Indonesia Pasar Terbesar “Live Shopping” dan “Group Buying” di Asia Tenggara

Live Shopping

Live shopping di Tokopedia Play. (Foto: istimewa/youngster.id)

youngster.id - Indonesia menjadi pasar live shopping dan community group buy terbesar di Asia Tenggara. Diperkirakan nilai Gross Merchandise Value (GMV) masing-masing sebesar hampir US$5 miliar dan US$2 miliar berdasarkan laporan perdana Cube Asia bertajuk “Social Commerce in Southeast Asia 2022”.

Laporan ini mencatat penggunaan platform social commerce dalam mendorong pertumbuhan transaksi e-commerce Asia Tenggara dengan estimasi total nilai sebesar US$42 miliar di 2022. Adapun, sebanyak 15.000 responden di Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam berpartisipasi terhadap survei laporan ini.

CEO and Head of Data Cube Asia Sarabjit Singh mengatakan, engagement media sosial di Asia Tenggara termasuk yang tertinggi di dunia. Sebanyak 90% pengguna internet di kawasan ini sudah memiliki akun Facebook, Instagram, WhatsApp, TikTok, dan LINE.

Kemudian, sebanyak 55% dari pengguna internet di Indonesia dan Thailand mengalokasikan pengeluaran untuk bertransaksi di platform social commerce masing-masing sebesar US$100 dan US$180 per pengguna per tahun.

Kategori live shopping atau berbelanja via tayangan streaming tengah menjadi tren yang berkembang pesat di Asia Tenggara. Pertumbuhannya mencapai sepuluh kali lipat atau sebesar US$13 miliar di 2022. Setidaknya, 44% pengguna internet telah menjajal live shopping selama setahun terakhir.

Terdapat tiga kategori seller yang menawarkan live shopping, yakni seller independen, influencer, dan brand atau peritel. Sementara, ada tiga tipe platform yang digunakan seller untuk menghadirkan live shopping, yaitu media sosial, e-commerce, dan native plaftorm.

Menariknya, laporan ini menyebutkan Indonesia sebagai pasar live shopping terbesar di Asia Tenggara dengan GMV hampir US$5 miliar di 2022. Biasanya, live shopping paling banyak ditemukan di Facebook dan Instagram. Namun, TikTok mulai mengambil pangsa live shopping yang signifikan, terutama di Indonesia.

TikTok mencoba mirroring strategi yang telah digunakan sister-app Douyin di Tiongkok dengan mengintegrasikan seluruh tools untuk bertransaksi hingga check out. Integrasi sepenuhnya ini dinilai lebih engaging dan conversion-oriented.

Terakhir adalah community group buy yang sangat dipengaruhi oleh konsumen berbasis komunitas/grup. Mereka melakukan kesepakatan bertransaksi secara bersama-sama, utamanya karena didorong oleh dua pendekatan model, yakni harga lebih terjangkau dan reseller/agen.

Saat ini, transaksi e-commerce berbasis grup masih relatif kecil, berkisar 3% dari total GMV di Asia Tenggara atau sekitar US$5 miliar. Namun, Indonesia menjadi pasar community group buy terbesar di kawasan ini dengan nilai pangsa US$2 miliar. Beberapa startup di Tanah Air yang menggunakan model ini untuk mengakselerasi e-commerce di kota tier 2 dan 3 adalah Kitabeli dan Evermos.

Laporan ini juga menyebut bahwa banyak pelaku startup new retail yang mencoba menduplikasi model berbasis komunitas sebagaimana yang telah dilakukan Pinduoduo (Tiongkok) dan Meesho (India) untuk mendorong pertumbuhan e-commerce di Asia Tenggara.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version