youngster.id - Indonesia menjadi negara yang paling agresif dalam hal adopsi aplikasi mobile. Ini adalah hasil survei Red Hat yang bekerja sama dengan IDC yang dilakukan di tiga negara di Asia Tenggara, yaitu Singapura, Malaysia, dan Indonesia.
Survei yang mencakup tanggapan dari 275 profesional TI di tiga Negara itu mendapati, satu dari empat perusahaan di Indonesia telah menyiapkan dana untuk proyek-proyek aplikasi mobile. Dan, satu dari tiga perusahaan telah berencana untuk berinvestasi dalam 12 bulan ke depan.
“Akan semakin banyak perusahaan yang terus memobilisasi proses bisnis inti mereka melalui berbagai aplikasi dan layanan terkait guna membantu mendorong nilai bisnis yang berkelanjutan dan pengalaman pengguna yang lebih baik,” kata Avinav Trigunait, Associate Director for Enterprise Mobility Research, IDC Asia Pacific Selasa (25/7/2017) di Jakarta.
Survei tersebut dilakukan pada 500 eksekutif organisasi dan perusahaan di tiga negara di Asia Tenggara pada bulan Februari 2017 lalu. Dari survei itu, Red Hat dan IDC menemukan bahwa organisasi yang terlibat dalam survei telah memiliki strategi terkait mobilitas.
Selain itu, organisasi responden survei di tiga negara tersebut juga menyebutkan. Keterampilan khusus di bidang mobile yang sulit didapatkan dan dikembangkan adalah tantangan yang mereka hadapi.
Melalui hasil survei tersebut, juga ditemukan bahwa responden di Singapura, Malaysia dan Indonesia tengah beralih ke perangkat menuju mobilitas alur kerja. Sebanyak 56% responden menganggap mobilitas penting bagi bisnis, sedangkan 40% lainnya berencana fokus ke proyek terkait aplikasi mobile dalam satu hingga dua tahun mendatang.
Sementara itu, permintaan akan aplikasi mobile di tiga negara tersebut tengah berkembang, dengan integrasi sistem versi lama menjadi salah satu prioritas. Sebanyak 76% responden mengaku telah mempersiapkan dana untuk pengembangan aplikasi mobile, sementara 58% berencana menerapkan 1-5 aplikasi.
Sebanyak 37% responden menilai mobilitas sebagai bagian dari strategi bisnis mereka. Namun, mereka mengaku berhati-hati dalam berinvestasi akibat keterbatasan sumber daya yang dimilikinya. Sedangkan 27% lainnya memiliki anggaran khusus untuk aplikasi mobile, dan 26% terfokus pada peningkatan pengalaman melalui inisiatif mobilitas.
“Mobilitas memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk meninjau kembali proses bisnis mereka dan melibatkan para pelanggan dengan cara-cara baru,” ujar Head of Business Development Mobile Red Hat Asia Pacific, Gerald Khor.
Dia menambahkan, permintaan akan aplikasi-aplikasi mobile di tiga negara tersebut juga sedang berkembang, di mana integrasi sistem lawas menjadi salah satu prioritas.
STEVY WIDIA
Discussion about this post