IAS: Penipuan Iklan Meningkat Secara Global, Indonesia Paling Rendah

penipuan iklan

IAS: Penipuan Iklan Meningkat Secara Global, Indonesia Paling Rendah (Foto: Ilustrasi)

youngster.id - Inisiatif penipuan iklan semakin canggih, dengan peningkatan 15x ketika tidak ada perlindungan pre-bid. Namun strategi optimasi mampu melindungi anggaran dan meningkatkan performa. Di sisi lain, viewability video desktop capai rekor tertinggi sebesar 83,9%, mencerminkan pertumbuhan konsumsi media berbasis video.

Temuan itu terungkap dari laporan platform pengukuran dan optimisasi media digital Integral Ad Science (IAS) bertajuk Media Quality Report (MQR). Laporan ini menghimpun wawasan dari lebih dari 280 miliar interaksi digital setiap harinya di seluruh dunia, memberikan tolok ukur penting bagi pengiklan dan penerbit untuk mengevaluasi kualitas dan efektivitas kampanye media digital mereka di berbagai format iklan, mulai dari display hingga video di desktop, mobile web, aplikasi mobile, hingga connected TV (CTV).

Lisa Utzschneider, CEO IAS menjelaskan, laporan tahun ini menyoroti dinamika yang terus berkembang dalam lanskap periklanan digital, khususnya di ekosistem open web. Beberapa temuan utama mencakup peningkatan signifikan dalam tingkat penipuan iklan pada kampanye yang tidak dioptimalkan, meningkatnya proporsi risiko brand akibat bahasa ofensif dan ujaran kebencian, serta stabilnya angka viewability seiring pergeseran metrik keberhasilan ke arah attention.

“Seiring kompleksitas media digital yang terus meningkat, IAS tetap berkomitmen memberikan transparansi, presisi, dan perlindungan yang dibutuhkan mitra kami untuk sukses. Edisi ke-20 MQR ini menegaskan pentingnya strategi media berkualitas untuk menjaga performa sekaligus melindungi brand dari berbagai risiko dalam lanskap programatik yang terus berganti,” kata Lisa, Senin (26/5/2025).

Laporan itu menyebutkan tingkat penipuan pada kampanye tanpa strategi mitigasi meningkat 19% secara tahunan mencapai 10,9% di akhir 2024, tertinggi dalam empat tahun terakhir. Tingkat ini 15x lebih tinggi dibanding kampanye yang dilengkapi teknologi anti-fraud. Sebaliknya, kampanye yang dioptimalkan mencatat penurunan tingkat penipuan hingga 9,8% menjadi 0,7%.

Indonesia mencatat salah satu tingkat penipuan iklan terendah secara global. Kampanye desktop display yang dioptimalkan hanya mencatat 0,6% fraud, sementara mobile web bahkan lebih rendah di 0,1%.

Meski secara keseluruhan risiko brand global menurun 10,6% dari 2023 (dan turun 39% sejak 2021) menjadi 1,5% terendah sepanjang sejarah, jenis risiko mulai bergeser. Konten yang mengandung bahasa ofensif dan ujaran kebencian naik hingga 72% secara tahunan, tertinggi sejak 2020.

Setelah peningkatan konsisten selama bertahun-tahun, tingkat viewability secara global hanya naik 1,6% di 2024. Namun, viewability video desktop meningkat 5,4% hingga mencapai rekor 83,9%. Ini menandakan pertumbuhan konsumsi video digital di semua saluran. Seiring tren ini, pengiklan mulai memprioritaskan metrik tambahan seperti attention untuk mengukur efektivitas kampanye.

Di Indonesia, viewability desktop display mencapai 67,6%. Mobile app display sangat tinggi di 86,4%, termasuk yang tertinggi di kawasan. Sedangkan untuk Time-in-View, Indonesia memimpin di ranah Asia Pasifik dengan time-in-view tertinggi untuk desktop display (31,13 detik) dan mobile web (26,49 detik), jauh melampaui rata-rata global.

Meskipun total risiko rendah (0,9% di desktop display), risiko konten kekerasan melonjak ke 62,2%. Pengiklan disarankan tetap waspada terhadap momen politik dan budaya penting dengan memanfaatkan tools brand suitability yang tepat. (*AMBS)

 

Exit mobile version