youngster.id - Mapan itu bisa membuat orang terlena pada rutinitas. Tak ingin terjebak pada keadaaan itu, Marzha Chikita Fauzy memutuskan untuk melakukan banyak hal. Dengan segudang kemampuan di bidang seni, dia menjajal mulai dari musik hingga mural.
“Jujur aja, saya sekarang memang tidak lagi membuat sebuah company, tetapi saya sekarang saya bekerja hanya pada diri sendiri, freelance,” ungkap lajang yang akrab disapa Chiki ini kepada Youngsters.id di sebuah pameran mural beberapa waktu lalu.
Pilihan itu Chiki ambil setelah bisnis animasi yang digeluti selama ini jalan di tempat. “Sebagai manusia saya melakukannya tidak hanya pada saat berbisnis aja. Tapi sedalam-dalamnya manusia adalah bagaimana menjadi manusia yang menebar manfaat. Paling tidak ketika aku memulai suatu bisnis juga ada manfaatnya bagi banyak orang,” ungkap Chiki.
Gadis asal Jakarta ini sempat mendirikan Monso Kreatif Indonesia, yang bergerak di industri animasi di tahun 2012-2015. Kepiawaiannya sebagai animator memang sudah tidak diragukan. Salah satu karyanya yang mendunia adalah animasi Upin dan Ipin. Dan dia ingin mengembangkan pengetahuan dunia animasi itu di Indonesia. “Sayangnya sekarang Monso Kreatif Indonesia ini sudah tutup dan saya rugi,” ungkap Chiki, sambil tersenyum kecut.
Toh, hal itu tidak membuat langkahnya berhenti. “Akhirnya sekarang saya freelance animator. Saya juga sedang menekuni murral artist, bermusik dan host,” ucap gadis yang lahir pada 28 Januari 1989 itu.
Ihwal mural, Chiki mengaku bahwa kegiatan tersebut berangkat dari ketidaksengajaan. Awalnya, ia diminta teman yang mengetahui bakat melukisnya saat masih kuliah di Malaysian Multimedia University. “Pulang ke Indonesia, aku diminta bikin mural di kafe milik teman kuliah waktu di Malaysia,” ujarnya.
Alhasil, sejumlah permintaan untuk membuat mural terus berdatangan, termasuk dari pengikut Chiki di Instagram. Jadilah melukis dinding sebagai salah satu sumber pemasukan yang lumayan bagi Chiki.
Mural membuka pintu Chiki untuk semakin membuka ruang relasi. Namun, Chiki tak mematok harga tetap untuk karya muralnya. “Semuanya fleksibel, bisa dibicarakan, tergantung tempat dan siapa yang minta. Di rumah beda, di kafe beda, di kantor juga beda, tapi masih bisa ditawar,” ucapnya.

Dunia pekerja lepas yang kini dijalani Chiki menorehkan kepuasan. Sebagai seniman, kini ia bisa mengerjakan apapun sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki. Chiki mengaku tak berminat lagi menjadi pekerja kantoran atau pegawai. “Sekarang saatnya aku berfokus jadi seniman dan entrepreneur,” tuturnya.
Di sisi lain, dia tidak melupakan sisi sosial yang selalu ditanamkan kedua orang tuanya. “Selain benefit yang didapat, aku juga punya keinginan lain untuk menyenangkan orang lain yang coba aku suguhkan melalui karya yang aku buat. Aku kepingin apa yang dilakukan ada manfaatnya,” kata putri pasangan Ikang Fawzi dan Marisa Haque itu.
Oleh karena itu, dia membuat mini album yang hasilnya akan disalurkan untuk kegiatan sosial di Rumah Harapan. Perlu diketahui, Rumah Harapan adalah rumah singgah yang didirikan sahabatnya Valencia Miranda yang membantu para penderita kanker yang tidak mampu di Bandung. Â “Harapan aku ke depan semoga makin sukses dan supaya bisa banyak bantuin orang. Karena kita harus berdaya dulu sebelum membantu orang,” pungkasnya.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post