youngster.id - Digitalisasi naskah kuno dan manuskrip Nusantara menjadi krusial dalam upaya pelestariannya, sehingga dapat mempermudah masyarakat dalam mengaksesnya.
Hal itu poin yang ditekankan pada Simposium Internasional ke-19 (SIPN XIX 2023) yang diselenggarakan oleh Masyarakat Pernaskahan Nusantara (MANASSA) bersama dengan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Pusat Kajian Jawa (Pusaka Jawa).
Pasalnya, melalui digitalisasi keterbacaan naskah kuno dan manuskrip bisa terjamin tanpa risiko kerusakan bahan dan perawatan yang sulit. Di samping itu, digitalisasi naskah juga memudahkan publik untuk mengakses manuskrip, membacanya, melakukan transliterasi dan melakukan penelitian terhadap berbagai manuskrip.
Berbagai upaya komunitas, aktivis serta lembaga-lembaga yang aktif dalam pernaskahan dilakukan. Di antaranya melalui cultural broker, penggunaan platform youtube seperti Ngariksa, situs-situs penyedia naskah digital seperti Qalamos, Dreamsea, Wikisource, alih wahana naskah menjadi komik, penggunaan Artificial Intelligence (AI) ChatGPT, dan lain-lain, memudahkan akses dan keterbacaan naskah baik bagi para peneliti maupun masyarakat umum.
Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (FIB UGM) Prof. Dr. Setiadi, S.Sos, M.Si berharap bahwa simposium ini menghasilkan pemikiran strategis bagi pengembangan kajian naskah.
“Kami berharap, kegiatan ini menghasilkan aksi-aksi nyata untuk semakin mengkontekstualisasikan isi naskah-naskah kuno Nusantara dalam upaya berkontribusi bagi penguatan identitas dan budaya Nusantara, termasuk melalui upaya digitalisasi,” kata Setiadi, Jum’at (11/8/2023).
Ketua SIPN XIX 2023 yang juga merupakan Ketua Pusat Kajian Jawa (Pusaka Jawa) Dr. Arsanti Wulandari juga menekankan peran digitalisasi yang harus terus didorong dalam hal pelestarian naskah dan akses publik terhadapnya.
“Akses yang semakin terbuka menjadi kunci gerbang informasi. Kami berharap, simposium ini juga menjadi sarana untuk memperkuat nilai keindonesiaan dengan melihat konteks teks naskah dari berbagai daerah di Nusantara,” kata Arsanti.
Selain digitalisasi naskah kuno dan manuskrip, simposium ini juga menyoroti adanya Fenomena Silang Budaya dalam Naskah Nusantara, Reportase dan Hoaks dalam Naskah Nusantara, Naskah Nusantara dan Industri Kreatif, dan topik-topik lain seputar pernaskahan yang relevan dengan masa kini.
HENNI S.
Discussion about this post