youngster.id - Ikan hasil tangkapan nelayan tradisional kerap membusuk sebelum tiba di pasar. Melihat masalah itu, dua mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) menciptakan Smacox, kotak pendingin antibakteri dari nanokitosan.
Smacox adalah Smart Cooling Box as A Better Technology for Preserving Marine Products itu buah karya Yohanes Susanto (Teknik Kimia 2015) dan Natali Gupita Abhirama (Teknik Kimia 2015).
Yohanes mengatakan, selama ini proses pengawetan ikan untuk mencegah pembusukan masih bergantung pada formalin yang berbahaya bagi kesehatan. Namun, kotak pendingin ini aman karena terbuat dari cangkang rajungan.
“Cangkang rajungan sebagai sumber kitosan pun tersedia melimpah dan berpotensi mencemari lingkungan apabila tidak dimanfaatkan. Dengan adanya kotak pendingin inovatif ini diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan-permasalahan nelayan,” ujarnya seperti dilansir dari laman UGM, baru-baru ini.
Sementara menurut Natali, selain aman bagi kesehatan dan lingkungan, pengunaan SMACOX juga dapat menguntungkan nelayan tradisional karena menekan biaya pengawetan melalui penghematan penggunaan es batu dan perpanjangan lama penyimpanan hasil tangkapan. Hasil uji laboratorium juga menunjukkan SMACOX efektif menekan laju aktivitas bakteri pada pembusukan ikan.
Menurut keduanya, kotak pendingin itu juga didesain ergonomis guna mempermudah nelayan tradisional untuk beradaptasi dengan modifikasinya. Kotak pendingin ikan ini dimodifikasi aktivitas antibakteri dari nanokitosan yang diproduksi dari cangkang rajungan.
“Inovasi kami berupa penggunaan modifikasi aktivitas antibakteri dari nanokitosan. Selain itu, desain kotak pendingin kami juga tidak memerlukan energi tambahan akibat modifikasinya serta mudah untuk digunakan,” ungkap Yohanes lagi.
Hasil inovasi keduanya pun berhasil mendapatkan Gold Award dalam ajang International Invention and Innovative Competition (InIIC) Series I/2017 yang diselenggarakan MNNF Network pada 6 Mei 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia.
STEVY WIDIA
Discussion about this post