youngster.id - Mata sebagai penglihatan dan bagian dari panca indera ini tentunya memiliki fungsi penting dalam setiap aspek kehidupan serta secara dominan mampu mempengaruhi kualitas hidup masyarakat.
Menurut WHO , secara global setidaknya 2,2 miliar orang memiliki gangguan penglihatan atau kebutaan. Di samping itu, bertambahnya populasi usia menua, turut menyebabkan meningkatnya jumlah masyarakat yang memiliki gangguan penglihatan. Selain berfungsi memudahkan masyarakat dalam beraktivitas, penglihatan yang baik dapat pula membantu mempertahankan kemandirian dan memfasilitasi pengelolaan kondisi kesehatan lainnya.
Namun, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para masyarakat lanjut usia (lansia) dan penyandang tunanetra. Membedakan jenis obat yang dikonsumsi, misalnya, bukanlah perkara yang mudah jika dibandingkan dengan masyarakat berusia lebih muda atau orang dengan kondisi mata normal, yang cukup dengan membaca label kemasannya saja, sudah bisa mengetahui jenis, dosis, hingga cara pemakaiannya.
Menyikapi kesulitan yang dihadapi lansia serta tunanetra dalam mengelola kondisi kesehatannya, empat siswa SMKN 1 Cimahi, yaitu: Bella Anggraeni Putri, Intan Nur Fathonah, Miana Nurhaliza, dan Salwa Nurul Aisyah, menciptakan sebuah aplikasi yang diberi nama Eyeroom. Menggunakan teknologi pemindaian gambar dan transkrip suara, Eyeroom bertujuan membantu lansia dan penyandang tunanetra agar bisa membedakan obat dengan mudah.
“Kami terinspirasi dari kondisi di sekitar lingkungan kami, yaitu para orang tua yang mengalami kesulitan melihat karena ada masalah pada bagian mata. Hal ini menjadi cikal bakal Eyeroom. Tak hanya itu, kami juga mencari informasi dari para apoteker dan siswa jurusan farmasi untuk menambah fitur pada aplikasi website kami yang nantinya dapat dimanfaatkan secara optimal,” ungkap Bella dalam keteranngan tertulisnya, dikutip Jumat (25/2/2022).
Eyeroom mampu mengidentifikasi obat tanpa kemasan maupun obat dengan kemasan, serta dilengkapi fitur voice note dalam penyampaian informasi terkait obat tersebut. Mulai dari deskripsi, review, sampai opsi retail online untuk pembelian obat. Selain itu di halaman daftar obat juga terdapat fitur scan, baik obat yang memiliki kemasan maupun tidak.
Dengan cara memindainya melalui kamera gawai, fitur ini bahkan mampu mendeteksi obat dan menampilkan deskripsinya dengan akurasi hingga lebih dari 90%. Karenanya, selain dapat membantu para lansia dan penyandang tunanetra, aplikasi ini juga dibuat dengan tujuan membantu mempermudah praktikum siswa jurusan farmasi, serta membantu permasalahan apoteker saat ada konsumen membawa obat tanpa kemasan.
Menurut Bella, proses pengerjaan aplikasi Eyeroom, mulai dari analisa hingga proses coding, berjalan selama sekitar empat bulan. Miana mengaku, di awal pembuatan aplikasi mereka sempat mengalami kesulitan dalam perumusan masalah.
“Hal sulit yang kami temukan adalah saat menentukan arah dan tujuan aplikasi kami. Namun kami bisa mengatasinya dengan cara menganalisa kembali hal-hal apa saja yang kami targetkan dan prioritasnya,” terang Bella, menceritakan tantangan yang dihadapi sebagai motivasi untuk memperdalam ilmu programming yang belum pernah mereka pelajari sebelumnya.
Berkat inovasi dari keempat siswa SMKN 1 Cimahi ini, Eyeroom berhasil mendapatkan peringkat dua dalam Samsung Innovation Campus (SIC) Project Competition 2021, yang diselenggarakan sebagai puncak dari program SIC 2020/2021.
Siswa SMKN 1 Cimahi harus bersaing dengan 396 siswa lainnya, hingga lolos tahap seleksi untuk mengikuti bootcamp SIC secara intensif selama 12 minggu berturut-turut, guna mendapatkan pendampingan dan memperdalam pembelajaran coding dan programming, yakni Problem Definition, Design Thinking; UX/UI (user experience/user interface), dasar-dasar pemrograman website seperti HTML, CSS, Javascript; serta memberikan akses networking komunitas belajar lintas sekolah bersama para mentor yang ahli di bidangnya.
Para siswa SMKN 1 Cimahi juga berhak mengikuti Full-stack Web Development Bootcamp dan Career Preparation di tahun ini, untuk menyiapkan mereka menjadi talenta digital siap kerja di salah satu dari 150 partner Skilvul mitra Samsung dalam menjalankan program SIC.
“Program ini tak sebatas mengajarkan bagaimana membuat aplikasi atau situs web, melainkan membantu siswa mengembangkan cara berpikir yang kelak akan berguna dan sangat dicari di dunia kerja. Harapan kami, melalui program SIC, siswa dapat semakin meningkatkan kemampuannya berkolaborasi, memecahkan masalah, serta merumuskan solusi atas permasalahan yang akan mereka hadapi di masa yang akan datang,” ujar Chief of Business Skilvul, William Hendradjaja.
Guru sekaligus pembimbing kelompok Eyeroom SMKN 1 Cimahi, Yusurat, pun mendukung penuh program SIC yang dapat mendorong siswa agar lebih cakap dan bisa menguasai soft-skills, melalui integrasi pendekatan science, technology, engineering, dan mathematics (STEM).
“Selain membantu siswa yang memiliki ketertarikan pada pembelajaran STEM, pembekalan coding dan programming dari program SIC sangat bermanfaat karena dapat diimplementasikan dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0, serta membangun kemampuan 4C siswa, yaitu communication, critical thinking, creative, dan collaborative,” ungkapnya.
Head of Corporate Citizenship Samsung Electronics Indonesia, Ennita Pramono mengatakan, generasi muda Indonesia perlu memiliki pemahaman yang baik tentang kebutuhan masyarakat, disertai dengan kemampuan menawarkan solusi aplikatif. Potensi ini perlu didorong agar muncul di permukaan dan menghasilkan terobosan-terobosan yang berguna bagi kemajuan bangsa, layaknya yang Samsung lakukan melalui program Samsung Innovation Campus (SIC).
“Program SIC, mendorong pola pikir para siswa dari sekolah mitra, untuk bereskplorasi secara praktikal dalam merespon permasalahan sosial di lingkungan sekitarnya, dan menghadirkan solusi di masyarakat lewat inovasi berupa project atau produk digital. Tak hanya membentuk generasi yang solutif dan inovatif, program SIC diharapkan juga mampu menciptakan lulusan berkualitas demi menjawab kebutuhan kerja yang semakin meningkat seiring dengan akselerasi interaksi digital pada era industri 4.0,” pungkas Ennita.
FAHRUL ANWAR