Orogensys Inovasi Menangkap Kabut Untuk Jadi Alternatif Sumber Air

Kabut

Kabut. (Foto: ilustrasi/istimewa)

youngster.id - Berangkat dari kekurangan air berulang di Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta, tim mahasiswa Universitas Indonesia (UI) merancang inovasi menangkap kabut dengan cara menggunakan limbah jerami padi. Aksi ini diharapkan dapat menjadi alternatif sumber air bersih terutama di daerah yang mengalami kekeringan.

Tim PKM-Video Gagasan Konstruktif (PKM-VGK) UI ini terdiri dari Yudha Adi Putra (Geofisika 2020), Ralfy Ruben Rialdi (Geofisika 2020), Rizka Destiana Novani (Geologi 2020), Matthew Aristotheo (Teknik Mesin 2020), dan Andika Faishal Aziz (Teknik Mesin 2020), dengan pembimbing Dr Retno Lestari, MSi.

Ketua Tim PKM-VGK UI  Yudha Adi menjelaskan, mereka mulai merancang Orogensys lewat studi literatur, analisis masalah di Gunungkidul, dan analisis solusi permasalahan sejak Maret 2022 lalu. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Gunungkidul menunjukkan bahwa kekeringan air pada 2021 berdampak pada 16 kecamatan dan menyulitkan kehidupan sekitar 127.000 warga Gunungkidul.

“Ketika kami telusuri, kesulitan air di Kabupaten Gunungkidul bermuara pada kondisi geologis. Jenis batuan karbonat yang mendominasi membuat akuifer air terletak terlalu dalam sehingga menyebabkan air tanah sulit untuk dimanfaatkan oleh warga,” ungkap Yudha yang dilansir laman UI baru-baru ini.

Hal ini mendorong mereka merancang alat penangkap kabut ramah lingkungan yang disebut Orogensys. Inovasi ini dibuat dengan bahan limbah padi yang dapat menangkap air dengan baik. Sebab, limbah jerami pertanian Gunungkidul yang melimpah dan lokasi kabupaten di dataran tinggi memungkinkan inovasi mereka tidak hanya bermanfaat, tetapi juga berkelanjutan.

Theo menambahkan, limbah jerami punya kekuatan dan daya serap kabut yang tinggi. Agar bisa diterapkan secara luas, para mahasiswa perlu melaksanakan riset lanjutan untuk penyempurnaan cetak biru Orogensys.

Pilot project penangkap kabut ini sedianya dilaksanakan di Desa Natah, salah satu desa dengan kekeringan tinggi di Gunungkidul. Setelah itu, Orogensys dapat diproduksi dan diimplementasi secara masal.

Ruben, salah satu mahasiswa penggagas Orogensys, menuturkan bahwa timnya berharap penangkap kabut ini bisa menyediakan air bersih untuk Gunungkidul dan daerah-daerah lain yang mengalami kekeringan.

Dengan demikian, sambungnya, inovasi mereka bisa mendukung Sustainable Develompent Goal (SDG) 6, yaitu memastikan ketersediaan dan manajemen yang berkelanjutan atas air dan sanitasi untuk semua warga.

“Kami berharap Orogensys dapat memberikan harapan bagi warga atas kesulitan air yang mengancam penghidupan warga Gunungkidul sekaligus menunjukan bahwa Indonesia memiliki potensi-potensi lokal untuk menyelesaikan isu-isu global,” pungkasnya.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version