Diperlukan Pengelolaan Keuangan Strategis Zaman Now!

Steven Suryana, Head of Wealth Management, PT Bank HSBC Indonesia. (Foto: Istimewa/Youngster.id)

youngster.id - Di tengah dinamika kebutuhan, dan gaya hidup zaman now membuat masyarakat membutuhkan pengelolaan keuangan strategis. Tabungan dan deposito bukan lagi menjadi solusi andalan dalam menyiapkan pendanaan untuk kebutuhan masa sekarang maupun jangka panjang, yang terencana maupun yang tidak terduga.

Tren menunjukkan penurunan tingkat suku bunga terus berlanjut. LPS per tanggal 3 November 2017 telah menurunkan maksimum suku bunga penjaminan untuk bank umum menjadi 5,75% yang merupakan penurunan kedua di tahun 2017. Sementara bila dibandingkan dengan awal tahun 2016, LPS masih berada di 7,50%, yang berarti suku bunga penjaminan LPS telah turun sebanyak 6 kali atau sebesar 1,75% dalam kurun waktu kurang dari 2 tahun.

Steven Suryana, Head of Wealth Management, PT Bank HSBC Indonesia mengatakan, kondisi ini membuat masyarakat Indonesia perlu untuk melengkapi produk tabungan dan deposito yang telah dimilikinya dengan produk-produk keuangan lain. Seperti produk-produk investasi, asuransi, atau layanan Wealth Management.

“Kebutuhan masyarakat kini makin kompleks dan biaya untuk memenuhinya pun makin mahal. Namun, dinamika ini belum didukung oleh budaya pengelolaan keuangan jangka panjang yang strategis dan pemilihan produk-produk keuangan yang tepat di kalangan Masyarakat Indonesia,” ungkap Steven.

Dia memberi contoh, survei terbaru HSBC Value of Education mengungkapkan bahwa untuk membiayai pendidikan anak hingga S1 di Indonesia setidaknya diperlukan biaya sedikitnya Rp250 juta. Biaya itu belum termasuk pendanaan untuk pendidikan non-formal yang kini banyak diikuti oleh “kids zaman now”, seperti robotik, musik, tari, coding, hingga bahasa asing.

Berdasarkan studi HSBC Power of Protection 2017, hanya 35% Masyarakat Indonesia yang mengaku telah memiliki pengelolaan keuangan dengan baik. Namun lebih dari 70% menyatakan tidak siap jika tiba-tiba didiagnosa terkena penyakit berat seperti kanker atau tertimpa musibah kecelakaan yang menyebabkan cacat permanen dan berdampak pada hilangnya pekerjaan.

Ketidaksiapan mayoritas masyarakat dalam menyiapkan perencanaan keuangan jangka panjang juga membuahkan banyak kekhawatiran dan pesimisme. Dari studi HSBC Future of Retirement 2017 terlihat bahwa Sebanyak 38% masyarakat usia kerja yang mengandalkan pendapatan bulanan, tabungan, serta deposito, merasa harus tetap bekerja di usia pensiun nanti jika tingkat suku bunga perbankan masih tetap rendah seperti sekarang. Bahkan, 55% percaya bahwa di masa pensiun nanti mereka tetap harus bekerja.

“Literasi keuangan yang masih rendah juga menjadikan sebagian besar masyarakat belum memiliki pengetahuan yang lengkap tentang produk-produk keuangan apa saja yang tepat untuk mendukung terwujudnya aspirasi-aspirasi mereka serta mengantisipasi kejadian-kejadian tak terduga,” kaji Steven.

Steven optimistis nilai-nilai layanan Wealth Management HSBC akan makin diminati jika melihat kecenderungan kalangan muda yang mulai gemar menyimpan dan memutar uang guna mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Berdasarkan studi HSBC, rata-rata Milenial Indonesia mulai menabung di usia 27.

“Layanan Wealth Management HSBC dirancang untuk menjawab tantangan tersebut dan masyarakat dapat memperoleh edukasi dan arahan dalam membangun strategi pengelolaan keuangan yang sesuai dengan kebutuhan per individu, termasuk memilih produk-produk keuangan dan mengenal manfaat serta risikonya,” pungkasnya.



STEVY WIDIA

Exit mobile version