EPPIC, Kompetisi Penyelesaian Limbah Plastik di Laut Indonesia

sampah botol plastik

Sampah botol plastik. (Foto: ilustrasi)

youngster.id - Permasalahan sampah di dalam negeri, tentu menjadi hal yang vital untuk selalu diatasi. Menangkap fenomena tersebut, Badan PBB untuk Pembangunan (UNDP) bersama Kementerian Luar Negeri Norwegia, dan NORAD (Norwegian Agency for Development Cooperation) kembali menggelar kompetisi penyelesaian limbah laut di Indonesia.

Sophie Kemkhdaze, Deputy Resident Representative UNDP Indonesia mengatakan berdasarkan studi lain menunjukan bahwa Asia Tenggara merupakan wilayah dengan kontribusi kebocoran plastik di lautan yang terbesar.

“Dengan terselenggaranya kopetisi ini, UNDP berharap bahwa EPPIC dapat berkontribusi untuk menurunkan angka tersebut melalui munculnya solusi-solusi inovatif, pengembangan dan replikasinya,” ujar Sophie Kemkhdaze di Webinar EPPIC yang disiarkan secara virtual Selasa (16/3/2021).

Kompetisi yang bertajuk  Ending Plastic Pollution Innovation Challenge (EPPIC) 2 ini merupakan lanjutan dari EPPIC yang berfokus ke negara-negara ASEAN.

Adapun, tujuan kompetisi EPPIC untuk memberi jalan solusi inovatif terbaru yang dapat menghasilkan implikasi secara nyata dan mampu berkontribusi kepada masyarakat tidak hanya secara lingkungan, namun juga dapat berpengaruh secara ekonomi dan sosial budaya.

Riset dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan bahwa ada sekitar 268,740 – 594,558 ton sampah plastik yang masuk ke perairan Indonesia tiap tahunnya. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI memperkirakan kasar nilai potensi laut Indonesia sampai Maret 2019 adalah senilai 1.772 triliun. Besarnya potensi nilai laut kemudian menjadikan Indonesia tentunya harus memiliki perhatian khusus terhadap kondisi laut.

“Dari EPPIC 2020 sebelumnya di Vietnam dan Thailand, kita sudah melihat solusi yang ditawarkan oleh berbagai startup, LSM, dan akademisi yang berasal dari negara-negara ASEAN. Tahun ini, kami berharap dapat melihat kontribusi yang lebih banyak lagi untuk menyelesaikan masalah-masalah polusi plastik laut yang ada di Indonesia dan Filipina. Gerakan bersama ini tidak hanya akan meningkatkan kekuatan kawasan ASEAN, tapi juga kemitraan multilateral di kawasan ASEAN,” tambah Kemkhadze.

Novrizal Tahar, Direktur Pengelolaan Sampah, KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) Republik Indonesia sekaligus Sekretaris Tim Pelaksana Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut mengatakan pemerintah Indonesia telah mengambil langkah pengurangan sampah dan sampah plastik dari hulu hingga hilir. Kami tentunya sangat mengapresiasi adanya program EPPIC ini.

“Permasalahan terkait sampah memang selama ini sudah menjadi permasalahan yang tidak hanya dihadapi oleh Indonesia atau ASEAN, namun juga seluruh dunia. Terbukti dengan tertuangnya permasalahan ini dalam salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan nomor 14 yaitu Kehidupan Bawah Laut yang tentu menjadi fokus pemerintah Indonesia sebagai negara kepulauan yang dikelilingi oleh laut,” jelasnya

Dengan adanya EPPIC diharapkan inovasi yang dimunculkan dapat ikut membantu meringankan beban permasalahan polusi plastik yang ada, memberikan dorongan ekonomi, serta menumbuhkan pemahaman masyarakat tentang bahaya dan dampak dari polusi plastik demi keberlangsungan hidup manusia dan hayati.

Untuk diketahui, EPPIC tahap pertama dilaksanakan tahun lalu, berfokus di Ha Long Bay Vietnam dan Koh Samui Thailand, untuk tahap 2 sendiri akan dilaksanakan dengan berfokus di Indonesia dan Filipina.

 

FAHRUL ANWAR

Exit mobile version