youngster.id - Jumlah langganan 5G di Asia Tenggara dan Oseania diperkirakan akan mencapai 630 juta pada tahun 2030, atau sekitar 49% dari total langganan seluler di kawasan tersebut pada saat itu. Sementara jumlah langganan 5G secara global diperkirakan mencapai 2,9 miliar pada akhir tahun 2025. Selain itu, trafik data per smartphone diperkirakan akan meningkat dari 19 GB/bulan pada 2024 menjadi 38 GB/bulan pada 2030.
Acting Head of Ericsson Indonesia Daniel Ode mengatakan, Asia Tenggara, termasuk Indonesia, memiliki potensi yang kuat dalam memanfaatkan 5G untuk menghadirkan pengalaman digital yang lebih bernilai bagi konsumen maupun industri.
”Kami melihat momentum yang positif di pasar seperti Singapura dan Australia, di mana adopsi 5G sudah berjalan dengan baik. Kami yakin Indonesia dapat meraih manfaat serupa begitu spektrum yang memadai tersedia. Ericsson senantiasa berkomitmen mendukung agenda transformasi digital Indonesia secara menyeluruh melalui teknologi mutakhir dan keahlian global kami di bidang 5G,” katanya dikutip Rabu (25/6/2025).
Data dari Ericsson Mobility Report (EMR) Juni 2025 menunjukkan untuk langganan 5G, Ericsson Mobility Report Juni 2025 memperkirakan jumlahnya akan mencapai 2,9 miliar secara global pada akhir 2025, sekitar sepertiga dari seluruh langganan seluler. Perkiraan langganan 5G pada akhir 2030 tetap sebesar 6,3 miliar.
Trafik data jaringan seluler meningkat sebesar 19% dari kuartal pertama 2024 hingga periode yang sama di 2025. Meskipun laju pertumbuhannya menurun,trafik data bersih yang ditambahkan akan terus meningkat secara tahunan. EMR Juni 2025 memperkirakan bahwa trafik data seluler akan lebih dari dua kali lipat hingga akhir 2030.
Jaringan 5G menangani 35% dari trafik seluler global pada akhir 2024. Diperkirakan angka ini akan melampaui 80 persen pada akhir 2030.
“Kita berada di titik krusial, di mana 5G dan ekosistemnya akan memicu gelombang inovasi baru. Kemajuan terbaru pada jaringan 5G Standalone (SA), ditambah perkembangan pada perangkat 5G, menciptakan ekosistem yang siap membuka peluang transformatif bagi kreativitas yang terkoneksi,” kata Erik Ekudden, Ericsson Senior Vice President and Chief Technology Officer.
Menurut Erik, penyedia layanan telah menyadari potensi 5G ini dan mulai memonetisasinya melalui penawaran layanan inovatif yang melampaui sekadar menjual paket data. Lebih dari separuh penyedia layanan komunikasi (CSP) global yang menawarkan Fixed Wireless Access kini telah menyertakan manfaat monetisasi berbasis kecepatan yang didukung oleh 5G.
”Untuk sepenuhnya mewujudkan potensi 5G, sangat penting untuk terus memperluas penerapan 5G SA dan membangun lebih banyak situs mid-band. Kapabilitas 5G SA berperan sebagai katalis dalam mendorong pertumbuhan bisnis baru,” ujarnya.
Data juga menunjukkan lebih dari setengah (51%) CSP global yang menawarkan FWA kini telah menyertakan opsi berbasis kecepatan—naik dari 40% pada periode yang sama di Juni 2024—didorong oleh tingkat adopsi yang tinggi di Amerika Utara, serta pertumbuhan di Eropa dan Timur Tengah.
FWA diproyeksikan akan menyumbang lebih dari 35% dari koneksi broadband tetap baru, dengan jumlah yang diperkirakan akan meningkat menjadi 350 juta pada akhir 2030. 5G FWA memainkan peran penting dalam memperluas akses broadband, khususnya di wilayah yang infrastruktur kabel tradisionalnya kurang memungkinkan.
STEVY WIDIA
Discussion about this post