu, untuk mendorong dan mendukung pelaku usaha di bidang ekonomi kreatif (ekraf), Pemerintah melalui Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) memberikan fasilitas, bimbingan hingga bantuan insentif. Antara lain melalui program Bantuan Insentif Pemerintah (BIP), yang diberikan melalui cara kompetisi yang diseleksi oleh kurator dari luar Bekraf.
Sejatinya, upaya untuk memacu tumbuh dan berkembangnya wirausaha (muda) ini tidak hanya dilakukan Pemerintah, tapi juga oleh kalangan perusahaan, baik badan usaha milik negara (BUMN) maupun perusahaan swasta. Kini, umumnya korporasi-korporasi besar, dengan beragam motivasi dan orientasi bisnisnya, memiliki berbagai program untuk memacu, mendorong dan mendukung kewirausahaan (entrepreneurship) terutama bagi kalangan anak muda.
Salah satu BUMN yang konsisten dalam menumbuh-kembangkan kewirausahaan di Indonesia khususnya di kalangan generasi muda adalah Bank Mandiri. Sebagai program corporate social responsibility (CSR), Bank Mandiri sejak tahun 2007 menggelar program Wirausaha Muda Mandiri (WMM).
Program WMM ini bertujuan untuk mengubah pola pikir mahasiswa maupun kaum muda lainnya agar mau melakukan kewirausahaan, sehingga dapat membantu mengurangi ketergantungan pada ketersediaan lapangan kerja. Program ini meliputi penghargaan, workshop, beasiswa, modul kewirausahaan, dan hadiah uang tunai. Tercatat sudah lebih dari 36 ribu wirausaha muda dari 656 perguruan tinggi di seluruh Indonesia berpartisipasi dalam kompetisi WMM ini.
BUMN lain yang memiliki komitmen dalam mendukung lahirnya usaha rintisan baru adalah PT Telkom. Melalui program Indigo Creative Nation (ICN), Telkom telah melakukan pencarian dan pembinaan pada 2.000 lebih startup sejak tahun 2009. Dari jumlah itu, sedikitnya 65 startup di antaranya sudah dan sedang aktif terjun di industri telematika nasional ataupun global.
Anak usaha Telkom, yaitu PT Telkomsel memiliki program Ambassador Muda untuk mendorong terciptanya ekosistem gaya hidup digital dalam kehidupan masyarakat. Melalui program Ambassador Muda ini Telkomsel ingin menjaring potensi anak muda di bidang wirausaha agar lebih terarah dan menghasilkan generasi milenial yang bertanggung jawab. Dan, untuk menantang para pengembang aplikasi muda guna memberikan kontribusi positif dalam memecahkan beragam permasalahan yang ada di kota dengan memanfaatkan teknologi informasi, pada tahun 2015 Telkomsel menggelar program The NextDev.
Perusahaan operator telekomunikasi lain yang memiliki konsen untuk merangsang minat generasi muda Indonesia di dunia digital, khususnya aplikasi mobile, adalah Indosat Ooredoo. Bahkan, sejak tahun 2006 Indosat secara konsisten menghadirkan Indosat Wireless Innovation Contest (IWIC). Sementara itu, Hutchison 3 Indonesia (Tri) memiliki program pengembangan industri kreatif berbasis digital untuk anak muda, bernama #Ambisiku. Melalui program #Ambisiku ini Tri melakukan inkubasi dan akselerasi pada startup yang terpilih.
Di industri perbankan, selain Bank Mandiri, ada beberapa bank lain yang memiliki perhatian sama terhadap pengembangan wirausaha anak muda. Antara lain Bank Danamon yang lebih dulu dalam memberi perhatian terhadap pengembangan wirausaha ini. Bank Danamon memiliki program Danamon Entrepreneur Awards (DEA), yang telah digelar sejak tahun 2006. DEA merupakan apresiasi kepada para pelaku wirausaha yang menginspirasi dan inovatif, yaitu mereka yang telah menunjukkan prestasi kinerja mengagumkan dan juga peduli kepada masyarakat dengan cara memberdayakan masyarakat sekitarnya sehingga meningkatkan taraf hidup dirinya sendiri dan lingkungannya.
