Yukka Harlanda : Melihat Peluang Bisnis dari Kesulitan

Yukka Harlanda, Founder & Chief Engineer PT Brodo Ganesha Indonesia (Sepatu Brodo) (Foto: Fahrul Anwar/Youngsters.id)

youngster.id - Ada berbagai model bisnis yang ada di sekitar kita. Namun masih ada banyak orang ketika ingin terjun jadi wirausaha kebingungan memilih jenis usaha yang akan ditekuni. Ternyata, ada usaha yang muncul dari kesulitan yang dihadapi diri sendiri. Dari kesulitan yang dihadapi lahirlah ide kreatif dan inovatif yang menghasilkan keuntungan. Seperti yang dialami oleh Yukka Harlanda.

Ketika berusia 22 tahun Yukka sudah berkeinginan menjadi seorang wirausaha. Dia merasa tidak cocok dengan kultur korporat. Namun dia juga sempat kebingungan mau membuka usaha apa. Sampai kemudian dia mendapat kesulitan menemukan sepatu yang cocok dengan dirinya. Kesulitan ini kemudian dibalik oleh Yukka menjadi peluang bisnis yang menjanjikan.

“Waktu itu sempat terpikir ingin membuka kafe, kami pun mencari teman yang sudah lebih dulu bisnis kuliner. Setelah berbincang mengenai bisnis kuliner, ternyata tidak sreg dengan yang kami inginkan. Sampai suatu hari, saya butuh sepatu formal untuk sidang skripsi, dan kesulitan mendapatkan ukuran yang pas dengan ukuran kaki saya yang 47. Kalaupun ada dari merek terkenal, tapi dengan harga fantastis bagi kantong mahasiswa. Saya lalu mencoba ke Cibaduyut, ternyata ketemu produksi sepatu lokal dengan kualitas sama bagus denga merek internasional dan harganya pun terjangkau. Dari sanalah saya dan Uta (Putera) mendapat ide untuk usaha sepatu,” ungkap Yukka saat ditemui Youngsters.id di Jakarta.

Ide itu muncul karena produsen penghasil sepatu untuk Yukka ternyata terbatas. “Berpuluh-puluh vendor sepatu kami sambangi. Namun kebanyakan baru dapat produksi jika pesanan minimal lima lusin, sedangkan saya hanya ingin memesan sepasang sepatu saja,” kenang Yukka.

Perjalanan pun sampai kepada salah satu vendor yang menerima pesanan satu pasang sepatu kulit, seperti yang ingin dipesan Yukka. Bangga memakai sepatu pesanannya sendiri, Yukka pun memamerkan sepatu tersebut kepada teman-teman kuliahnya. Dan ternyata banyak peminatnya.

“Tanpa pikir panjang, kami buka sistem pre-order. Ternyata lumayan banyak juga yang tertarik. Akhirnya kami berdua mengumpulkan modal awal bersama-sama sebesar Rp 7 juta untuk usaha ini. Jadilah produksi pertama Brodo sebanyak 40 pasang sepatu,” kisah Yukka.

Langkah di tahun 2010 itu menjadi tonggak awal lahirnya Brodo, sebagai merek sepatu lokal. “Sebagai insinyur kami dididik untuk selalu berpikir, bagaimana bisa membuat sesuatu menjadi lebih baik lagi, atau ”˜How can we make it better”™. Bagaimana sebuah solusi elegan bisa dihasilkan dari memecahkan masalah yang kompleks,” ungkap pemuda ramah ini.

Selama enam tahun Yukka menekuni bisnis sepatu dengan bendera PT Brodo Ganesha Indonesia dan telah memproduksi sekitar 5.000 pasang sepatu setiap bulannya. Pemasaran produk Brodo juga menjangkau berbagai daerah, mulai dari Jabodetabek hingga Papua. Bahkan, Yuka dan Uta kini memimpin 100 orang karyawan dengan omset mencapai Rp 300 juta per bulan.

 

Tidak Digaji

Seiring berjalannya waktu, Yukka dan Uta serius mengelola Brodo. Mereka mencoba berbagai sistem pemasaran. Mulai dari pemasaran dari mulut ke mulut, kemudian lewat media sosial hingga masuk departemen store ternama. Sampai akhirnya produk ini mendapat tempat di masyarakat sebagai produk sepatu lokal yang kualitasnya setara dengan produk impor.

Diawal usaha, kata Yukka, pemasaran mereka lakukan lewat forum Kaskus dan Facebook yang sedang tren saat itu. Di sanalah letak target market segala macam bisnis. Dengan masuk ke dalam sebuah forum terbesar di Indonesia tersebut, kami dapat menyerap semua target market, dari berbagai kalangan dan rentang usia,” jelas Yukka.

Media ketiga yang menjadi penolong Brodo dalam melakukan penjualan adalah aplikasi BBM. Hampir semua orang menggunakan ponsel dengan aplikasi BBM, yang mempermudah komunikasi darimana pun dan kapan pun.

