youngster.id - Akses telekomunikasi yang cepat dan berbiaya rendah telah menjadi kebutuhan masyarakat di seluruh dunia. Apalagi teknologi telekomunikasi menjadi penghubung utama di tengah pembatasan aktivitas masyarakat akibat pandemi Covid-19 yang melanda dunia.
Sebagai solusi untuk membangun akses ke jaringan fiber bagi operator seluler dengan cepat dan berbiaya rendah, Huawei meluncurkan AirPON.
“Dengan solusi ini, para operator dapat memperoleh manfaat lebih cepat saat membangun jaringan akses full-fiber,” kata Gary Lu, President Huawei Network Marketing & Solution Sales Department dalam siaran pers, Senin (7/9/2020).
Gary mengungkapkan, saat operator seluler bertransformasi dari operasi seluler menjadi layanan penuh, para operator menghadapi tantangan besar dalam membangun konstruksi jaringan Fiber to the Home (FTTH). Biasanya, operator harus menerapkan OLTs di ruang peralatan kantor pusat dan meletakkan kabel optik besar untuk menjangkau para pengguna. Hal ini tentu saja membutuhkan investasi awal skala besar dan penyelesaian masalah yang kompleks seperti akuisisi ROW. Akibatnya, pembangunan jaringan selalu memakan waktu, mahal, sementara penyediaan layanan yang lambat.
“Solusi Huawei AirPON secara khusus mengatasi tantangan ini. Solusi AirPON dapat mempersingkat kabel optik antara OLT dan pengguna dari lebih dari 3 km menjadi di bawah 300 m, sangat meningkatkan efisiensi penyebaran kabel optik, dan mengurangi periode ROI menjadi kurang dari 3 tahun,” papar Gary dalam peluncuran komersial dari AirPON bersama dengan HKT Hongkong dan Globe Filipina yang digelar secara virtual.
Sementara itu, Andy Ma, CEO Huawei Indonesia Carrier Business mengatakan, Indonesia merupakan pasar yang berkembang pesat untuk pengembangan jaringan Fiber to the Home (FTTH). Optimalisasi biaya total kepemilikan (TCO) dan peningkatan cakupan menjadi perhatian utama para operator saat ini.
Dibandingkan dengan jaringan FTTH tradisional, solusi AirPON yang inovatif dari Huawei memungkinkan para operator menggunakan kembali situs nirkabel untuk pembangunan jaringan fixed broadband yang cepat dan berbiaya rendah.
“Operator dapat merealisasikan penghematan belanja modal dan peningkatan Time to Market (TTM) untuk memungkinkan optimalisasi Return on Investment (ROI) sekaligus memberikan pengalaman pelanggan yang lebih baik bagi pelanggan di Indonesia,” kata Andy.
STEVY WIDIA
Discussion about this post