youngster.id - Pemasaran produk secara online memiliki keuntungan disbanding pemasaran offline. Diantaranya cakupan pasar yang lebih luas, hinga pemasaran yang efektif, dan efisien. Tak heran jika bisnis online jadi tren bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UKM). Bahkan Bukalapak, mengklaim setidaknya ada 1 UKM yang bergabung menjadi pelapak di bisnis online.
“Di Indonesia, sekarang ini setidaknya ada sekitar sembilan juta pelaku UKM yang tersebar di berbagai daerah,” kata Kepala Mitra Bisnis Bukalapak, Rahmat Andika, dilansir Antara Selasa (27/9/2016) di Semarang.
Dari sekitar sembilan juta pelaku UKM di Indonesia, kata dia, sebanyak satu juta pelaku UKM di antaranya berhasil diintervensi menjadi pelapak di Bukalapak untuk memasarkan produknya secara online.
“Sekarang sudah banyak yang sadar untungnya pemasaran secara online. Bahkan, cabai dan bawang merah pun sekarang sudah dijual melalui Bukalapak. Terutama, ketika naiknya harga komoditas itu,” katanya.
Dengan model pemasaran online, lanjut dia, pengusaha cabai dan bawang bisa meraup untung banyak dengan menjual komoditasnya karena bisa memangkas banyak alur perdagangan sampai ke konsumen.
Untuk sekarang ini, Andika mengakui kecenderungan produk-produk yang banyak diminati di Bukalapak adalah produk fashion yang kontribusinya sampai 20-30 %, disusul sajian makanan alias kuliner.
“Dulu, orang beli pakaian lewat online terkesan aneh dan tidak umum. Beli baju atau pakaian, ya, biasanya langsung. Namun, sekarang sudah banyak yang memiliki online untuk fashion,” katanya.
Bahkan, kata dia, masyarakat juga sudah sadar bagaimana keamanan dalam bertransaksi secara online, salah satunya melalui Bukalapak yang meminimalkan penjual-pembeli bertransaksi langsung.
“Jadi, pembeli akan transfer uang ke rekening bersama Bukalapak. Kalau barang sudah sampai ke tangan pembeli, baru uang akan diteruskan ke penjual. Jika barang tidak cocok, uang bisa dikembalikan,” katanya.
Ada pula, kata Rahmat, pelapak yang menyertakan jaminan asuransi untuk mengantisipasi kondisi barang rusak saat sampai ke tangan konsumen, misalnya menyadari risiko untuk barang-barang tertentu
STEVY WIDIA