Bank DSB Indonesia, yang program dukungannya fokus pada pengembangan kewirausahaan sosial (socio entrepreneurship). Bank DBS telah menginisiasi program pengembangan wirausaha sosial ini, baik di Indonesia maupun Asia, sejak tahun 2014. Program itu berada di bawah naungan DBS Foundation.
Belakangan, PermataBank dan Bank BCA juga memberi perhatian dan dukungan bagi pengembangan wirausaha anak muda ini. Untuk meningkatkan sumber daya manusia di bidang teknologi digital PermataBank memiliki program PermataYouthPreneur (PYP). Ini adalah program pelatihan startup inspiratif dengan kurikulum komprehensif di bidang kewirausahaan yang ditujukan bagi para siswa tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kelas 11/12.
Sementara itu, BCA memiliki program SYNRGY, yaitu sebuah program akselerator startup fintech dan sekaligus wadah kolaborasi bagi komunitas startup fintech untuk membantu pertumbuhan ekosistem startup di Indonesia. SYNRGY akan membantu para startup mengembangkan bisnis mereka dengan lebih cepat dan lebih baik.
Korporasi lain yang memiliki perhatian serius pada pengembangan anak muda yang memiliki kontribusi dan membuat perubahan positif bagi masyarakat adalah PT Astra International. Perusahaan otomotif ini memiliki program Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards. Kegiatan CSR yang telah dilakukan sejak tahun 2010 ini bertujuan mencari pemuda-pemudi yang telah berkontribusi di bidang pendidikan, lingkungan, usaha kecil dan menengah (UKM), kesehatan, dan teknologi.
Sejak pertama kali diadakan, Astra telah menganugerahi 245 generasi muda, yang terdiri dari 53 penerima tingkat nasional dan 192 penerima tingkat provinsi. Kepada para pemenang diberikan hadiah uang senilai Rp 60 juta, serta memberikan pembinaan kegiatan secara berkelanjutan.
Selain itu, anak usaha Astra di bidang pembiayaan FIF Group sejak 2016 memiliki program Youth Innovation. Ini merupakan program yang khusus menantang para mahasiswa untuk menelorkan ide-ide bisnis mereka bagi pengembangan sektor Usaha Mikro Menengah Kecil (UMKM) di Tanah Air.
Program pengembangan dan pembinaan wirausaha juga dilakukan Dompet Dhuafa. Melalui program Social Entrepreneur Academy (SEA) yang telah dilakukan sejak 2013, Dompet Dhuafa memberikan pelatihan untuk wirausaha yang sudah mandiri, yang ingin melakukan pengembangan bisnisnya dalam bentuk pemberdayaan masyarakat. Selain pelatihan, pihak Dompet Dhuafa juga memberikan pendampingan usaha dan pemberian dana stimulan sebesar Rp 10 – 25 juta.
Indofood juga mulai memberi perhatian pada pengembangan dan pembinaan wirausaha muda ini. Selain memiliki program Bogasari Young Foodpreneur Challenge, yang bertujuan untuk mendorong semangat entrepreneur dan perkembangan food startup business anak muda masa kini, Indofood juga mencari dan membina startup-startup yang berfokus pada gizi.
Seiring perkembangan teknologi digital, semestinya tak ada lagi kendala untuk memulai bisnis. Cukup bermodal kreatifitas, keberanian, dan smartphone (atau komputer) yang terkoneksi ke internet, maka bisnis sudah bisa dijalankan. Promosi dan pemasaran pun dapat dilakukan melalui media sosial.
Terlebih dengan adanya e-commerce, kini setiap orang bisa jadi pengusaha. Siapapun bisa membuka toko online, tanpa harus membuka toko fisik terlebih dulu. Makanan, minuman, pakaian, jasa, apa saja kini bisa dijajakan secara online di Tokopedia, Bukalapak, Blibli, Blanja, Mataharimall, JD.ID, Shopee, Lazada, Elevenia, dan sebagainya.
