youngster.id - Bisnis pasar digital terus berkembang seiring dengan perkembangan digital serta penetrasi ponsel dan internet di Indonesia. Karena itu diprediksi bisnis e-commerce akan bertumbuh pesat pada lima tahun mendatang.
Ramalan ini diungkapkan Chief Executive Officer Tokopedia William Tanuwijaya. Hal ini dinilai berdasarkan sejumlah fakta yang menarik yang ditemukan saat membandingkan antara e-commerce Indonesia dengan China.
Menurut William, pada 2016, dengan pendapatan bruto domestik (PDB) Indonesia sebanyak US$ 3.500, transaksi online baru 1% dibanding penjualan retail secara keseluruhan. Artinya dalam 100 transaksi, terjadi satu kali di online.
Hal tersebut juga terjadi di China, pada tahun 2008. Saat itu PDB Cina juga sebanyak US$ 3.500. Begitu pula kontribusi transaksi online terhadap total transaksi ritel di sana sekitar 1%. Dari titik tersebut Tiongkok hanya membutuhkan waktu lima tahun. Pada 2013 kontribusi transaksi online ritel di Cina sudah mencapai 10%. Sedangkan saat ini Cina sudah mencapai 18%.
“Berarti China membutuhkan 5 tahun mencapai 1 dari 10 transaksi dilakukan secara online. Menurut pikir saya Indonesia bisa lebih. Karena 2008 di China belum memiliki 3G dan 4G yang sangat murah, mereka masih menggunakan internet via Sedangkan Indonesia pada 2016 sudah terkoneksi dengan internet,” terang William pada Diskusi Tren Gaya Hidup Digital belum lama ini di Jakarta.
Bahkan William mengatakan bila infrastruktur logistik dan pembayaran mendukung maka dalam waktu 4-5 tahun ke depan Indonesia bisa mengikuti tren penjualan online yang sama dengan China.
“Bila ini terjadi maka akan mendukung brand Indonesia. Sebab brand di China tumbuh begitu cepat hingga IPO menjadi perusahaan publik setelah go-online yang awalnya dijajakan oleh marketplace yang ada. Begitu pun di Indonesia dengan pasardigital mereka bisa mengembangkan pasar mereka,” kata William.
STEVY WIDIA
Discussion about this post