youngster.id - Pesatnya pertumbuhan startup di Indonesia menjadi kesempatan bagi Perusahaan Modal Ventura (PMV) untuk mengeksplor peluang investasi. Jika dilihat dari perspektif startup, pertumbuhan ini seakan meningkatkan daya saing dalam berburu pendanaan dari investor. Pandemi turut menjadi pembelajaran sekaligus filter bagi investor dalam mengamati ketangguhan bisnis di market. Strategi dan teknik penilaian yang cermat kemudian menjadi kunci investor dalam memilih tujuan investasi.
Setiap startup memiliki potensi risiko dan reward masing-masing. Tidak semua bisnis yang tergolong investable pasti menjadi tujuan investasi PMV. Investor cenderung sudah punya target yang spesifik, dan kini semakin mencari inovasi yang mampu berdampak bahkan merubah selera dan perilaku masyarakat.
PMV umumnya sudah memiliki mindset dalam mencari startup, yaitu bisnis model harus scalable, dimana startup dapat meningkatkan cakupan bisnis dengan baik tanpa disertai peningkatan biaya yang tinggi. Kemudian repeatable, bisnis tidak hanya berjalan dalam satu siklus tertentu. Dan terakhir, hyper-growth yaitu mampu menunjukkan pertumbuhan yang super cepat.
Apsek penilaian kelayakan startup lewat 4P: pendiri, pasar, produk, dan performa
Bermula dari mindset tersebut, investor kemudian merumuskan aspek penilaian dan uji kelayakan terhadap startup dengan komprehensif. Pertama, menilai pendiri dan kapabilitas dan passion mereka dalam menjalankan startup ini. Biasanya PMV akan melakukan background check dari founders terkait kinerja dan pengalaman mereka. Aspek ini sangat krusial dalam menilai startup tahap awal, karena pendiri menjadi risiko sekaligus faktor pendukung terbesar bagi suksesnya startup meluncur ke depannya.
Oleh karena tahap ini sangat subjektif, setidaknya ada tiga tahapan riset yang bisa dilakukan investor untuk aspek ini. Lakukan studi internal seperti desk study tentang lanskap industri dan market untuk mengukur apakah founders mampu bersaing di battlefield ini. Lalu, perbanyak interaksi langsung dengan founders, klarifikasi dari informasi yang kita terima, lihat produknya, lihat customer journey-nya, prosedur internalnya. Selanjutnya, sempatkan untuk reference check ke rekan bisnis, investor terdahulu, dan karyawan sebelumnya dari founders tersebut. Selalu ada celah untuk ditelusuri.
Kedua, menilai pasar atau market sizing, apakah potensi pasarnya besar, mampu berkembang, serta timing pasar yang tepat. Untuk menggali penilaian dengan lebih objektif, PMV akan berbicara dengan pemain di pasar tersebut untuk mengetahui persepsi, tingkat kepuasan, dan minat mereka terhadap startup ini. Ketiga, menilai produk. Produk yang ditawarkan harus memiliki unique value proposition (USP) yang jelas serta diferensiasi dengan kompetitor. Saat menilai startup tahap awal, biasanya investor tidak punya cukup data terkait biaya dan profitabilitas. Penilaian akan mengandalkan aspek-aspek kualitatif, atau hanya bisa membandingkan dengan proxy data (mis. Jumlah download) dan benchmark dengan bisnis serupa. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi investor saat harus menilai startup dengan data kuantitatif yang minim.
Keempat, investor akan menilai performa operasional dan finansial. Di tahap ini, PMV semakin kritis terhadap kemampuan eksekusi startup, mulai dari laporan keuangan historis, proyeksi, unit ekonomi atau struktur biaya, dan potensi profitabilitas. Potensi startup untuk exit juga menjadi faktor pertimbangan investasi.
ANDREAS SURYA – Sekjen Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (AMVESINDO)
Discussion about this post