youngster.id - Keterlambatan dalam memprediksi perkembangan bentuk kompetisi di masa mendatang tanpa disadari dapat menjadi penyebab usahawan mikro dan kecil sulit berkembang. Untuk itu, para pengusaha UMKM perlu membekali diri seiiring perkembangan teknologi.
CEO Qasir Michael Williem mengungkapkan, belakangan pelaku UMKM menjamur karena kemudahan memasuki dunia usaha. Namun yang seringkali terlewat, mereka tidak membekali diri dengan kesiapan menghadapi persaingan yang terus berganti seiring perkembangan teknologi.
“Permintaan masyarakat kini datang tidak hanya atas dasar kebutuhan, tetapi juga karena dibentuk oleh pasar. Misalnya saja, metode pembayaran cashless. Potensi cashback dan kemudahan belanja tanpa uang tunai membuat pembeli tertarik untuk memiliki dompet digital dari ponsel. Dampaknya, mereka akan menyambangi merchant-merchant yang menyediakan layanan cashless. Hal semacam ini yang kerap luput dari perhitungan pemain lama, khususnya yang masih berada dalam skala mikro dan kecil,” tutur Michael dalam keterangannya, Kamis (19/3/2020) di Jakarta.
Kendati masalah yang dihadapi UMKM demikian bervariasi, Qasir memilih fokus untuk menyediakan solusi bagi persoalan paling mendasar, yakni penguatan kapasitas bisnis lewat manajemen pencatatan. Itu mengapa aplikasi POS Qasir dan Miqro dirancang untuk mewadahi semua kebutuhan pencatatan usahawan, mulai dari mencatat stok, mencatat kasbon, pembelian, penjualan, sampai ke sistem pembayaran nontunai.
Mitra Qasir tidak terbatas pada pengusaha toko kelontong saja, sebagaimana teknologi POS adalah teknologi yang aplikatif untuk digunakan di berbagai jenis usaha. Salah satunya adalah pemilik MulaMula.id, co-working space & kafe di daerah Cipete, Jakarta Selatan. Meskipun usaha Romi terbilang baru dan unik, hal ini tidak lantas menjadikan hambatan masuk (barrier to entry) lebih berat. Usaha Romi mengharuskan pihaknya memiliki pendataan yang baik dan terstruktur.
“Terlebih saat ini saya sudah memiliki dua cabang di kota yang berbeda, dengan karyawan yang cukup banyak. Monitoring tentu sangat penting untuk menjaga agar bisnis di kedua cabang tetap berjalan. Teknologi Qasir sangat memudahkan saya untuk mengelola berbagai kebutuhan operasional sampai finansial langsung dari smartphone saya,” kata Romi.
Per bulan Februari 2020, aplikasi Qasir dan Miqro sudah diunduh sebanyak 270.000 kali dengan jumlah pengguna aktif lebih dari 35%. Perusahaan yang dirintis pertama kali oleh Novan Adrian dan Rachmat Anggara ini mengawali sepak terjangnya pada tahun 2015. Qasir saat ini telah memiliki pengguna yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Adapun basis pengguna terbesar berada di Jabodetabek, Malang, Surabaya, Bali dan Yogyakarta. Tercatat sejak awal tahun 2020 ini, transaksi yang terekam di dalam sistem Qasir mencapai Rp 76 Miliar setiap minggunya.
STEVY WIDIA
Discussion about this post