youngster.id - Artificial Intelligence (Kecerdasan Buatan – AI) tidak hanya meningkatkan daya saing Indonesia melalui inovasi-inovasi yang dihadirkan oleh pelaku usaha ketika mengimplementasikan AI di setiap strateginya, tetapi juga mentransformasi masyarakat menjadi lebih kompetitif melalui perubahan-perubahan yang terjadi di ruang lingkup bisnis.
Untuk dapat meraih potensi-potensi tersebut secara menyeluruh, diperlukan elemen pendukung seperti keterampilan sumber daya yang memadai untuk dapat tetap relevan di lingkungan bisnis yang berbasis AI. Hal tersebut diungkapkan oleh Haris Izmee, Presiden Direktur Microsoft Indonesia pada acara Media Briefing yang diadakan pada Selasa, (12/3/2019) di Jakarta.
Dia menjelaskan Microsoft dan IDC Asia/Pasifik melakukan studi tentang adopsi AI di negara Kawasan Asia Pasifik (APAC), Future Ready Business: Assessing Asia Pacific’s Growth Potential Through AI dengan menyurvei 112 pemimpin bisnis dan 101 karyawan di Indonesia.
Dari studi itu didapati, hanya 14% dari organisasi yang telah benar-benar mengimplementasikan AI. Rendahnya angka ini, menurut hasil penelitian disebabkan adanya perbedaan pandangan antara pemimpin dan karyawan mengenai AI, dimana masih banyak pekerja yang skeptis terhadap adopsi AI di Indonesia.
“Jika dibandingkan dengan negara Kawasan APAC dengan nilai 42%, Indonesia memiliki nilai perbaikan inovasi sebesar 57% di tahun 2021. Sedangkan untuk produktivitas karyawan di tahun yang sama, Indonesia memiliki nilai sebesar 46%, atau 10 persen lebih tinggi dari nilai negara Kawasan APAC (36%). Terlebih, saat ini kita melihat ekosistem ekonomi digital Indonesia sedang bertumbuh mulai dari kemunculan perusahaan rintisan (startup), e-commerce hingga UKM yang berkontribusi terhadap pendapatan negara. Untuk dapat terus meningkatkan pertumbuhan ini, dibutuhkan transformasi masyarakat didalamnya,” paparnya.
Lebih lanjut lagi, hasil studi ini juga menunjukkan bahwa para pemimpin bisnis menyadari pentingnya kegiatan reskilling dan retraining demi peningkatan kapabilitas karyawan untuk tetap relevan menghadapi perubahan lanskap bisnis ini. Untuk membantu memberdayakan karyawan, 81% pelaku bisnis memprioritaskan pemberdayaan keterampilan karyawan di masa depan melalui alokasi investasi.
Meski demikian, ternyata 48% pemimpin bisnis belum menerapkan rencana untuk membantu karyawan mereka memperoleh keterampilan yang tepat dan sebanyak 20% pemimpin bisnis merasa karayawan tidak tertarik untuk mengembangkan keterampilan baru. Padahal, hanya 2% karyawan yang tidak tertarik dengan pemberdayaan keterampilan baru ini.
“Bagi Microsoft, AI adalah tentang meningkatkan kecerdikan manusia, bukan menggantikan manusia secara keseluruhan. Pola pikir seperti inilah yang kami bangun dan sosialisasikan ke masyarakat. Kami melihat AI sebagai instrumen yang akan mendorong manusia untuk mampu mencapai lebih, melalui keterampilan-keterampilan baru yang dibutuhkan untuk dapat mengoperasikan teknologi tersebut. Kami percaya dan optimis bahwa kesempatan-kesempatan yang tercipta karena AI akan memperkuat kecerdikan manusia untuk masa depan yang lebih baik, bagi semua,” tutup Haris.
Di tahun 2019, Microsoft Indonesia akan kembali mendukung Kominfo dalam program Digital Talent Scholarship yang ditargetkan untuk melahirkan 20.000 lulusan. Program Microsoft lainnya yang juga mendukung peningkatan keterampilan digital generasi muda diantaranya GenerasiBisa! Bersama Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB), Imagine Cup serta Hour of Code.
STEVY WIDIA
Discussion about this post