youngster.id - Bisnis di Indonesia mencatat pertumbuhan adopsi AI sebesar 47% secara tahunan. Namun hanya 21% perusahaan besar yang mengadopsi AI memanfaatkannya untuk mengembangkan produk atau layanan berbasis AI baru. Sebagian besar pelaku bisnis menyebut kurangnya keterampilan digital sebagai hambatan utama dalam memperluas penggunaan AI.
Dalam laporan riset terbaru dari Amazon Web Services (AWS) disebutkan, adopsi AI meningkat pesat di Indonesia. Studi bertajuk “Unlocking Indonesia’s AI Potential” mensurvei 1.000 pemimpin bisnis dan 1.000 anggota masyarakat umum yang mewakili populasi nasional di Indonesia.
Hasilnya mendapati, meskipun adopsi AI semakin meluas di Indonesia, sebagian besar bisnis belum pemanfaatkan penggunaannya secara mendalam. Sebanyak 76% bisnis di Indonesia masih berfokus pada penggunaan dasar, seperti mendorong efisiensi dan menyederhanakan proses menggunakan AI – alih-alih berinovasi dalam mengembangkan produk baru atau mendisrupsi industri.
Hanya 11% dari bisnis yang mengadopsi AI telah mencapai tahap menengah, dan hanya 10% yang mencapai tahap integrasi AI paling transformatif, di mana AI bukan lagi sekadar alat, melainkan bagian inti dari pengembangan produk, pengambilan keputusan, dan model bisnis.
Startup, khususnya, sangat antusias dan inovatif dalam penggunaan AI di Indonesia, mengadopsi penggunaan AI paling maju jauh lebih cepat dibanding perusahaan yang lebih mapan. Sebanyak 52% startup di Indonesia menggunakan AI dalam berbagai cara, dan 34% di antaranya membangun produk baru sepenuhnya berbasis AI, memanfaatkan teknologi ini secara maksimal.
Sebaliknya, 41% perusahaan besar menggunakan AI, namun hanya 21% dari mereka yang meluncurkan produk atau layanan baru berbasis AI, dan hanya 22% yang memiliki strategi AI yang komprehensif. Kesenjangan dalam inovasi AI ini mengungkap temuan yang lebih dalam yang dapat membentuk masa depan ekonomi Indonesia.
“Pelaku usaha di Indonesia sangat antusias untuk berinovasi dengan AI, dan tingginya tingkat adopsi menunjukkan potensi luar biasa bagi perekonomian Indonesia. Namun riset ini juga mengungkapkan hambatan serius, terutama bagi perusahaan besar dalam mendalami pemanfaatan AI,” ucap Anthony Amni Country Manager AWS Indonesia dikutip Jumat (8/8/2025).
Kurangnya tenaga kerja terampil menjadi alasan utama yang disebutkan oleh 57% bisnis di Indonesia sebagai penghambat untuk mengadopsi atau memperluas penggunaan AI mereka.
Banyak bisnis melaporkan bahwa mereka sudah memiliki teknologi dan visi, tetapi belum dapat menemukan orang yang mampu mewujudkannya. Hal ini membahayakan daya saing Indonesia di kancah global dan membatasi potensi ekonominya, karena literasi AI diperkirakan akan menjadi kebutuhan dalam 48% pekerjaan di masa depan, sementara hanya 21% bisnis yang merasa tenaga kerja mereka saat ini sudah siap.
Pendanaan juga menjadi faktor penting, terutama bagi startup di Indonesia, di mana 41% menyatakan bahwa akses ke modal ventura sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan.
Dalam mempertimbangkan dampak regulasi AI yang berpotensi baru, harapan utama yang diungkapkan oleh pelaku usaha di Indonesia adalah agar regulasi dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan (51%) dan menciptakan lingkungan regulasi yang stabil (47%). Bisnis di Indonesia juga memperkirakan bahwa mereka mengalokasikan 25% dari anggaran untuk biaya terkait kepatuhan, dan 62% memperkirakan angka tersebut akan meningkat dalam tiga tahun ke depan.
“Untuk menjaga keunggulan kompetitif Indonesia di kancah AI global, penting bagi pemerintah dan industry mengambil langkah tepat dalam mengatasi tantangan yang dihadapi pelaku usaha. Di AWS, kami tetap berkomitmen untuk mendukung adopsi luas AI generatif melalui investasi infrastruktur dan inisiatif pelatihan keterampilan kami,” kata Anthony.
Pada tahun 2021, AWS meluncurkan Wilayah Asia Pasifik (Jakarta), dengan investasi sebesar US$5 miliar di Indonesia. AWS memperkirakan investasi ini akan menciptakan 24.700 lapangan kerja per tahun dan berkontribusi sebesar US$10,9 miliar terhadap PDB Indonesia dari tahun 2021 hingga 2036.
AWS juga berkomitmen untuk menutup kesenjangan keterampilan di Indonesia. Sejak 2017 hingga saat ini, AWS telah melatih satu juta warga Indonesia dalam keterampilan cloud sejak 2017 melalui program seperti AWS Skill Builder, AWS Educate, dan AWS re/Start. Selain itu ada inisiatif keterampilan lokal seperti Terampil di Awan, yang mengajarkan keterampilan Cloud dan Gen AI kepada siswa sekolah menengah, pelajar vokasi, penyandang disabilitas, pelaku UMKM, dan komunitas yang kurang terjangkau.
STEVY WIDIA
Discussion about this post