youngster.id - Hasil riset terbaru Dell Technologies menyebutkan 81% pekerja di Indonesia menyatakan cukup siap untuk bekerja jarak jauh dalam jangka panjang. Tetapi mereka mengharapkan adanya dukungan sumber daya teknologi.
Riset Indeks Kesiapan Bekerja Jarak Jauh atau Remote Work Readiness (RWR) Index ini mewawancarai 1.030 pekerja Indonesia, usia 18 tahun ke atas. Hasilnya terungkap delapan dari 10 (81%) pekerja di Indonesia merasa siap untuk bekerja jarak jauh dalam jangka panjang (APJ: 81%). Riset ini juga mendapati batasan yang kabur antara kehidupan kerja dan pribadi menjadi kekhawatiran utama yang dirasakan 33% (APJ: 34%) responden jika cara bekerja jarak jauh berlanjut dalam jangka panjang. Responden juga merasa perusahaan perlu menyediakan lebih banyak sumber daya untuk mendukung produktivitas mereka.
“Pekerja di Indonesia siap untuk terus bekerja dari jarak jauh, tapi mereka mengharapkan dukungan yang lebih besar dari perusahaan mereka, khususnya sumber daya teknologi dan yang berkaitan dengan sumber daya manusia,”kata Martin Wibisono, Direktur, Commercial Client, Dell Technologies, Indonesia dan Filipina.
Survei ini mewawancarai lebih dari 7.000 pekerja, usia 18 tahun ke atas, di kawasan Asia Pasifik & Jepang (APJ) dan mengumpulkan data tentang kesiapan mereka untuk bekerja jarak jauh dalam jangka panjang serta apa saja faktor-faktor penting yang mereka butuhkan untuk bisa sukses bekerja jarak jauh dalam jangka panjang.
Secara umum, 55% pekerja Indonesia merasa perusahaan tempat mereka bekerja mendukung cara bekerja jarak jauh dalam jangka panjang (APJ: 46%). Sentimen ini konsisten di ketiga kategori utama survei, yaitu gender, kelompok umur, dan skala organisasi. Tapi masih banyak tugas yang harus dilakukan perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk memahami berbagai tantangan yang dihadapi karyawan mereka dan menyediakan sumber daya yang dibutuhkan agar para karyawan tersebut bisa sukses bekerja jarak jauh dalam jangka panjang.
Dari sisi sumber daya teknologi, hanya 54% pekerja di Indonesia sepakat perusahaan tempat mereka bekerja telah melakukan semua yang mereka bisa untuk menyediakan sumber daya teknologi yang dibutuhkan (APJ: 50%). Tantangan teknologi terbesar yang mereka (41%) rasakan adalah stabilitas jaringan remote, termasuk bandwidth internet (APJ: 31%). Mereka juga (32%) seringkali masih harus menggunakan perangkat pribadi untuk bekerja (APJ: 28%) – sesuatu yang harus mendapat perhatian khusus dari perusahaan mengingat berbagai risiko keamanan TI yang bisa muncul.
Para pekerja (28%) juga mengalami kesulitan mengakses sumber daya internal perusahaan (APJ: 29%) begitu Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diberlakukan. Oleh karenanya, para pekerja mengharapkan ketiga sumber daya teknologi utama ini dari perusahaan mereka: Perangkat/alat produktivitas (42%, APJ: 39%), Jaringan remote yang stabil, termasuk bandwidth internet (39%, APJ: 31%), dan Akses ke sumber daya internal perusahaan (32%, APJ: 36%).
Temuan lain dari hasil ini menyebutkan:
- Riset ini mendapati 75% pekerja Indonesia sudah bekerja jarak jauh sebelum pemberlakuan PSBB, kedua tertinggi setelah India (85%). Rata-rata pekerja Indonesia bekerja dari jarak jauh sebanyak empat hari dalam satu bulan sebelum PSBB. Dan 78% pekerja di perusahaan kecil dengan jumlah karyawan kurang dari 100 orang telah bekerja dari jarak jauh sebelum PSBB.
- Ketika beradaptasi dengan cara bekerja jarak jauh, kekhawatiran utama para pekerja Indonesia adalah kaburnya batasan antara kehidupan kerja dan pribadi (33%), terutama bagi pekerja Gen X (34%) dan Millennial (32%). Sementara pekerja Gen Z khawatir mereka akan bosan menjalani cara bekerja jarak jauh dalam jangka panjang (35%).
- Di Indonesia, lebih dari setengah (52%) pekerja yang bekerja di perusahaan besar yang memiliki jumlah karyawan lebih dari 1.000 orang menyatakan faktor perangkat/alat produktivitas adalah sumber daya teknologi paling penting untuk bekerja jarak jauh dalam jangka panjang, paling besar di kategori skala organisasi. Sementara di kategori kelompok umur, pekerja Gen Z secara signifikan memprioritaskan keamanan jaringan remote dan perangkat yang mereka gunakan (40%). (AMBS)
Discussion about this post