youngster.id - Banjir menjadi masalah klasik yang menahun di Indonesia. Persoalan ini kian dipolarisasi oleh berbagai unsur, misal turunnya permukaan tanah di berbagai daerah, perubahan iklim sampai kurangnya perawatan pada infrastruktur penahan banjir yang sudah ada.
Untuk mencari solusi mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) Muhammad Isa Tsaqif membuat desain rumah apung tahan banjir bertajuk “Cilincing Flood Resilient Housing. ”
“Dengan mencoba untuk merealisasikan konsep rumah padat penghuni apung yang lengkap dengan fasilitas penunjang yang juga dapat mengapung di kala banjir, saya berharap dapat memberikan kontribusi perkembangan ilmu arsitektur dan pembangunan ke depannya,” ungkap Isa yang dilansir dari laman ITB, Selasa (26/7/2022).
Sebagai warga asal Jakarta, Isa kian menyadari ancaman yang menghantui wilayah metropolitan ini. Makin didorong dengan isu tenggelamnya Jakarta di tahun 2050, Isa merasa masih kurangnya pengambilan langkah riil guna mencegah ataupun mengatasi krisis ini. Dari premis ini, Isa memutuskan untuk berbalik dan mencari intisari masalah untuk menemukan jawaban yang paling relevan. Kesimpulannya, adalah dengan mencari cara untuk hidup beradaptasi dalam genangan air tersebut.
Berdasarkan penelitiannya, hampir seluruh kota di daerah pesisir sebenarnya berisiko kehilangan lahan tinggal karena perubahan iklim yang kian mengglobal. Dari kajian desain yang dibuatnya ini, ia ingin membuka pikiran masyarakat.
“Dengan modal dan ilmu yang cukup, sebenarnya kita dapat memilih untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Bila kita terapkan adat ini, maka saya yakin hasil kerja saya dapat membantu masyarakat luas dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari,” ungkapnya.
Rancangan ini digadang sebagai salah satu Tugas Akhir Arsitektur 2022 terbaik. Namun penyandang predikat Cum Laude dengan IPK 3.80 sadar bahwa penelitiannya ini belum sepenuhnya optimal.
“Ya, salah satunya disebabkan karena cukup sulit ketika proses pengerjaan. Karena, preseden serupa masih minim bahkan nyaris tidak ada. Saat itu, saya juga terhalang kendala teknis karena diharuskan untuk mempertimbangkan kemampuan beban apung benda. Saya harus berkonsultasi dengan mahasiswa dari Teknik Kelautan untuk mendapatkannya,” jelasnya. Sehingga untuk kajian lebih lanjut diperlukan keilmuan yang multidisiplin.
Menyadari masih belum seutuhnya sempurna, Isa pun menyampaikan niatnya untuk melanjutkan penelitian ini di masa depan. “Saya berniat untuk mendalami konsep rumah di lokasi padat penduduk (squatter area) ini, sehingga mereka berpotensi untuk dinaikkan taraf hidupnya,” pungkasnya.
Dalam pengerjaan, inovasi Isa ini didukung dosen pembimbing dari kelompok keahlian khusus: Dr. Allis Nurdini, S.T., M.T. (KK Perumahan dan Permukiman), didampingi Rr. Diah Asih Purwaningrum, S.T., M.T., Ph.D. (KK Perancangan Arsitektur) dan Dr. Eng. Mochamad Donny Koerniawan, S.T., M.T. (KK Teknologi Bangunan).
STEVY WIDIA