Robot Penyerap Polutan Dari Pekalongan

youngster.id - YOUNGSTERS.id – Kini hadir teknologi robot penyerap polutan udara. Robot karya Bayu Aji Setiawan (19) sudah mendapat penghargaan khusus dalam kompetisi robot internasional.

Robot karya alumni Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, itu bekerja mendeteksi pencemar udara di sekitarnya. Sensor pada robot akan menginformasikan adanya polusi tinggi saat menemukan polutan di udara.

Bayu mengatakan teknologi terbaru robot penyerap polutan bisa membantu mengurangi masalah polusi udara, yang sekarang cenderung meluas. Alat itu, menurut dia, dapat digunakan untuk menyerap pencemar udara di dalam dan di luar ruangan. “Kita jangan menunggu pencemaran sampai tinggi. Akan tetapi justru harus diantisipasi jangan sampai terjadi pencemaran,” kata putra pasangan Isma’un dan Siti Rukayah itu.

Robot pembersih udara ini menggunakan karbon aktif dari tanaman lidah mertua atau Sansevieria. Karbon aktif dari lidah mertua yang digunakan untuk menyerap polusi udara dibuat dengan memotong-motong tanaman tersebut kemudian memanggangnya selama enam jam, menumbuknya serta memasukkannya ke dalam larutan Natrium Dehidrogen Fospat (NaH2PO4) konsentrasi 30%.

Setelah perendaman dalam larutan tersebut selama sehari semalam, arang diangkat dan dioven lagi selama satu jam lalu dicuci dengan air destilasi sampai PH-nya netral. Arang kemudian dikeringkan dan dioven lagi selama satu jam. ”Terakhir, buat menjadi briket atau dipadatkan dengan dicampur lem atau pun tetes tebu. Keringkan dan siap digunakan,” jelas Bayu.

Karbon itu akan menyerap polutan dan melepaskannya kembali ke udara setelah melalui proses pemurnian.
Bayu menjelaskan prinsipnya kerja robot hampir sama dengan AC, namun ada perberdaannya. Kalau AC mengeluarkan gas CFC yang berbahaya buat ozon, robot ini menggunakan bahan alami dari tanaman Lidah Mertua yang lebih ramah lingkungan dan murah.

“Jadi prinsipnya ramah lingkungan. Dari segi efisiensi anggaran pembuatan lebih murah, alat kami hanya Rp2-Rp3 juta saja,” kata Bayu yang bercita-cita menjadi arsitek ini.

Temuan ini masih terus dikembangkan. Dia juga berharap ada sponsor yang mau membantu proses pengembangan alatnya ini. ”Harapan kami, kalau riset butuh anggaran besar apalagi sampai produksi. Kalau ada yang mau jadi investor dan sponsor akan kami kembangkan,” katanya berharap.

 

STEVY WIDIA
(Sumber: ANTARA)

Exit mobile version