youngster.id - Tim mahasiswa dari Departemen Teknik Infrastruktur Sipil (DTIS), Fakultas Vokasi ITS, berhasil mendesain hunian eco-house dan menyabet juara dua dalam Ecohouse Design Competition 2017 di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Kompetisi rancang bangunan berskala nasional itu menantang mahasiswa untuk mendesain bangunan tingkat tinggi di atas tanah reklamasi di Jakarta. Dengan konsep heksagonal (segienam). Bangunan tersebut juga dilengkapi dengan sistem desalinasi air laut untuk memproduksi air bersih serta pengolahan air limbah.
Muharom Gani Irwanda, anggota, menjelaskan hal pertama yang perlu diperhatikan ketika mendirikan bangunan di tanah reklamasi adalah pondasinya. Hal ini karena tanah reklamasi masih kritis dan belum padat.
“Kami memakai pondasi pile cap yang terdiri dari beberapa tiang pancang dengan kedalaman 30 meter,” kata Gani yang dilansir laman ITS.
Menurut Gani, bangunan yang ia desain mempunyai dua fungsi. Pertama, bangunan yang berada di tengah berbentuk huruf U berfungsi untuk hotel. Sementara yang kedua adalah bangunan apartemen yang terletak di kanan dan kiri hotel.
Konsep apartemen yang diberi nama Graha Mutiara tersebut memiliki bentuk segienam atau heksagonal.
“Konsep ini terinspirasi dari sarang lebah yang memiliki luas paling besar dan paling kuat, ” imbuhnya. Dengan bentuk segienam, setiap sisi memiliki jendela. Jadi setiap ruangan kebutuhan cahayanya terpenuhi dari jendela tersebut. Sehingga pada siang hari tidak perlu menghidupkan AC atau lampu, karena angin dan cahaya bisa masuk. Itulah eco-house dari kami,” tutur mahasiswa angkatan 2015 tersebut.
Konsep pengairan tak kalah unik. Tim menggunakan konsep dasi, yaitu desalinasi air laut untuk air bersih. Air laut diserap menggunakan pompa, kemudian dimasukkan tempat penampungan sementara untuk kemudian dialirkan ke rumah desalinasi yang mengubah air laut menjadi air bersih. Selanjutnya air tersebut ditampung dalam sebuah kolam besar sebagai penyedia air untuk kebutuhan hotel dan apartemen.
Selain Dasi, apartemen ini juga memiliki konsep pengolahan air limbah. “Sumber utama adalah desalinasi air laut tadi, tapi untuk menunjangnya kami menggunakan air limbah. Jadi air yang sudah dipakai penghuni kita tampung kembali untuk diolah menjadi air bersih,” terang Gani. Dengan konsep otu, bangunan bisa menghemat air bersih. Sehingga tidak terlalu banyak luapan yang terjadi di darat, karena semua aliran air tercover dalam satu siklus.
“Di tengah hotel ada kolam renang untuk pengunjung hotel. Di kolam renang tersebut disediakan panggung dan tempat untuk bersantai. Bisa digunakan untuk acara-acara hiburan,” paparnya menambahkan.
Gani berharap karya mereka dapat direalisasikan di Indonesia. “Kami ingin ada infrastruktur di Indonesia yang mengadopsi teknologi dan gagasan dari kami,” tutupnya.
FAHRUL ANWAR