Selain itu, kualitas produk juga mereka jaga dengan baik. “Dalam merancang setiap produk, kami percaya bahwa konsentrasi terhadap detail adalah hal yang paling penting untuk mencapai kesempurnaan. Dengan prinsip-prinsip teknis, Brodo menciptakan setiap produknya secara efektif dan simpel, sehingga bisa memenuhi segala gaya pria. Didukung juga oleh pengrajin lokal yang terampil, kami yakin untuk tidak melewatkan setiap detil dan membawanya untuk melewati kontrol kualitas dari setiap bahan dan prosesnya,” ucap Yukka.

Masuk ke tahun 2011, pasar sedang diramaikan dengan banyaknya bazar dan pop-up market, dan yang sedang naik daun pada masa itu ialah Brightspot Market. Yukka pun membawa Brodo menjajal pasar offline tersebut.

“Saat Brodo ikut di Denim Market, kami bertemu tim dari The Goods Dept yang menawarkan kepada kami untuk bergabung dengan The Goods Dept. ”˜Kalau sudah masuk ke The Goods Dept, nanti kalian bisa ikut serta di Brightspot”™, begitu kata mereka. Tentu saja kami sangat senang dan mengiyakan tawaran tersebut,” kisah pemuda kelahiran Jakarta, 18 Juli 1988 itu.

Selain  masuk ke The Goods Dept, produk Brodo juga tersedia di beberapa distro di kota-kota besar, seperti Jakarta, Medan, Bandung, dan Surabaya. Menurut Yuka, ini membuahkan hasil yang sangat baik. Bahkan ia dan Uta sempat terkejut saat menerima invoice penjualan dari The Goods Dept, yang menunjukkan angka Rp 20 juta.

“Jangan dikira dengan angka penjualan fantastis itu, kami para pendiri sudah mengantongi keuntungan. Kami tidak gajian sampai tahun 2012. Berapa pun nilai keuntungan yang kami peroleh, kami putar kembali untuk biaya produksi. Sebab saat itu kami sangat bergelora untuk terus menambah stok produk, guna merespon permintaan dari konsumen,” jelas Yukka.

 

 

Yukka Harlanda, Melihat peluang bisnis sepatu dari kesulitan yang dialaminya sendiri (Foto: Fahrul Anwar/Youngsters.id)
Yukka Harlanda, Melihat peluang bisnis sepatu dari kesulitan yang dialaminya sendiri (Foto: Fahrul Anwar/Youngsters.id)

 

Masa Peralihan

Tahun 2013 menjadi masa peralihan bagi Brodo. Ketika itu, Yukka dan Uta memutuskan untuk mulai kembali menangani pemasaran Brodo. Konsekuensinya, produk Brodo tidak lagi masuk ke distro maupun departement store. Mereka mulai membangun kembali pemasaran di media digital lewat Kaskus, Facebook dan BBM. Semua stok produk Brodo kembali dialihkan untuk pembelian dari ketiga media digital tersebut.  Mereka juga mulai membuka kantor dan gudang penyimpanan stok produk Brodo di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.

Yukka dan Uka memutuskan bahwa sudah saatnya mereka menerima uang hasil kerja keras keduanya. Keduanya pun membuat perhitungan antara komisi pihak ketiga (ritel) dan biaya pemasaran digital yang dikeluarkan Brodo sendiri, dibandingkan dengan angka penjualan.

“Persentase pembagian ke pihak ketiga kini kami alihkan ke biaya pemasaran digital, yang memerlukan sarana lebih sedikit. Dan ternyata dapat menghasilkan angka penjualan lebih besar,” ungkap Yukka lagi.

Kehadirnya Brodo Store, diyakini Yukka dapat meningkatkan kepercayaan para calon pembeli yang hendak berbelanja di Brodo. Serta mampu mengundang lebih banyak orang mengenal produk Brodo. “Pengalaman dalam berbelanja offline tidak dapat tergantikan dengan belanja online. Apalagi dalam memberi sebuah barang, dengan warna, bahan, desain, dan ukuran tertentu,” ujar pria penggemar olah raga basket itu.

Di tahun itu, Brodo juga mengikuti tren pamasaran e-commerce dengan membuka situs Brodo. Di sana, selain produk sepatu, juga menjual produk jaket, tas, sandal, dan perlengkapan membersihkan sepatu. Situs tersebut juga menjadi media pemasaran yang sangat efektif karena dapat memasukkan banyak sekali konten, antara lain introduksi, katalog, dan jurnal.

Mereka terus mengembangkan bisnis ini. Hingga saat ini, Brodo Store sudah ada di empat kota besar, yaitu Jakarta, Bandung, Bekasi, Surabaya dan Makassar.

Menurut Yukka, Brodo tak sekadar produk, tetapi sebuah mimpi, sebuah ide, sebuah gagasan. “Misi kami adalah untuk membuat produk yang paling dicintai, mengantarnya dengan pelayanan yang paling bersahabat, dengan membangun budaya kerja yang spektakuler. Ini menunjukkan bahwa kita, anak muda Indonesia, selalu punya solusi yang lebih baik,” pungkasnya.

 

==================================

Muhammad Yukka Harlanda

===================================

 

FAHRUL ANWAR

Editor : Stevy Widia

Exit mobile version