youngster.id - Perusahaan startup di bidang teknologi properti – atau ‘proptech’ di Asia Pasifik telah berhasil mengumpulkan dana investasi sekitar US $ 4,8 miliar untuk 179 startup sejak 2013. Menurut laporan baru dari JLL, Investasi ini mewakili lebih dari 60% investasi proptech di seluruh dunia.
Proptech merupakan perpaduan antara kata properti dan teknologi yang mengacu pada penerapan teknologi untuk menghadapi tantangan di industri real estate. Laporan terbaru dari JLL mengungkapkan bahwa sepanjang periode tahun 2013 – 2017 sebanyak US$ 4,8 miliar dari total US$7,8 miliar yang diinvestasikan secara global itu berada di Asia Pasifik.
Perusahaan Startup di Asia Pasifik menerima lebih dari 60% dana investasi global proptech. Republik Cina dan India muncul sebagai dua pasar terbesar untuk start-up proptech berdasarkan pada nilai pendanaan dan total jumlah transaksi.
“Teknologi dan real estate bersatu dengan cara yang menarik. Kami sudah melihat potensi analisis data, kecerdasan buatan, the Internet of Things, virtual reality dan blockchain, yang dapat mengubah cara kita berinvestasi dan menempati real estate di masa depan,” kata Anthony Couse, CEO, JLL Asia Pacific.
Salah satu konsultan properti international, Clicks and Mortar, merilis temuan barunya yang berjudul: Pengaruh Perkembangan Proptech. Rilis ini menganalisa keadaan proptech dan potensi pertumbuhannya di 13 pasar di seluruh Asia Pasifik. Laporan tersebut juga mengungkapkan perkiraan pertumbuhan proptech di kawasan Asia Pasifiki, dan memperkirakan jumlah dana investasi pada tahun 2020 akan mencapai US $ 4,5 miliar per tahunnya.
“Hasil laporan tersebut menunjukkan bahwa terdapat banyak potensi untuk proptech di Asia Pasifik. Dengan berkembangnya generasi muda, pertumbuhan urbanisasi dan pola pikir ‘mobile first’, kondisi-kondisi ini dapat mempercepat pertumbuhan sektor baru dan membawa peningkatan efisiensi dan pengalaman yang lebih baik bagi para pengguna teknologi.”
Menurut laporan tersebut, Republik Cina dan India muncul sebagai dua pasar terbesar untuk start-up proptech berdasarkan pada nilai pendanaan dan total jumlah transaksi. Mereka yang berada di Cina mengumpulkan dana investasi paling banyak yaitu sekitar US$ 3,02 miliar atau lebih dari 60% dari total dana di Asia Pasifik dengan 34 transaksi . India memiliki jumlah start-up proptech tertinggi di Asia Pasifik dengan 77 transaksi dengan total nilai pendanaan US$ 928 juta.
Laporan ini juga mengungkapkan bahwa proptech di Asia Pasifik telah berkembang secara signifikan sejak pertama kali muncul di tahun 2007 dengan listing start-up properti residensial. Dengan keadaan ini, proptech akan mulai melayani kebutuhan perusahaan besar dan sektor real estate komersial.
Menurut Laporan tersebut Proptech melayani empat pasar Utama, yaitu: Brokerage dan Leasing, Investasi dan pendanaan, Pengembangan Proyek dan Manajemen Properti. Lebih dari setengah atau (52 persen) start-up yang telah mengumpulkan dana sejak tahun 2013 beraasal dari kategori brokerage dan leasing, di mana mereka berfungsi sebagai marketplace untuk para broker, pemilik dan pembeli properti.
FAHRUL ANWAR