Keberadaan e-commerce ini membuka kesempatan yang sangat terbuka kepada siapapun untuk berwirausaha. Dengan menggunakan e-commerce sebagai sarana jual beli pelaku bisnis dapat menghemat biaya dan waktu. Bahkan, potensi meningkatkan pendapatan pun lebih besar. Pasalnya, jangkauan pasarnya lebih luas, dan potensi pembelinya jauh lebih banyak. Maklum, Indonesia merupakan negara dengan jumlah pengguna e-commerce terbanyak.
Lembaga riset asal Inggris, Merchant Machine, merilis daftar sepuluh negara dengan pertumbuhan e-commerce tercepat di dunia. Indonesia berada di posisi teratas, dengan pertumbuhan 78% pada 2018.
Jumlah pengguna internet di Indonesia lebih dari 132 juta jiwa. Sekitar 25% dari angka tersebut, suka berbelanja di toko online. Rata-rata uang yang dibelanjakan masyarakat Indonesia di situs belanja online mencapai US$ 228 per orang atau sekitar Rp 3,19 juta per orang. Tak mengherankan, nilai transaksi e-commerce terus meningkat. Data Bank Indonesia (BI) menyebutkan, transaksi e-commerce di Indonesia sepanjang 2018 lalu mencapai Rp 77,766 triliun. Angka ini naik 151% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 30,942 triliun.
Di sisi lain, dengan prinsip saling membutuhkan, pihak penyedia platform e-commerce pun berupaya merangkul, membina dan mendanai para pelaku wirausaha dan calon wirausahawan.
Sejauh ini ada dua pelaku e-commerce yang memiliki atensi khusus dan dukungan penuh bagi perkembangan wirausaha, khususnya di kalangan anak muda, yaitu Shopee dan Blibli. Shopee memiliki program Shopee Campus Competition (SCC), yakni sebuah kompetisi bisnis dan pemasaran bagi mahasiswa di seluruh Indonesia. Pemenang akan mendapatkan Young Entrepreneurs Fund untuk membantu pembiayaan modal bisnis mereka. Pemenang kompetisi ini berhak mendapatkan hadiah total senilai Rp 60 Juta.
Program Shopee Campus Competition ini merupakan perwujudan investasi Rp 100 miliar Shopee untuk mendukung perkembangan wirausaha lokal di Indonesia.
Sementara itu, Blibli memiliki program untuk mendukung pemberdayaan pengusaha lokal dan mendorong generasi muda terus berkreasi dan mengembangkan bisnis mereka, yang disebut The Big Start Indonesia (TBSI). TBSI merupakan kompetisi creativepreneur yang fokus memberi kesempatan pada pelaku ekonomi kreatif dalam mengembangkan bisnis mereka. Bekerjasama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), program TBSI ini diperkenalkan pada tahun 2016.
Selain memperebutkan hadiah total sebesar Rp 1,1 miliar, merek produk dagang mereka akan didaftarkan untuk mendapatkan Sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Mereka juga berkesempatan memperluas jaringan distribusi dan networking, serta mendapatkan bimbingan langsung dari para ahli.
Tahun ini Blibli menggelar TBSI Season 4, dengan menawarkan hadiah total Rp 1,3 miliar. Selain itu, para pemenang juga berkesempatan mengikuti ajang pameran di luar negeri dan berkolaborasi dengan brand lokal untuk proyek spesial. Termasuk penyediaan platform penjualan dan pembinaan yang berkelanjutan untuk para creativepreneur.
Selain Bekraf, TBSI Session 4 ini didukung pula oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Kementerian Perindustrian (Kemenperin), dan Universitas Prasetiya Mulya.
Nah, tunggu apa lagi? Kesempatan dan berbagai fasilitas sudah tersedia. Ayo menjadi wirausahawan! Be young creative entrepreneurs. (*AMBS /dari berbagai sumber)
Discussion about this post