youngster.id - Rupanya, pandemi Covid-19 di sisi lain membawa efek positif pada perkembangan layanan kesehatan digital. Survei kesehatan Medix Global menunjukkan COVID-19 mendorong masyarakat Indonesia menggunakan layanan kesehatan digital, termasuk aplikasi kesehatan dan telekonsultasi.
Survei Medix Medical Monitor Research dilakukan oleh Kantar, perusahaan riset pasar multinasional, antara 7 – 25 Juni 2021 dan menyurvei berbagai komunitas di Thailand, Hong Kong, Singapura, Malaysia, Indonesia, Vietnam, India, dan Australia. Penelitian mencakup kesadaran dan perilaku konsumen terhadap masalah kesehatan, kanker, dan ketertarikan pada layanan kesehatan digital. Medix menggunakan hasil penelitian ini untuk memahami tren kesehatan di negara-negara tersebut dan untuk mengukur minat pada layanan yang ditawarkan.
Di Indonesia, survei ini melibatkan 500 responden dari berbagai latar belakang termasuk pendapatan, usia, dan jenis kelamin, tersebar di tujuh daerah – Jabodetabek, Surabaya, Medan, Bandung, Semarang, Palembang, dan Denpasar.
Berdasarkan hasil survei, sembilan dari sepuluh masyarakat Indonesia, atau 92% populasi Indonesia dari berbagai golongan, mengatakan pandemi meyakinkan mereka tentang manfaat layanan kesehatan digital, dan mereka akan menggunakan aplikasi digital ketika ingin berkonsultasi dan mendapatkan pengobatan medis. Angka tersebut lebih besar dari 64% masyarakat yang sudah menggunakan aplikasi kesehatan digital sebelum pandemi. Karena ketakutan terhadap COVID-19 dan pembatasan sosial, 90% masyarakat mengatakan akan mencari saran medis melalui telekonsultasi.
“Karena pandemi, masyarakat Indonesia memiliki kesadaran lebih tinggi tentang layanan kesehatan. Pandemi telah menggarisbawahi kebutuhan individu untuk bertanggungjawab atas kesehatan mereka dan keluarga mereka, dan untuk memastikan mereka mendapatkan layanan kesehatan terbaik. Dengan besarnya populasi, Indonesia juga menjadi salah satu negara dengan pengguna internet terbanyak di dunia,” ujar Signal Atzmon, CEO dan Pendiri Medix Global, dalam keterangan tertulisnya, Jum’at (8/10/2021).
Menjawab pertanyaan seputar fitur utama aplikasi layanan kesehatan digital, responden menjawab bahwa aplikasi harus, sesuai urutan kepentingan: 1) memiliki kemampuan untuk berkomunikasi melalui pesan tertulis dengan dokter atau suster; 2) menjadi alat untuk mengelola kondisi kronis secara optimal; 3) dapat membaca hasil tes darah secara digital dan memberikan panduan medis.
Survei tersebut juga menyimpulkan tiga penyakit paling ditakuti masyarakat Indonesia adalah penyakit kardiovaskular (68%), diikuti oleh penyakit pernapasan (67%), dan kanker (53%).
Terkait dengan sistem kesehatan di Indonesia, sebanyak 61% peserta survei menyatakan puas dengan sistem kesehatan publik. Sedangkan 78% menyatakan puas dengan sistem kesehatan swasta. Masyarakat Indonesia merasa masih perlu ada peningkatan di tiga bidang yaitu kualitas sistem kesehatan, transparansi sistem kesehatan, dan kemudahan akses layanan kesehatan.
Sebagian besar (88%) menyatakan ketertarikan terhadap layanan Manajemen & Dukungan Medis Personal. Dan, 87% menyatakan bersedia untuk memperbarui polis kesehatan mereka untuk memastikan polis tersebut sudah mencakup solusi perawatan dengan teknologi terkini termasuk pengobatan kanker dan layanan kesehatan digital.
Terkait dengan interaksi antara dokter spesialis dengan pasien, 87% masyarakat Indonesia yakin atas informasi yang diberikan untuk membantu memahami kondisi kesehatan mereka dan 84% yakin telah mendapat diagnosa yang tepat. Namun, meski kepercayaan terhadap dokter spesialis cukup tinggi, di antara masyarakat yang tidak didiagnosa dengan penyakit serius, 88% tetap akan mencari opini kedua untuk diagnosa penyakit serius dari dokter ternama dengan spesialisasi yang sama. Sedangkan dari 15% responden yang didiagnosa dengan penyakit serius, 91% di antaranya akan mencari informasi tambahan untuk memastikan diagnosa yang diberikan sudah benar atau pengobatan yang direkomendasikan sudah yang terbaik. (*AMBS)
Discussion about this post