youngster.id - Serangan siber seperti WannaCry ke lebih dari 200.000 komputer di seluruh dunia pada Mei lalu, cuma dianggap ‘pemanasan’. Dengan demikian, besar kemungkinan serangan malware dan DDoS yang lebih berbahaya lagi bakal muncul di waktu mendatang.
Dalam kesempatan ini, para pelaku kejahatan siber akan meningkatkan serangan yang dilancarkan ke jutaan perangkat Internet of Things (IoT) baik kantor mau pun rumah.
Seperti disampaikan Director System Engineering Symantec, David Rajoo, implementasi kecerdasan buatan dan teknologi Blockchain ditengarai menjadi prediksi keamanan siber terkuat. Hacker bisa saja memanfaatkan teknologi tersebut untuk melancarkan serangan yang lebih besar lagi.
Untuk Blockchain, ungkapnya, teknologi ini nanti akan menemukan kegunaan di luar cryptocurrency. Namun peluang ini akan membawa para penjahat siber fokus pada koin dan penukaran.
“Blockchain akan menjadi teknologi dengan aplikasi selain cryptocurrency dengan penggunaan antar bank dan basis IoT mendapatkan traksi. Memang, kasus tersebut masih dalam fase awal dan belum jadi fokus bagi mereka (penjahat siber),” kata Rajoo baru-baru ini di Jakarta.
Ia menambahkan, bukannya menyerang, para penjahat siber justru akan fokus pada transaksi pertukaran koin dan pengguna dompet koin. Transaksi ini menjadi target termudah dan mendulang untung besar bagi penjahat siber.
“Para korban di sini juga akan dikelabui untuk memasang ‘coin-miner’ di komputer dan smartphone mereka. Di situ, mereka menyerahkan CPU dan arus transaksi ke penjahat siber,” jelas Rajoo.
STEVY WIDIA
Discussion about this post