youngster.id - Pemerintah menargetkan angka pengangguran bisa turun ke level 3% hingga 4% pada 2024 melalui pengembangan ekosistem perusahaan rintisan atau startup.
Menteri PPN/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro menyatakan pengembangan ini mulai dari investor hingga sistem pemasaran produk. Program ini bertujuan agar banyak pekerjaan baru yang muncul, meningkatkan efisiensi dan partisipasi masyarakat.
“Fokusnya kepada berbagai sektor, sehingga kelompok rentan miskin bisa masuk ke dalam program untuk wirausaha,” kata Bambang baru-baru ini di Jakarta.
Dia mengungkapkan, pengangguran di Indonesia sekarang berada di level 5%. Meski jumlahnya sedikit, dia mengaku porsi angkatan pekerja dalam sektor informal masih 60%, lebih tinggi daripada pekerja sektor formal. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk yang tidak bekerja (penggangguran) turun sejak Februari 2017, yakni dari 7,01 juta orang menjadi 6,87 juta orang pada Februari 2018. Angka ini turun lagi 0,73% menjadi 6,82 juta orang pada Februari 2019.
Menurut Bambang, dalam upaya pemanfaatan bonus demografi, pemerintah akan berfokus pada investasi SDM dan kapital. Intervensi kebijakan dilakukan berdasarkan siklus hidup. Investasi SDM didorong ke arah peningkatan jaminan kesehatan dan perbaikan nutrisi, perluasan pendidikan menengah universal, peningkatan akses dan kualitas pendidikan tinggi, serta peningkatan produktivitas angkatan kerja dan usia lanjut.
Investasi kapital didorong ke arah pengembangan produk tabungan, deposito, saham, dan jenis investasi jangka panjang lainnya, stabilitas politik dan ekonomi, sistem perbankan dan investasi yang mumpuni.
“Tak ketinggalan termasuk sistem pensiun yang berkesinambungan. Intervensi khusus juga diperlukan untuk menyelesaikan persoalan tingkat NEET usia muda, partisipasi kerja perempuan, lapangan kerja berkualitas, pengembangan SDM, literasi sistem keuangan dan investasi,” papar Bambang.
Selain itu, dia juga mengungkapkan partisipasi perempuan dalam pekerjaan baru, Bambang mengatakan, baru mencapai 50%. Padahal, kalau mengacu standar negara maju, paling tidak angkanya di 70%. Lalu, ada juga pekerja difabel yang saat ini belum mendapat kesetaraan. Menurut dia, untuk mewujudkan angka tngkat pengangguran di 3%-4% maka adopsi digital dan revolusi industri harus masuk ke dalam sistem pendidikan sehingga penciptaan lapangan kerja semakin produktif. Contohnya, pasar lulusan vokasi harus memenuhi kebutuhan pasar.
Bambang memberi contoh, pendidikan bahasa pemrogaman atau coding harus lebih banyak, karena kebutuhan teknologi informasi semakin besar. “Ekonomi digital mampu menciptakan lapangan kerja yang tidak diskriminatif,” ujar Bambang.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post