Inovasi Brem Dari Kulit Durian, Jadi Alternatif Penghilang Dampak Buruk Pemakai LSD

Unair brem kulit duiran

Tim Unair raih medali emas di Thailand Inventors Day 2023. (Foto: istimewa/unair)

youngster.id - Tim mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) meraih medali emas dalam kompetisi internasional, Thailand Inventors Day. Pada kompetisi ini tim Uniar membawa inovasi membuat brem dari kulit durian.

Tim ini terdiri dari Sulthan Fathi (FST ’19), Ardelia Bertha (FK ’19), Syadilla Rahmansyah (FKM ’19), Lidya Ayu (FKM ’20), Dennis Muhammad (FTMM ’20), dan Bernika Citra (FISIP ’20). Dalam kompetisi yang diselenggarakan National Research Council of Thailand itu, mereka mengusung sebuah inovasi bertajuk “Brem-D: Utilization of Durio Zibethinus Skin Waste as Neutral-Stabilizer for Lysergic Acid Diethylamide (LSD) Addicts”.

Rahmansyah mewakili timnya mengatakan bahwa gagasan mereka berasal dari inovasi makanan tradisional Kota Madiun, yakni brem.

“Jadi, untuk karya atau inovasi yg kami lombakan adalah inovasi makanan alternatif yakni brem, makanan tradisional juga yg terkenal dari kota Madiun. Perbedaanya dengan yang original dari Madiun adalah, di sini kami memakai campuran tepung kulit durian, bagian mesokarpnya,” kata Rama yang dilansir dari laman unair.

Dia  menjelaskan bahwa penggunaan kulit durian sebagai campuran brem bermanfaat sebagai bioregulator serotonin pada otak. Dengan kombinasi kulit durian, kata dia, brem yang  mereka ciptakan dapat menjadi alternatif penghilang dampak buruk terhadap kesehatan para pengguna maupun mantan pengguna Lysergic Acid Diethylamide (LSD).

“Di Asia Tenggara, narkoba jenis LSD ini sedang marak. Jadi, kami memanfaatkan kandungan yang ada dalam kulit durian tersebut untuk meningkatkan kadar serotonin di otak, sehingga dapat mengurangi gejala depresi, sakau, dan gejala lainnya,” ujarnya.

Selain menimbang manfaat kulit durian yang begitu besar, gagasan tim Universitas Airlangga ini juga didasarkan pada keprihatinan terhadap kondisi di Indonesia. Alih-alih menggunakan pektin alami, Indonesia justru masih terus melakukan impor pektin sintetis hingga berton-ton.

“Biasanya brem menggunakan pektin sintetis. Indonesia sendiri masih melakukan impor sebanyak 100 ton pektin sintetis per tahun, padahal sebenarnya pektin itu bisa diperoleh dari durian yang justru melimpah di Indonesia. Dari situ, kami mencoba memanfaatkan potensi itu,” ungkap Rama.

Kompetisi ini digelar pada pada 1-6 Februari 2023 di Thailand.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version