youngster.id - Fintech Pluang meluncurkan kampanye #BukaPluangmu untuk menggerakkan semangat masyarakat, siapapun mereka, dari latar belakang apapun, untuk terus berkomitmen mencapai tujuan finansialnya dengan fokus pada impian pribadinya.
VP of Marketing Pluang Yosua Tanuwiria menjelaskan bahwa misi dari #BukaPluangmu adalah memperluas akses ke beragam alternatif pilihan investasi para investor Indonesia. Harapannya, campaign ini dapat mengisi kembali semangat masyarakat Indonesia menghadapi waktu-waktu sulit di tahun 2023 dengan melihat kesempatan lebih baik kedepannya.
“Pluang percaya semakin banyak alternatif investasi yang dimiliki investor, semakin banyak juga peluang yang terbuka untuk mencapai tujuan keuangannya. #BukaPluangmu ingin menunjukan masih banyak pintu kesempatan yang bisa kita telusuri potensinya dan perjalanan baru menuju tujuan finansial yang menunggu untuk dijelajahi,” kata Yosua, Selasa (14/3/2023).
#BukaPluangmu mengusung semangat inklusi keuangan dalam campaignnya dengan menekankan bahwa dalam segala kondisi, pasti ada peluang yang bisa dibuka untuk selangkah lebih dekat dengan tujuan finansial mereka.
Director of CEO Office Pluang Andreas Agung Hendrawan menjelaskan bahwa 2023 disebut sebagai tahun ‘gelap’ dengan kabar resesi yang digaungkan, disebabkan oleh inflasi dan kenaikan suku bunga bank sentral.
“Kami melihat respon masyarakat Indonesia terhadap sentimen negatif ini cenderung ke arah yang cukup waspada, terlihat dari perubahan preferensi menabung dan investasi masyarakat,” kata Andreas, Selasa (14/3/2023).
Survei DBS tentang perilaku masyarakat di tengah ancaman resesi menjelaskan bahwa sebanyak 62% responden memilih untuk mengubah pola konsumsi dalam tiga hingga enam bulan untuk beradaptasi menghadapi inflasi berkepanjangan di tahun 2023.
Menariknya, setengah responden mengambil langkah untuk menabung lebih banyak dan 20% lainnya mulai mencoba mencari alternatif investasi yang memberikan imbal lebih tinggi. Dengan investasi sendiri, diharapkan dapat mengalahkan pertumbuhan inflasi di Indonesia di 5,5% dibandingkan tahun lalu.
Di tengah ketidakpastian ini, banyak ahli keuangan menyarankan untuk mendiversifikasi aset saham. Namun di tahun 2022, tidak semua kondisi aset investasi kondusif untuk didiversifikasi.
Beruntungnya tahun 2023 ini beberapa aset yang sempat terpukul efek pandemi mulai kembali meningkat, seperti sektor consumer discretionary di pasar saham AS. Sinyal positif ini juga tercermin dari tren Indeks Kepercayaan Konsumen negara-negara anggota OECD yang meningkat hingga 97,4 di tahun 2023. Terkait pertumbuhan ekonomi secara umum, pasar global berekspektasi tingkat konsumsi Tiongkok mampu mengembalikan angka pertumbuhan ke tingkat pra-pandemi, dari mulai sektor ritel, consumer goods sampai pariwisata.
Di tahun 2023, keputusan investasi perlu diambil berdasarkan penilaian seberapa resilien aset portofolio investasi tersebut di tengah ketidakpastian ekonomi. Maka dari itu, diversifikasi tidak hanya perlu dilakukan antar aset namun juga antar pasar.
“Masyarakat Indonesia bisa mulai mencoba menilik prospek pasar ekuitas dan reksadana Indonesia dan bisa mulai mendiversifikasikan aset ke pasar saham AS yang mulai bounce back,” tutup Andreas.
HENNI S.
Discussion about this post