youngster.id - Seiring berakhir Pandemi Covid-19, selera dan perilaku konsumen terutama dalam hal mengonsumsi konten, iklan, dan kampanye pemasaran mengalami perubahan. Hasil analisis DoubleVerify mendapati 66% orang Indonesia sekarang menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengonsumsi konten setiap harinya, dibandingkan dengan sebelum pandemi.
DoubleVerify adalah platform perangkat lunak untuk pengukuran, data, dan analitik media digital. Temuan ini menyoroti interaksi dinamis antara konsumen, konten digital, dan periklanan di tengah perubahan ekonomi makro yang signifikan.
Mereka menganalisis wawasan dari sekitar 16.000 konsumen global, termasuk Indonesia, untuk memberikan pandangan, data, dan wawasan yang dibutuhkan oleh para profesional industri periklanan dan pemasaran seiring dengan pesatnya perkembangan industri ini.
Ada empat tren pergeseran utama dalam industri periklanan dan media, yang terdiri dari:
- Selera konsumen terhadap konten terus meningkat – Sebagian besar (66%) orang Indonesia sekarang menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengonsumsi konten setiap harinya, dibandingkan dengan sebelum pandemi, dan berharap untuk mengonsumsi lebih banyak konten YouTube (54%), Instagram (32%), dan TikTok (25%) dalam 12 bulan ke depan.
- Perhatian (attention) menjadi mata uang media baru dan mendorong keefektifan media– hampir 70% responden menyatakan bahwa iklan yang menarik minat mereka dalam lima detik pertama akan membuat mereka lebih cenderung memperhatikan video tersebut. Selain itu, responden juga mengakui lebih memperhatikan iklan video dengan durasi yang lebih pendek.
- Belanja online melonjak dan menghadirkan peluang baru bagi jenama – 63% responden melaporkan bahwa mereka membeli lebih banyak barang secara daring saat ini dibandingkan sebelum pandemi.
- Konsumen mengkhawatirkan penyebaran ujaran yang menghasut, termasuk misinformasi dan disinformasi. Konsumen juga memperhatikan nilai-nilai jenma, yang dapat berdampak pada loyalitas konsumen – Ketika suatu iklan terlihat terafiliasi dengan atau ditayangkan di samping konten yang mengandung misinformasi dan disinformasi, 55% responden mengaku cenderung tidak ingin membeli atau menggunakan kembali produk dari jenama tersebut.
Pergeseran mendasar dalam tren periklanan dan media ini mendorong munculnya peluang pertumbuhan baru selama momentum Ramadan dan Idul Fitri 2023.
Untuk memanfaatkan peluang-peluang di pasar tersebut, para pelaku industri juga dapat mempertimbangkan beberapa hal berikut:
- Mengoptimalkan selera konsumen terhadap konten dengan menempatkan iklan dan kampanye di mana basis pengguna mereka berada.
- Memanfaatkan konten yang menarik perhatian konsumen dalam waktu singkat
- Masyarakat Indonesia gemar berbelanja, dan bulan Ramadan memberikan waktu tambahan bagi mereka untuk melakukannya
- Pengiklan harus berhati-hati dalam meninjau di mana iklan mereka ditampilkan. Hindari situs web atau platform yang menyebarkan konten dengan sifat menghasut, serta misinformasi dan disinformasi, terutama sepanjang periode bulan Ramadan dan Idul Fitri.
STEVY WIDIA
Discussion about this post