youngster.id - Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, bekerja sama dengan Asosiasi IoT Indonesia (ASIOTI) menggelar kompetisi EU Social DigiThon. Ajang lomba bertema “Aksi Muda untuk Perubahan” ini bertujuan untuk menghadirkan pemikiran kreatif dan inovatif untuk mengembangkan ide solusi berbasis digital di Indonesia.
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Piket menyatakan, Pandemi telah mengubah kehidupan orang-orang di seluruh dunia dan menimbulkan tekanan dalam banyak hal. Para manula, perempuan, anak-anak, penyandang disabilitas dan kelompok rentan lainnya di tengah masyarakat adalah yang paling terdampak Covid-19.
“EU Social DigiThon adalah upaya untuk membantu menemukan solusi inovatif untuk tantangan sosial-ekonomi di Indonesia yang telah diperburuk oleh krisis COVID-19,” kata HE Piket dalam keterangannya, Rabu (20/1/2021).
Kompetisi EU Social DigiThon mencari ide-ide proyek untuk menangani salah satu dari tiga bidang, Pertama, tantangan yang dihadapi oleh anak-anak dan remaja. Kedua, tantangan yang dihadapi perempuan dan anak perempuan. Ketiga tantangan yang dihadapi oleh penyandang disabilitas.
Peserta harus mengirimkan ide mereka dalam bentuk catatan konsep. Sepuluh finalis akan dipilih untuk memaparkan solusi mereka kepada panel juri yang terdiri dari perwakilan dari Delegasi Uni Eropa, ASIOTI dan Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan). Tiga pemenang akan mendapatkan bimbingan dan dukungan untuk melaksanakan proyek mereka dan mewujudkan gagasan mereka.
Andy Yentriani, Komisioner Komnas Perempuan, mengatakan, Pandemi Covid-19 memicu peningkatan kekerasan berbasis gender, secara seksual, psikis dan fisik, terhadap perempuan dewasa dan anak di Indonesia. “Perempuan saat ini juga berpotensi lebih besar untuk jatuh ke jurang kemiskinan, dibandingkan dengan laki-laki. Peran serta pemuda untuk turut memecahkan masalah ini sangat diharapkan. Salah satunya melalui cara kreatif seperti EU Social DigiThon ini,” kata Andy.
Sementera itu, Sekretaris Jenderal ASIOTI, Fita Indah Maulani menyatakan bahwa teknologi yang dikembangkan harus dapat menyelesaikan permasalahan tanpa menimbulkan masalah baru. “Inovator muda Indonesia dapat meningkatkan kepekaan sosialnya dan mendasarkan gagasannya pada kebutuhan mendesak di lingkungan sekitar. Kemudian, menyesuaikan teknologi berbasis IoT seperti apa yang dapat dikembangkan dan diaplikasikan sehingga dapat menjadi solusi dari masalah tersebut,” ungkapnya.
Kompetisi EU Social DigiThon dimulai pada 19 Januari 2021 dan berakhir pada 21 Februari 2021.
STEVY WIDIA