youngster.id - Tim Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mewakili Indonesia dalam “Trinity College Fire Fighting Home Robot Contest” (TCFFHRC) yang bakal digelar di Amerika Serikat (AS) pada 1-7 April 2017.
M Irfan, dosen pembimbing tim UMM mengatakan akan mengirimkan tiga robot, yakni Tim Dome_mu, Tim Unmuh Malang, dan Tim Inamuh. “Kami akan bertolak ke AS, mudah-mudahan kami bisa memberikan yang terbaik dan menjadi juara bagi lembaga,” katanya dalam keterangan resmi Selasa (28/3/2017), di Malang, Jawa Timur.
Menurut Irfan, tim dari China merupakan saingan terberat. Namun demikian, lanjutnya, pihaknya optimistis akan mampu melewatinya karena tim robot UMM yang mengikuti kontes robot kategori pemadam kebakaran itu memiliki akurasi waktu yang lebih pendek, yakni sekira 20 detik dan menggunakan variasi air untuk menunjang penilaian.
Sementara panitia (juri) memberikan batasan durasi waktu sekira tiga menit. Tim robot yang menghabiskan dana pembuatannya sekira Rp80 juta itu juga tergolong unik karena buatan sendiri, bukan custom.
Selain M Irfan yang bakal berangkat ke AS sebagai sebagai dosen pembimbing tim, ada ketua rombongan tim, yakni Alik Ansyori Alamsyah, serta Ikhlal Aldhi Wijaya, Imam Fatoni, dan Salis Muchtar Fadhilah sebagai perwakilan dari setiap tim.
Selain UMM, Indonesia juga diwakili oleh Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS). Kompetisi robot internasional tersebut akan diikuti sekira 100 tim dari berbagai negara.
Tiga tim yang akan bertanding mewakili Indonesia di ajang internasional tersebut merupakan kelanjutan dari perlombaan Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI). Pada KRPAI Berkaki 2016, UMM berhasil meraih juara satu sekaligus penghargaan desain dan artistik terbaik.
Robot UMM memiliki beberapa keunggulan dilihat dari beberapa aspek. Dari segi desain, lanjut Alik, robot UMM memiliki dimensi yang sangat kecil jika dibandingkan robot lain. Dengan dimensi yang kecil, robot UMM akan dengan mudah menghindari halangan yang berada dalam arena.
Pada kompetisi TCFFHRC nanti, misi yang harus dilakukan adalah mencari dan memadamkan api lilin di arena lapangan. Robot yang paling cepat memadamkan lilin akan dinyatakan sebagai pemenang. “Dengan kecepatan robot yang sudah teruji pada KRI 2016, di ajang internasional ini, kami optimistis akan menjadi yang tercepat lagi,” ujar Alik.
Ia menerangkan dalam hal ketepatan, robot UMM dibekali dengan delapan sensor ultrasonik dan dua sensor inframerah sebagai sensor jarak. Bekal 10 sensor ini agar mudah mendeteksi posisi lilin dan dapat menjangkau lilin dengan cepat. Selain itu, robot UMM juga dibekali sensor flame UVTRON-R9454 untuk mendeteksi api lilin.
Untuk dapat mengikuti KRI 2016 tingkat Nasional, setiap tim calon peserta harus mengikuti beberapa tahapan seleksi. Seleksi tahap pertama adalah seleksi proposal, jika tim yang lolos seleksi proposal, tim tersebut berhak untuk mengikuti seleksi tahap berikutnya.
Seleksi tahap kedua adalah seleksi perkembangan robot, pada seleksi tahap kedua ini tim diwajibkan mengirimkan laporan perkembangan robot berupa video. Tim yang berhasil lolos seleksi tahap kedua berhak mengikuti KRI tingkat Regional.
Di ajang regional itu ada tiga pemenang. Juara satu, dua, dan tiga dari Kontes Regional diundang untuk ikut serta dalam Kontes Robot Tingkat Nasional pada tanggal 1-4 Juni 2016 di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS).
Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, juara satu KRPAI Nasional 2016 berhak mewakili Indonesia pada kontes robot tingkat Internasional, yaitu TCFFHRC yang diselenggarakan di Trinity College, maka tim robot UMM akan mewakili Indonesia pada TCFFHRC 2017.
STEVY WIDIA
Discussion about this post